Pandangan Seonghwa 31

351 73 10
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Hongjoong menghentikan mobilnya tepat disebuah rumah sederhana pinggir kota. Ah bukan pinggir, ini ujung kota. Hingar bingarnya tak sampai sini. Tanaman hidup, hijau segar penuhi perkarangan. Ada beberapa bunga yang turut hiasi, si hijau kini tampak berwarna. Sore tak butakan keindahannya. Cahaya mentari yang sedikit-sedikit itu sinari beberapa kelopak bunga yang tak Seonghwa ketahui jenisnya.

"Indah banget tapi aku buta perbungaan."

Hongjoong mendekat, disamping Seonghwa yang sudah turun terlebih dahulu. "Saya gak mau so tau lagi Hwa nanti malu kaya kemarin. Tapi serius deh saya juga gak tau hehe."

Seonghwa menoleh, tatap Hongjoong dengan wajah lucunya. "Gak apa-apa itu lucu tau. Btw ini kita mau ke siapa?"

Hongjoong mengulurkan tangannya, itu disambut baik oleh Seonghwa. Mereka lakukan untuk beberapa detik sampai diputus Hongjoong buat ambil kunci.

"Rumah masa lalu saya Hwa hehe, saya rasa tukang kebunnya rajin ya. Yuk masuk ke dalam."

Hongjoong memimpin diikuti Seonghwa, rumah ini nyaman seperti di rumah sendiri. Hangat suasananya.

"Silahkan duduk biar saya buatkan minum buat kamu. Mau teh atau kopi?"

"Teh saja Joong. Ah makasih."

Rumah masa lalu Hongjoong katanya. Seonghwa bilang ini hangat kan. Tak ada seorang pun selain dirinya dan Hongjoong. Ya tak ada seorang pun.

Seonghwa mengerjap.

"Haha cuma aku sama Hongjoong." Seonghwa menggelengkan kepalanya halau pikiran buruk. Namanya dua orang dewasa dalam satu ruangan, mana yang satu naksir berat yang satu malu-malu. Ini tak akan terjadi hal yang tidak-tidak bukan? Ya tentu saja tidak. Seonghwa harap begitu ya.

"Kenapa?" Seonghwa kaget. Mau melatah tapi tak jadi Seonghwa bukan orang yang suka latah. Hongjoong kembali dengan dua cangkir yang isinya berbeda.

"Diminum Hwa kayanya udara dingin gak cocok buat kamu ya?"

"Iya, tapi gak dingin kok."

"Masa? Kalau kesini sih biasanya selalu dingin Hwa ahh tapi mungkin ada kamu jadi hangat ya."

Duh ingin melebur. Jamet satu ini bisa saja buat Seonghwa tersipu malu. Seonghwa bukan lagi remaja tapi kalau digombali lelaki ganteng macam Hongjoong bisa apa selain meleyot juga.

Pipinya sudah panas, merah warnai hingga telinga. Rumah ini hangat, terlalu hangat hingga buat Seonghwa terbakar. Tapi ulah Hongjoong. Lelaki itu sekarang cuma senyum-senyum. Apa mungkin yang buat lucu?

"Kenapa?"

"Enggak ada, tapi kamu lucu ya kalau merah gitu. Malu ya?"

Kalau siram Hongjoong pake teh itu masuknya sopan atau tidak? Seonghwa kan malu kenapa harus terus digoda seperti itu. Seonghwa mana bisa jawab. Seonghwa kan bisanya diam. Terlalu malu dan salah tingkah.

"Gemes ih. Kok gak jawab saya? Gak apa-apa sih Hwa. Kamu lucu banget."

Ya coba saja siapa yang bisa jawab.

"Hwa?"

"Iya?

"Kalau misalnya saya suka sama kamu gimana?"

Seonghwa blank. Tangannya digenggam Hongjoong sorot matanya pun serius. Seonghwa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ini Hongjoong nyatakan cinta. Ajak Seonghwa pacaran kah? Oh belum Hongjoong masih tanya.

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now