Pandangan Seonghwa 6

1.5K 234 15
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Hongjoong itu pria yang manis juga ya? Hongjoong masih tetap berada di tempatnya berpijak setelah Seonghwa masuk kedalam rumah, tak lupa juga sebelum itu membukan pintu mobil terkhusus buat Park Seonghwa yang cantik ini.

Menurut Hongjoong yang berkesempatan melihat tempat tinggal Seonghwa adalah asri, hijau dan hangat. Pantas saja penghuni yang tuhan persembahkan itu macam Park Seonghwa. Begitu memanjakan mata dan hangat.

Beberapa menit terdiam santai, Hongjoong bergegas kembali sebelum hujan. Hongjoong perkirakan akan turun hujan ya, walau langit memang betul adanya menggelap tapi tak menutupi awan awan kelabu itu untuk eksis dengan sombongnya.

Terdengar suara pintu terbuka, Hongjoong kira itu Seonghwa yang akan memaksanya untuk bertandang terlebih dahulu. Jadi tadi setelah membukakan pintu mobil romantis ala ala crocodile abad milenial ini, Seonghwa menawarkan apakah Hongjoong sudi untuk sekedar duduk canggung di ruang tamu rumahnya, namun dengan sangat sopan dan penuh kealiman Hongjoong menolak lalu berdalih 'kapan-kapan saja berkunjungnya ya? hari ini saya gak bawa cincin.' yang tentu timbul sebuah pertanyaan dalam benak Seonghwa seperti, apakah orang tak jelas seperti Hongjoong itu perkembang biakannya seperti katak? Ibarat bersentuhan kulit saja sudah dapat menghasilkan calon bocil-bocil gemoi.  Maka dari itu Seonghwa tersenyum diakhir yang selanjutnya terburu masuk sesudah mengucapkan terimakasih kurang dari tiga kali.

Hongjoong menoleh, siapa tahu betulan Seonghwa kan? Namun yang terpampang adalah sosok pria lain dengan perawakan jangkung yang lumayan tampan tersenyum tipis kearahnya. Hongjoong clueless, siapa sosok itu? Apakah kakak dari Seonghwa? Tapi kok tak ada mirip-miripnya. Yang ini walau tampan tapi sangar tak seperti Seonghwa yang tinggi, langsing, manis, dan cantik juga calon Hongjoong. Karena masih mempunyai etika yang tak habis digerus massa kegoblokan, Hongjoong pun balas tersenyum sebentar lalu berhambur masuk mobilnya yang harus menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

"Tapi apa betul itu kakaknya Seonghwa ya?"

.
.

Pulang-pulang dengan sedikit tergesa sambil menunjukan wajah yang agak cemberut menyita seluruh atensi ayah yang sedang bergerumul mesra dengan sepiring goreng pisang juga segelas kopi hitam buatan bunda.

"Loh dek pulang-pulang bukannya salam itu muka ayunya kok ditekuk?"

Masih dengan wajah tertekuk, Seonghwa mendekat dan duduk disebelah ayah. Jari lentiknya menunjuk-nunjuk kearah piring ayah dengan anggun. "Ayah ini masih aja minta bunda bikin gorengan. Ntar kolesterolnya tinggi lagi. Ntar pusing lagi."

"Lah ayah tanya kamu apa jawab apa. Lagian gorengan bikinan bunda mu itu loh bikin nagih. Doain baik-baik jangan ngepraduga."
Tangan kanan ayah dengan lihai menyuapi anak bungsunya sepotong goreng pisang yang mana sedari tadi ayah pegang erat seperti janjinya kepada mu yang ternyata zonk.

Mengunyah tak ikhlas yang hanya beberapa kunyahan langsung ditelan,  Seonghwa mendengus pelan. Iya sih gorengan bunda memang ter the best rasanya enak seperti gorengan yang dimana itu memang gorengan tapi seperti gorengan di mamang tukang gorengan. Begitu pikir Seonghwa yang terprogram hampir hangus batas warasnya. Tak lama setelah berpikir absurd, Seonghwa mendumeli sang ayah, "Ayah ini suapi Seonghwa bar bar banget, lagian ini praduganya berdasarkan fakta ya."

"Sama aja lah dek. Lagian kenapa sih putra cantik ayah ini?"

Seonghwa mempoutkan bibirnya, manja seperti ini adalah hal kewajiban bagi Seonghwa pada ayah bunda dan terkadang abangnya.

"Seonghwa dianterin cowok tuh yah." itu bukan Seonghwa yang menjawab melainkan abang yang kembali dibalik pintu sambil tersenyum jahil pada adiknya.

Pandangan SeonghwaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt