Pandangan Seonghwa 25

371 83 2
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Yeosang dan Wooyoung bukanlah dua orang asing yang tak tau seluk beluk kebiasaan dari masing-masing individu yang bersangkutan dalam kata persahabatan. Tapi kali ini buat Yeosang geleng tak percaya. Jung Wooyoung kacau dengan beberapa kaleng bir yang berserakan juga puntung rokok yang berhambur. Ini di luar kebiasaan. Wooyoung lebih berani. Ini mengartikan bahwa apa yang sedang ia hadapi lebih berat dari pada masalah dengan keluarganya.

"Udah ya cukup Young, gak baik buat lo." Yeosang cegah Wooyoung untuk menegak kembali isi dari kaleng bir itu. Wooyoung sudah sangat kacau. Kelopak matanya kadang terpejam kadang terbuka dengan air mata yang mengalir juga isakan lirih dari bibirnya.

"Lo gak paham Sang, i need it."

Yeosang menjauhkan kaleng tersebut, menghalau dari jangkauan tangan Wooyoung.

"Makanya jangan minum lagi, ayo cerita."

Lelah menggapai juga karena pusing yang menyerang Wooyoung baringkan dirinya di lantai. Isakannya masih terdengar. Begitu putus asa dan frustasi.

"Gua kayanya emang gak pantes bahagia ya Sang?" Katanya beberapa saat setelah hentikan isakan. Yeosang kerutkan kening, mengerti arah pembicaraan yang Wooyoung buka tapi enggan mendengar keluhan pilunya.

"Maksud lo? Semua orang berhak bahagia. Lo jangan gitu, banyak yang sayang sama lo. Lupain bokap dan nyokap lo, disini lo bisa raih keluarga baru yang lebih sayang lo."

Wooyoung menggeleng, "Lo gak akan pernah tau dan ngerti Sang."

"Iya betul karena lo gak pernah berbagi sama gua. Sejauh itu kah Young?"

Yeosang menghampiri Wooyoung yang masih terlentang lesu, mengangkat tubuh mungil itu lalu didekap erat. Wooyoung tak dapat bereaksi lebih lanjut. Tubuhnya merindukan kehangatan ini. Sudah sangat lama tak ia rasakan karena beberapa alasan.

"Jauh banget ya? Sorry selama ini gua gak jagain lo dengan baik Young."

Wooyoung membalas pelukan Yeosang, menenggelamkan wajahnya di bahu sang sahabat. Dirinya kacau, dirinya payah. Mengatasi permasalahan hati sendiri ia hampir tak mampu.

Tangan lebar Yeosang tergerak untuk mengusap helaian rambut Wooyoung yang sudah sedikit memanjang. Tubuh rapuh ini butuhkan hal yang lebih dari sekedar ini. Beban yang di tempatkan pada kedua bahu sempit itu seolah tak cukup, terus menimpanya lalu menggoreskan luka luka tak kasat mata di hatinya.

"Lo gak sendiri Young, ada gua disini. Gua gak tau pasti masalah lo apa kalau lo gak ceritain. Lo punya kebebasan memang, tapi kalau yang satu gak bisa lo andelin lo masih punya gua."

Wooyoung mendongkakan kepalanya. Menatap manik kembar sahabat yang penuh keyakinan namun sedikit menyimpan sendu.

"Memang cuma lo yang paling ngerti gua Sang. Gak heran Jongho kecantolnya sama lo hehe." Kekeh Wooyoung diakhir.

"Apa hubungannya bego? Gak ada. Haha hehe haha hehe lo lagi sakit hatinya gak usah pura-pura kalau di depan gua."

Wooyoung tertawa menggantikan kekehan. Bukan tawa bahagia yang menyenangkan tapi tawa sarkatis penuh kepiluan.

Yeosang makin mengeratkan pelukannya. Wooyoung tak sepenuhnya mabuk, dia peminum yang kuat. Kata-kata yang dia lontarkan ada sedikit jujur sama bohongnya. Mungkin bingung bagaimana cara menyampaikan tanpa melibatkan sakit di dalamnya.

"Sang mau janji dong. Kalau gua cerita semua ini, gua mohon lo buat keep dari siapa pun bahkan Jongho. Mau kan?"

"Gua janji Young, janji."

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang