Pandangan Seonghwa 27

355 81 2
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Malam kelabu bagi si Jung kecil memang. Pagi hari juga mulai mendung. Si Yeosang yang berhati mulia tanpa akhlak budiman itu sudah bikin Wooyoung sakit kepala.

"Hehe gua cuma cobain dapur mini lo Young. Hehe gak tau gua bakalan sebagus ini."

Ayok nangis bareng Wooyoung. Dapur mininya sudah acak-acakan. Cangkang telur dimana-mana, minyak berceceran, garam dan gula berhambur juga ntah bagaimana bisa Yeosang buat telur yang hangusnya luar dalam.

Wooyoung stress berat. Masalahnya kalau yang hancurin Yeosang siapa lagi yang harus bersihin? Ya Wooyoung. Lelaki ganteng itu cuma tampang doang, disuruh begini mana benar yang ada malah tambah buat acak-acakan.

"Yeosang gua terharu buat lo yang bersusah payah bikinin gua sarapan ala neraka ini. Tapi lo bikin gua marah dengan hancurin dapur mini gua!"

Disembur, duh Yeosang mulai deh panas dingin. Yang kemarin sangka Yeosang ini cool, elegant, ganteng dan luar biasa siapa? Oh tidak ya kawan. Kalau sudah bersama Wooyoung sifat slengeannya makin parah. Ibarat Yeosang+Wooyoung = Yeosang Gila.

"Maaf Woo, tapi seenggaknya gua gak bakar apapun kok!"

"Bacot! Sekarang lo makan tuh telur neraka, terus duduk di sofa jangan deketin gua karena gua mau beberes kalo gak nurut gua potong titit lo!"

Yeosang sawan. Nyawanya yang limit terancam bahaya apalagi keberadaan si adiknya. Duh jangan sampai terjadi kalau iya nanti Jongho tak punya masa depan.

Si ganteng duduk anteng si chubby pijat kepala. Ingin marah tapi tak tersalurkan, yasudah Wooyoung pasrah.

Mulai dari sapu, terus lap dan ngepel sedikit-sedikit. Dapurnya sudah layak pakai lagi. Perutnya keroncongan, minta makan tapi harus kena cuek dulu lantaran si Yeosang berulah. Mau masak pun rasanya jadi enggan. Sudah habis mood. Wooyoung berjalan kedepan, disitu ada Yeosang yang tiduran di sofa. Mangkuk bekas telur nerakanya ada diatas perut. Satu lagi hal absurd dari Yeosang. Tak mengerti juga apa tujuannya. Selang beberapa menit, pintu kostnya diketuk. Jam masih tunjukan pukul 6.28, dia juga belum ada untuk pesan makanan.

"Siapa?" Dia lihat layar ponsel Yeosang yang menyala lalu pergi terburu bukakan pintu untuk si tamu.

"Kak lo gak apa-apakan? Ayo masuk, lo pasti belom makan. Gua bawain banyak makanan buat lo sama kak Yeosang."

Wooyoung bukakan pintu lebar, tak lupa bawakan jingjingan yang Jongho bawa.

"Lah kak Yeo kok malah molor sih kak?"

Wooyoung mengendikan kedua bahunya, "Gak tau, mabok makan telur neraka kayanya."

"Heee??? Dia eksperimen lagi? Aduh maafin si goblok ini kak."

"Iye kaga napa Ho paling gua porotin buat jajan ntar. Enak aja gua di babuin."

Jongho mengangguk semangat. "Iya kak ayok jajan sama gua porotin duit kak Yeo nya."

Wooyoung tersenyum tipis. Jongho buat harinya tak terlalu buruk. Walau bucin dan sedikit alay, anak itu tetap menjadi favoritnya. Rasa sakit hati yang dideranya perlahan menguap. Siapa yang butuh tambatan hati kalau punya teman yang perduli begini saja sudah cukup hangatkan hatinya. Yeosang dan Jongho memang berpasangan tapi mereka tak akan lupa intensitas Wooyoung. Jika bersama-sama juga dengannya yang dia rasakan ya hanya pertemanan, ya gimana sih teman kalau sedang kumpul. Tak ada hal berlebih dari Yeosang pada Jongho begitu pun sebaliknya. Sangat menghargai Wooyoung. Bukan kah harusnya memang begini?

Inginkan haru terharu tapi bukan saatnya. Ada perut yang harus diselamatkan dari gejala kelaparan.

"Ho bangunin dulu tuh si anak ayam. Suruh makan kalau gak nanti dia mampus."

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now