Pandangan Seonghwa 16

658 122 2
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Perjalanan mereka lancar, tak ada macet yang dikatakan karena Hongjoong pengendara yang handal dan gesit walau beberapa kali harus kena cubitan maut dari Seonghwa yang duduk di samping kemudi. Rasanya seperti menjemput ajal saja. Woosan yang duduk di kursi paling belakang diam-diam tanpa suara, sedangkan Jongho di kursi tengah tertidur lelap dengan posisi setengah terlentang ke kanan. Kurang nyaman sih tapi si bungsu tak terusik dengan gerakan Hongjoong tergesa bahkan berkali kali hampir terperosok.

"Kamu kalau mau mati jangan ajak-ajak ya Joong. Cepet sih tapi jantung aku kaya diajak tamasya ke alam barzah." ucap Seonghwa, jari-jari langsingnya mengusap dada sendiri berkali-kali. Hongjoong tersenyum lebar tanpa dosa. Rasa-rasanya Songhwa sesudah ini harus stock kesabaran. Masih terbayang jalan yang beberapa kali meliuk, juga adanya turunan dan tanjakan. Dan orang gila disampingnya berkendara secara ugal-ugalan.

"Sekarang kan weekend Hwa, saya lupa. Makanya saya jalaninnya agak sedikit ngebut. Kalau telat aja mungkin kita nyampe agak sorean gitu loh."

Seonghwa menatap tajam Hongjoong sebelum melihat kebelakang, memastikan kawanan yang lainnya tak terkena serangan jantung dan phobia orang gila secara dadakan.

"Kalian oke?"

San menjawab dengan acungan jempol. Disampingnya Wooyoung tertidur sembari menyandarkan diri di bahu San. Lagi-lagi Seonghwa menerbitkan sebuah senyuman.

Ia melepas sabuk pengaman, keluar dari mobil untuk menghampiri Jongho yang masih tertidur di kursi penumpang. Pipinya yang chubby itu memerah dengan rambut sedikit berantakan. Dengan hati-hati Seonghwa mengusap rambut pemuda paling muda itu. "Jongho bangun yuk, udah sampai."

Jongho perlahan membuka matanya. Ia mengerjap pelan. "Udah sampai?"

"Iya udah, yok turun."

Jongho tak langsung bangun dari posisinya ia sedikit menguap dan mengucek matanya. "Eh gua dimana ini?"

San yang menyaksikan itu hanya memutar bola matanya malas. "Di neraka dek." jawabnya asal.

Jongho membulatkan matanya, dengan kesal ia memukul kepala sang kakak hingga membuat Wooyoung terbangun karena goncangan dari tubuh San. Pemuda dengan dimple di pipi kanan-kirinya itu meringis.

"Anjing lo adek sialan. Sakit anjing kepala gua! gua bilangin bunda ye. Dasar lo anak anjing!"

"Mulut lo sembarangan! kangen cambuk neraka apa gimana sih?! gua bilangin bunda juga lo ngatain gua anak anjing yang secara gak langsung lo ngatain bunda anjing!"

Wooyoung memijat kepalanya, sedikit pusing ketika bangun tidur disuguhi keributan adik kakak yang saling memaki.

"Lo berdua yang anjing ye. Kaga jadi enak badan gua! Dan lo Jongho buruan lo turun otak gua kebas merhatiin lo sama San!"

"Baru bangun tidur udah nyolot, minta dikawin sun go kong lo Woo?ntar gua kawinin massal sama si Jongho sekalian."

"Bacot anjing!"
Wooyoung menjambak rambut San hingga pemuda itu oleng ke sisi kanannya. "Ho bantuin Ho dia emang anjing !"

Dengan senang hati Jongho melaksanakan titah dari Wooyoung. Pemuda imut itu menarik rambut sang kakak kearah depan. Double kill. Rip Choi San's head.

"AWWW AWW ANJING KALIAN GILA LEPAS ANJING AWW AWWW. SOMEONE HELP!!!!"

Seonghwa melihat itu panik, dia mencoba untuk melepaskan tangan Jongho yang menjambaki rambut San.
"Wooyoung, Jongho udah dong kasian ihh. Jangan kasar gini. Udah-udah lagian dari tadi kalian saling memaki kok. Hongjoong bantuin ihh jangan ketawa-ketawa aja!" Seonghwa berteriak, tak tahan juga melihat ketiga manusia itu toxic hingga melakukan sedikit kekerasan sedangkan si tertua yang lain tertawa bahagia melihat kejadian itu.

"Hahaha maaf Hwa lagian ini lucu."

"KAK HONGJOONG BANTUIN GUA ISH AWWW! AMPUN AMPUN, KALIAN MAU APA NANTI GUA KABULIN DEH PLIS INI UDAHAN. KEPALA GUA MAU BOTAK!!"

Senyum mengembang di kedua bibir pemuda manis-manis yang bersangkutan itu. Dengan serentak mereka melepaskan cengkraman pada rambut si dominan.

"Oke well, i'll take your words kak!"
San mengangguk, ringisan-ringisan masih terdengar di belahan tipisnya.

Jongho segera turun, disusul Wooyoung. Menyisakan Seonghwa dan San. Hongjoong, dia sudah keluar dari mobil sejak teriakan San yang kedua mengudara.

Seonghwa menatap khawatir San, "Kamu gak apa-apa? yuk turun nanti di dalem aku lihat kepala kamu, takut ada luka."

San memberikan senyuman, ia menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa kak. Jangan khawatir, mungkin sedikit ngilu aja hehe."

"Tapi keliatannya itu sakit banget deh. Aku aja ngeri liatnya. Pokoknya ntar aku liat kepala kamu ya."

San menghangat, lesungnya semakin mendalam. "Makasih ya kak."

Sejenak Seonghwa tak dapat mengalihkan pandangannya untuk selalu melihat keindahan yang berada didepan mata. Usulan Hongjoong untuk menghabiskan waktu di villa miliknya memang tak salah. Dia dimanjakan keindahan kota juga alam yang berbaur.

"Indah banget."

Wooyoung menghampiri, ia membawa sebungkus keripik kentang legend favoritnya.

"Emang indah apalagi kalo gua yang liatnya kak."

Seonghwa berbalik, didapatinya Wooyoung yang sudah senyum-senyum tak jelas.

"Kamu bener-bener gak jadi sakit Woo?"

Wooyoung mengedikan bahunya, "Gak tau ditidurin sama emosi ya gitu. mau?" tawarnya.

Seonghwa menggeleng, dirinya sudah kenyang makan roti yang diberikan Hongjoong tadi sebelum pria itu pergi membeli bahan makanan yang lain. Mereka datang tanpa persiapan kan? Hanya persiapan diri saja yang setengah dipaksakan. Nyusahin memang, jadi harus keluar tenaga lagi. Yasudah salahkan saja Hongjoong.

"Kak lo gak mau masuk? gua masuk ya. Udah agak dingin kerasanya."

Seonghwa tersentak ia alihkan pandangnya pada Wooyoung, "Mau aku temenin? San lagi tidur. Terus Jongho sama Hongjoong kan lagi ke supermarket."

"Gak usah kak. Mungkin gua mau nyusul San tidur aja. Ngantuk lagi nih."

Seonghwa mengangguk saja untuk jawaban. Lalu kembali menatap pemandangan yang ada.

Namun ada getar ponsel yang berada di kantung celananya. Layar ponsel itu menampilkan panggilan masuk dari nomor yang tak ia kenali. Sedikit parno awalnya tapi Seonghwa angkat juga, takutnya ada apa-apa.

"Halo?"

"Seonghwa..." suara lelaki yang ia ketahui, tapi tak pasti juga.

"H-hongjoong?" jawab Seonghwa ragu.

"Nah iya. Hwa ini saya sama Jongho lagi diluarkan. Itu kalian mau makan apa biar sekalian aja."

"Kok bisa tau nomor ku?"

"Wkwk rahasia deh, ini Hwa yang manis mau makan apa atau mau samakan dengan kita?"

Duh mendengar kekehannya saja sudah membuat Seonghwa mulas diperut, bukan jijik tapi deg-degan.

"Hwa?"

"A-ah ya Joong kenapa?"

"Itu jadinya gimana?"

"Yang lain tidur Joong, aku samakan aja kayanya bingung juga."

"Yaudah saya sama Jongho lanjut ya, dadah manis."

'tuttt'

Seonghwa matikan sambungan teleponnya. Hanya karena tak mau lagi mendengar suara Hongjoong yang entah kenapa kalau di line telepon begitu rasanya sangat mmm sexy? Tak tau lah Seonghwa sudah gila. Seonghwa tak mau gampangan. Tapi Hongjoong buat dirinya gampangan sekali.

Gampang buat jatuh naksir sama lelaki itu.

__________________________________

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now