Pandangan Seonghwa 26

350 73 9
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Berdiri di sini sejak 30 menit yang lalu tentu bukan gaya Hongjoong sekali. Disana tersedia tempat duduk tapi Hongjoong senantiasa menjadi bodoh berdiri di ambang pintu tanpa mau masuk. Orang-orang tatap dia aneh, tapi tak ada seorang pun yang berkeinginan untuk tegur lelaki yang kini bersuraikan hitam. 3 hari yang lalu ia putuskan untuk mengganti kepalanya dari biru mentereng jadi hitam ganteng.

Tangannya tak kosong, ada sebuket mawar merah yang mengisi space diantara genggaman mungilnya.

"Masuk jangan?"

Dia gusar, tentu aja. Di dalam sana sosok yang menjadi PRnya sedang terbaring lemah dengan satu dua jenis alat medis yang menancap di permukaan kulit. Lamanya sejak 5 hari yang lalu. Tepatnya saat ia sudah memutuskan. Kejadian dengan tempo yang cepat buat Hongjoong stress mendadak. Bukan tanpa alasan tapi Hongjoong yakin yang jadikan alasannya itu tentu aja dirinya sendiri.

Hongjoong meringis kalau ingat. Dia sering ingat tiap kali lihat beberapa alat yang dipasang. Walau tak sebanyak hari kesatu dan kedua tapi tetap saja buatnya takut. Hanya selang infus yang terpasang tapi reaksi Hongjoong terlalu lebay? Jangan begitu ayo Hongjoong akan bawa pada kejadian beberapa hari lalu. Kejadian dimana Hongjoong sesali keputusannya untuk yang pertama dalam hidupnya.

"Enggak Yun, sorry gua gak bisa."

"Kenapa?"

"Waktu yang berlalu selama ini sadarkan gua kalau semuanya gak akan sama lagi. Begitu pula dengan hati gua. Apa yang lo harapin? Hati gua udah hancur."

Final. Tak ada harapan. Hongjoong usai dengan berjalan maju pegang knop pintu. Namun sebelum itu semua terjadi suara pecahan kaca terdengar, nyaring persis di belakangnya.

"Aku udah nahan."
Hongjoong putarkan tubuh, cairan merah merembes dari celah-celah genggaman tangannya.

"Apa yang kamu lakuin?"

"Gak tau kah kamu aku tersiksa? Tanya diri kamu sendiri, seberapa deket kita? Lama, lama banget tapi kamu gak tau diri aku? Gak tau juga keluarga kamu sendiri kan?"
Putus asa, air mata berjatuhan deras tapi Yunho kuat untuk tak keluarkan isakannya.

"Maksud kamu apa?"

"Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Tapi keluarga mu ingin kan hidup tanpa aku. Selamat tinggal."

Tepat di depan matanya. Pecahan kaca jadikan senjata untuk akhiri hidupnya.

Satu goresan dalam di pergelangan tangan kiri, cairan merah mulai merembes keluar hingga basahi lantai yang ia pijak.

"Y-yunho."

Jujur masih terbayang. Pengalaman ngeri mungkin kah? Tentu saja.

"Pak permisi saya akan cek kondisi pasien. Sudah waktunya makan dan minum obat."
Tersentak, dia tersenyum canggung. Mengikuti perawat itu sampai kedalam. Yunho pun begitu, tersentak lalu buang muka saat tatapan mereka bertubrukan.

Si perawat jalankan tugasnya dengan baik begitu pula dengan Hongjoong duduk memperhatikan.

"Tidur nyenyak ya pak?"

Yunho mengangguk, enggan jawab. Biar timbul kecanggungan biar Hongjoong segera kembali. Yunho malu tak ingin bertemu dengan pria mungil pengisi hatinya.

Rasanya masih terbayang-bayang. Dirinya ditolak mentah-mentah tapi tetap inginkan kehadirannya diterima. Itu sungguh muluk, Yunho seolah hilang akal. Ini menyadarkannya. Insiden beberapa hari yang lalu ingatkan dia sebagai apa. Posisinya dimana.

Sama seperti yang mereka katakan. Apalagi Hongjoong kemari karena dasar rasa kasihan saja. Dia itu apa? Merepotkan. Yunho harus berpikir dua kali untuk lakukan hal yang lain nantinya. Tinggal tunggu waktu dan kesempatannya.

"Nah selesai, sekarang makan dulu pak seusai itu minum obat."

"sus biar saya saja ya."

"baik pak kalau begitu saya pamit."

Berdua dengan Yunho. Rasa ragu Hongjoong menguap. Satu tangannya terulur untuk suapi Yunho tapi si pemuda itu menggeleng, menolak.

"Aku sendiri aja kak."

"Gak apa-apa biar aku aja ya Yun? sekali aja."

Tatapan itu, memohon dan sedikit putus asa. Entah karena apa. Yunho mengangguk.

Tak ada lagi pembicaraan yng mengudara. Mereka khusu dengan apa yang dilakukan. Tak perlu waktu lama tuk habiskan makan dan minun obat. Sekarang terdiam tanpa lakukan apapun. Canggung, ini memang Yunho harapkan agar Hongjoong tak nyaman lalu pergi. Tapi nampaknya tak berhasil. Lantaran alih-alih duduk di kursi yang tersedia, lelaki itu pilih untuk duduk di atas ranjang yang sama dengan Yunho.

Menagih atau ingin jelaskan sesuatu mungkin. Tapi Yunho tak yakin dirinya cukup baik tuk jelaskan semua. Dia hanya ingin lekas pulang saja lalu menjauh dari Hongjoong.

"Hi, jangan tegang. Disini aku mau ngobrol santai aja. Orang sakit gak boleh stress."

Yunho tak sadar, nyatanya dia memang tegang sedari tadi. Tak lain ini karena topik pembicaraan. Dia sudah yakin tak akan bawakan kemulusan.

"Yunho aku gak tau apa alasan kamu tiba-tiba tinggalin aku. Aku gak pernah cari tau itu, maaf."

Hongjoong menghela nafasnya. Harusnya kalau orang itu salah Hongjoong juga ikut salah. Hongjoong tak pernah perhitungkan tentang itu.

"Aku lupa kalau aku masih punya keluarga. Maaf aku gak tau dan aku egois. Maaf, karena udah salahin kamu. Maaf gak cari kamu. Maaf aku malah ikut menghilang. Maaf-"

"kak udah gak apa-apa. Aku terlalu takut, aku gak cerita sama kamu. Stop minta maaf kita gak tau bakal begini gak tau juga malah timbulin banyak kesalah pahaman."

Yunho berusaha kuat, tapi matanya jelas terbebani. Rintik cairan mata jatuh bebas, basahi pipinya.

"Maaf buat kamu nyaksiin sesuatu yang ngeri, aku. Aku bukannya obsessed sama kakak. Aku cuma udah terlanjur sakit bukan kepalang. Maaf bukannya jelasin malah bikin kakak terbebanin."

"Harusnya aku tau kamu Yun, maaf aku bego banget. Harusnya aku tau alasan kamu cari aku itu kenapa."

Hongjoong menelan ludahnya, keputusan terbesar dan terberat bagi hidupnya.
"Aku ingin kita mulai lagi dari awal."

"Untuk apa? No kak aku gak butuh empati kamu. It's okay kita anggap semua yang terjadi itu gak ada. Dan kamu dengan hidup mu yang semula. Jangan perdulikan aku."

"Gak Yun, aku inginkan ini."

"Enggak kak kamu hanya merasa bersalah. Please mungkin salah aku cari kamu dan berharap lebih kalau kita akan kembali seperti dulu aku terlalu naif. So lebih baik lupain. Hati mu juga bukan buat ku lagi. Jangan sia-siain waktu kamu karena rasa bersalah. Aku minta maaf atas semua yang terjadi."

Begitu panjang Yunho jelaskan, Hongjoong diam membisu. Yunho tau kalau lelaki Kim itu hendak pikirkan sesuatu lebih untuk tembus kesalahannya.

'Cup.'

Yunho menegang kembali, bibirnya dilingkupi rasa hangat. Hongjoong disana klaim bibir Yunho, memagutnya dengan beberapa lumatan. Yunho bisa lihat bulu mata panjang milik Hongjoong. Lelaki yang lebih tua itu memejamkan matanya, lalu terbuka untuk mengukung tubuh Yunho yang lebih besar darinya itu.

Yunho tak tahu harus bagaimana berekspresi, Yunho tak tahu juga apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena seusai bibir ciuman itu pindah ke lehernya. Yunho berpegang pada sprei hingga kusut.

Ini salah, dengan lemah Yunho dorong tubuh mungil itu. Nafasnya tak beraturan, air mata kembali turun. Belum sampai mengering sudah menangis lagi. Yunho betul-betul kacau.

"Kembali lagi kaya dulu ya Yun? Aku mohon."

______________________________________

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now