Pandangan Seonghwa 10

1.2K 191 2
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.


"Udah-udah jangan cemberut terus lo. Jelek banget kalo begitu kak! "

Hongjoong menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangan. Moodnya masih sangat anjlok.

Ketiga pemuda yang lain meringis, lebih kentara pemuda yang lebih mungil dari ketiganya. Sesekali mengucapkan maaf berkali-kali.

"Kak sorry ya g-gua betul-betul gak tau. Lagian posisi lo ambigay banget bikin gua maunya soudzon terus sama lo."

Hongjoong mengangkat wajahnya, raut wajah jutek tapi diam-diam seksi itu terhias selama kurang lebih 10 menit pasca kejadian yang sedikit tak menyamankannya.

"Untung yang punya cafe kerabat gua Woo, kebiasaan mulut lo kaga beradab sih bikin gua malu nyampe ujung zimbabwe."

Ya, jadi yang berdiri di ambang pintu cafe itu Wooyoung dan Seonghwa. Dimana Wooyoung langsung menghampirinya lalu menuduh dengan suara lantang bahwa dirinya secara diam-diam berselingkuh dengan Jongho dan telah lama menjadikan Jongho kekasih gelapnya. Perlu diingatkan keadaan cafe itu mendadak ramai kan. Otomatis semua atensi pengunjung berpusat padanya.

Bodohnya lagi sempat Wooyoung akan menghubungi Yeosang. Namun urung karena bekapan super menyesakan dari Seonghwa.

"Ya gua kira lo selingkuh sama Hoho, mana peluk-peluk gitu."

"Ya rabb gua kaga boleh peluk adek sepupu gua Woo?"

"HAH?!"

Bukan hanya Wooyoung yang terkejut, Seonghwa yang sedari tadi kalem menyimak ikut terkejut. Bukan apa-apa sih, hanya merasa tersuprise akan fakta yang tersedia langsung dari belahan mulut Hongjoong.

Wooyoung, tak pernah sedikit pun terfikir mereka bersepupu. Marganya saja berbeda kan. Tapi itu tak bisa dijadikan acuan sih. Dia kesal Jongho tak ada sedikit pun bercerita padanya. "Lo gak pernah cerita Ho."

Mata Jongho memerah dan bengkak, bibirnya memerah juga ujung hidung sedikit merah, menatap lesu ke arah Wooyoung. Moodnya sedang dalam perbaikan masih belum bisa berbaur dengan keanjlokan temannya ini.

"Lo gak pernah tanya ya! "

Beralih ke Seonghwa, diam-diam merasa tak nyaman karena Hongjoong terus mematainya sejak kedatangan awal. "Hm ada masalah? " Seonghwa memberanikan diri bertanya pada si tersangka. Hongjoong terkekeh. Loh loh Seonghwa tambah bingung. Tadi kan pundung kok sekarang senyum-senyum.

"Kamu tuh lucu Hwa." Diakhiri wink yang membuat Seonghwa mengalami gejala kehamilan di pagi hari alias mual.

"Euwwww jijik kak, kak Hwa udah balik dari sini mandi kembang 10 macem ya biar kaga kena sial."

"emangnya gua apaan? maksud lo setan gitu? anjing lo Woo!"

"ya ampun sabar kek kak lo ngegas mulu etdah."

Seonghwa lelah, ingin pulang. Bukannya disuguhi pertengkaran antar si boncel dan si mungil. Ayolah kerja selama 8 jam, mana tugas numpuk apa masih mampu untuk menamatkan satu argumen yang tak berdasarkan entah dari asas mana. Kalau bukan kemauan si mungil Wooyoung, Seonghwa bersumpah ia sedang menikmati makan malam ala kadar dari sang bunda yang selalu tampak nikmat. Wooyoung sih pakai acara merengek seperti anak kecil yang meminta susu pada ibunya. Seonghwa risih alih-alih tak tega, maka Seonghwa penuhi keinginanan Wooyoung untuk beli cake sekalian mau beliin buat ayah bunda juga. Wooyoung baik sih tapi endingnya bikin malu luar biasa.

"Bagong banget sia Woo!"

"Lah bagong teriak bagong!"

Seonghwa menghela nafasnya lelah. Jongho masih betah menyender pada Hongjoong, acuh akan perseteruan bodoh ia lebih memfokuskan dirinya dengan gadget canggih digenggamannya itu.

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang