Pandangan Seonghwa 9

1.1K 187 5
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Sorenya Hongjoong betul-betul culik Jongho tapi bukan dalam artian sebenarnya, mana mau betul-betul menculik. Jongho kalau makan habisin beras di rumah belum lagi berat di jajan. Alamat Hongjoong busung lapar kalau iya.

"Ho gua belom ijin Yeosang loh ini lo main cabut-cabut aja. Pacar lo ntar ngamuk-ngamuk ke gua."

Jongho mengaduk ice cafe lattenya tak bersemangat, melihat pemandangan sore yang sungguh menyumpekkan mata,  dimana meja yang mereka pilih berada di sisi jendela yang menghadap langsung ke arah jalan padat kendaraan itu. Membuat Jongho tambah pusing saja bawaannya.

"Ho? " tangannya ditepuk Hongjoong pelan.  Masalahnya dia terkacangi. Tak sudi. Tak pernah ada dalam sejarah orang tampan macam Hongjoong dicueki. Dan jujur saja itu membuang waktu berharganya.

"Kak Yeo gak masuk hari ini. Kak Yeo marah deh sama gua kak."

"Lah Yeosang gimana sih kok marah sama lo. Wah dia kaga ngehargai lo itu Ho! Gua hajarin mau? "

Jongho memukul cantik tangan Hongjoong yang bertengger diatas meja, "Ish sembarangan! Asal menuduh lo kak, itu fitnah namanya.  Gak pernah dibentak polisi militer lo ya! "

"Ish ish ngegas. Gua nyimpulinnya gitu loh ya. "

Hongjoong ganteng ahli fitnah. Percuma ganteng doang hobi ngefitnah cogan. Itu tak baik ya jangan lah kau tiru.

"Iya iya dah.. Tapi bukan itu kak. "

"Nape nih? Belom lo cerita dah bikin nyawa gua emosi nyampe langit ke dua Ho."

Jongho menusukan garpunya pada cheese cake yang tak berdosa itu. Ntah lah punah sudah seleranya untuk memakan cake lembut nan manis itu.

"Jangan ditusuk-tusuk kasian, cukup lo aja yang tiap minggu ditusuk Yeosang."

"Ya rabb omongan lo dari tadi mengundang hujatan dari gua ya kak!" Jongho mengacung-acungkan garpunya ke arah Hongjoong. "Bae bae tuh mulut kak, belom ada cerita tapi jiwa korsa gua menggebu-gebu buat nyekek lo."

Hongjoong menyerah, seram betul ancamannya mana lagi memegang garpu kecil yang bisa berpotensi mencederai salah satu organnya. seram "M-maaf, lanjut dek."

"Kak Yeo paham kok gua yang gak mau langkahin abang. Dia juga santuy sih sebetulnya gak ngajak buru-buru apa gimana. Cuma kak Yeo agak kesel soalnya gua kekeuh ketika abang sama ayah ibu gua udah ngasih lampu ijo kak."

"Terus tau gak, pulang dari rumah gua dia kek gak biasanya kak. Dia gak ada ngabarin gua. Ini kan kejadiannya hari rabu noh. Kamisnya dia masih normalan cuma kaya gak terlalu banyak omong sih."

"pacar lo yang itu emang kaga gacor pan? " sela Hongjoong lalu meneguk ice latte nya dengan penuh keasoyan.

"Iya tau elah kak. Kan biasanya dia ada cerita dikit atau apalah gitu. Pas nganterin gua pulang dia diem-dieman dong kak. Gak ada lah ngomong apa-apa. Padahal siangnya makan di cafetaria biasa kok kaya dia mesenin makan buat gua malah pas kemaren dia ngetawain kak Seonghwa loh."

Duh Seonghwa lagi. Hati Hongjoong merasakan getaran yang menggelitik seperti sehabis dibentak brimob. Deg deg deg, menantang maut tapi ini sangat menyenangkan. Tiba-tiba melintas dipikirannya. Apakah Seonghwa sudah pulang dengan selamat sentosa dan tak ada cacat dalam bentuk apapun? Apakah ia sudah makan malam yang bergizi dengan mengikutsertakan empat sehat lima savage? Ayo lah Hongjoong gatal ingin mengetuk dm Seonghwa apalagi mengetuk hati pemuda ayu itu.

"Tuh kan tuh kan, ayan lo kumat kak. Udah paling bener lo terapi ke ustadz siapa tau setan di diri lo beranak pinak membuat perusahaan dan agensi asoy seperti es'em dan wayji."

"Kan kan, kebiasaan lo kalau udah ngehujat orang nyampe akar-akarnya alias ngajak berantem lo?"

Jongho mengibas-ngibaskan tangannya di depan Hongjoong, "Gak dulu deh ntar lo makin bogel malu gua mengakui lo."

Tuhan, Jongho padahal sedang galau ya. Tentu katanya ingin menangis. Tadi wajahnya masih lesu. Ntah ada bisikan iblis dari mana anak yang kurang divaksin itu sangat lancar untuk menghujat orang.

"Skip. Lanjut cerita lo."

"Oh iya!" wajah Jongho kembali memuram. Ekspresi dan mood anak yang bukan anaknya ini sangat cepat berubah-ubah.  Hongjoong sedikit ngeri.

"Nah kaga ada ngomong tuh kan dia. Tau-tau aja sebelum gua keluar dari mobilnya dia ngomong gini
'Dek kalau kamu belum siap ya ngomong jangan pernah numbalin orang buat jadi tameng kebohongan kamu.'

Ihh kata aing téh dalam hati gini. 'Kobe sia saha yang begitu? Hoho gak pernah numbalin orang, hoho gak ambil kelas pesugihan pas kuliah.'

Tapi gak Hoho omongin langsung gitu ya, Hoho diem aja ya kak."

Hongjoong mengangguk, ingin menyela kembali tapi sudah merasa ditakuti oleh hujatan yang luar biasa menusuk hati dan kalbu seorang Kim Hongjoong ini. Diam saja itu sudah betul, Hongjoong jadi teringat pepatah. Diam itu emas, jika kamu diam-diam melihara tuyul. Oke akan Hongjoong ingat selalu.

Matanya berpendar, mendadak ramainya ini cafe perasan sekitar beberapa menit yang lalu hanya tiga table yang terisi termasuk tablenya.

"Mulai rame Ho."

"Belumm ihh belum rame gua belom cerita bagian kak Yeo bentak gua!"

"Ck, bukan itu. Cafenya ini loh."

"Gak apa-apa kali udah biasa. Gua lanjut nih. "

"Jadi kan gua diem aja tuh. Kak Yeo bilang, 'gimana? paham gak apa yang kakak omongin.' karena gua gengsi kan ya masa di hadapan calon laki gua bego. Ya gua jawab. 'ngerti dong.' ehh kak Yeo malah masang wajah gak nyantenya loh ya kak. 'yakin ngerti?'

Gua ngangguk, terus dia ngomong lagi 'kalau misalnya lusa gua ajak lo tunangan lo mau gak?'

Gua otomatis ngegeleng kak. Yakali lusa, kan lusa ntu hari senin. Terus kita mau bolos gitu? Sayang duid atuh ya kak. Ehh kayanya kak Yeo nangkepnya beda gitu loh dia kaya kecewa gitu. Terus gua kaya tanya dia dong gini. 'kak kok aneh gini tiba-tiba.'

Terus dia bentak gua dong kak. 'Iya karena lo nya masih ragu sama gua. Kalo sekiranya lo ragu sama gua kita udahan aja!'

Gitu."

Jongho sudah dipastikan menangis ya,  matanya memerah berlomba-lomba mengeluarkan air mata. Hongjoong begitu tak tega walau sudah jelas inti dari permasalahan pasangan muda-muda ini.

Hongjoong berdiri mendekat pada Jongho, ia tarik kursi sebelahnya. Mendudukan diri agak canggung tapi beberapa detik kemudian pemuda bongsor kekurangan vaksin itu sudah berada nyaman dalam pelukan Hongjoong. Menyembunyikan wajah rupawannya di dada sang tertua.

Duh pengakuan dosa sedikit dari Hongjoong. Ini bukan hanya tak tega tapi malu juga sama penghuni cafe yang lain. Bisa-bisa menjadi tersangka akibat air mata si Jongho ini. Hongjoong tak suka jadi tersangka.

Belum ada kata yang terucap. Tangan Hongjoong mengusap penuh kasih sayang surai si muda. Menenangkan walau efeknya kecil. Mata setajam elangnya memincing kala tak sengaja bertubruk pandang dengan seseorang di ambang pintu cafe.

Bukannya seorang saja tapi ada satu orang yang menatapnya sedikit emosi.

'Gawat! Help me!'






______________________________________

hai 🌚
sorry typo 🌚

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now