Pandangan Seonghwa 12

750 141 9
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Acara minum-minum ke empat pemuda itu berlanjut hingga dua jam kedepan. Yeosang yang memang toleransi pada alkoholnya tinggi masih setia menikmati minuman haram tapi nikmat itu. Disana sedikit tak beraturan dimana Yunho yang sudah dibawah pengaruh alkohol melantur sebelum tertidur dipelukan—tepatnya diatas pangkuan San. Si pemuda Choi itu sama seperti Yeosang. Toleransi tinggi terhadap alkoholnya patut diacungi jempol sedangkan Mingi sudah terkapar tak berdaya semenjak minuman ke empatnya. Dia pemuda paling intoleran diantara ke empatnya. Sementara Yunho mabuk di gelas ke tujuhnya.

San mematikan putung rokoknya. Bersisa Yeosang dan dirinya saja di ruang apartemen ini.

"Sang lo jangan pernah raguin adek gua. Dia yakin sama lo, lo juga musti yakin sama dia. Gua kaga tau permasalah lo berdua itu karena apa nyampe bikin lo absen kerja dan milih ke tempat Yunho. Apapun itu plis jaga kepercayaan adek gua jangan nyampe dia kecewa."

Yeosang menghembuskan asap rokoknya kasar. Ia tak ingin menjawab. Terlalu lelah. Lelah akan sifatnya yang terkesan tak mengertikan Jongho sebagai pasangannya.

"Lagian gak akan lama kok."

Yeosang mengangkat alis sebelah kirinya tinggi-tinggi "Wooyoung ya? Pesen gua ke lo sama kek lo kasih petuah ke gua. Wooyoung sahabat gua yang paling berarti jangan nyampe lo sakitin dia."

Ia beranjak dari duduknya menghampiri Mingi yang tertidur di lantai sambil memeluk remot tv. Ada gila-gilanya pemuda ini. Tak ambil pusing Yeosang memapah tubuh yang lebih besar darinya itu ke salah satu ruangan lalu menidurkannya. Ya walau terkadang cuek dan termadafakah begini-begini Yeosang perhatiaan pada sahabatnya.

"Gua cabut. Lo disini aja San, jagain si Yunho jangan nyampe itu pantatnya di jebol Mingi. Lo juga jangan berani grepe grepe dia. Ketauan, gua kepret lo."

San memutar bola matanya malas, "Kaga janji, lo gak liat apa dari tadi dia menggila duduk di atas aset gua mana ngecup-ngecup leher gua!"

"Bodo amat derita lo." Dengan begitu Yeosang pergi meninggalkan apartemen kacau itu. Biar lah San atasi semua kegilaan itu.

"Yun minggir lo, gua gak mau nyampe merawanin pantat lo." San menepuk-nepuk pipi Yunho. Bukannya tak mau memapah sahabat besarnya ini seperti apa yang Yeosang lakukan pada Mingi. Masalahnya dia sudah sangat-sangat lemas dengan Yunho yang terus berulah diatas pangkuannya.

"Eumm Joong." Yunho melirih, matanya sedikit terbuka. Ia mendaratkan tangannya pada kedua bahu kokoh San.

"How you dare do this to me! Don't leave me again, please fvck me until the morning light, i really miss you!"

'cup'

.
.

"Makasih atas tumpangannya ya Joong, Ho jangan galau galau terus kamu. Semangat ya."

Seonghwa turun dari mobil Hongjoong diikuti Wooyoung. "Lah kok Wooyoung turun disini juga? Bukannya lo masih kedepanan dikit?"

Wooyoung menggeleng, "Gak kak gua mau nginep di rumah kak Seonghwa. Minta ditemenin nih bayi marmut."

"Oalah kak Woo sahabatan banget sama kak Hwa ya? "

"Wkwk iya, kamu Ho kapan-kapan main ke rumah aku. Kalau sekarang udah malem juga deh sorry ya gak aku tawarin masuk ke rumah. Kasian kalian pasti butuh istirahat."

Jongho mengangguk semangat, "Iya kak gak apa-apa kok nanti deh kak Hoho main ke rumah kakak kalau Hoho ada waktu luang."

"Oke oke dadah ya kalian, hati-hati di jalan."

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang