Pandangan Seonghwa 23

393 89 3
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Hari kedua setelah hari senin. Hari rabu buat Seonghwa jadi orang yang super duper menjengkelkan. Tak ada yang tahu kenapa dan mengapa pemuda cantik itu bisa sampai semenjengkelkan ini. Yang jelas dari beberapa sumber, Park Seonghwa ini sedang bad mood.

Semua kena omel, semua kena kritik. Itu betulan aneh padahal dia orang yang paling kalem. Tak pernah mau mengusik pun tak pernah berani mengusik. Kenapa hari ini semua jadi serba salah di matanya.

"Wooyoung bisa kamu diem sedetik aja? Kamu ganggu aku! Kamu buat aku gak konsen!"

Wooyoung kaget. Sudah terhitung lima kali dengan ini Wooyoung kena omelan Seonghwa. Wooyoung memelas, "Kak ini udah yang ke lima kali kakak bacotin gua. Tapi gua gak tau sekarang salah gua apa?"

Seonghwa berbalik, tatap Wooyoung dengan tak bersahabat.
"Kamu bisa gak sih nafasnya gak usah keras-keras?! Itu ganggu tau!"

Sesudah itu Seonghwa lanjutkan pekerjaannya sedangkan Wooyoung sudah ingin menangis saja. Orang-orang di ruangan itu tak berani tegur, mereka cukup dengar dan turuti apa yang jadi protesan Seonghwa. Terlalu takut dan segan.

Nasib apes yang tak lucky bagi Wooyoung memang. Ingin cepat-cepat pukul 12 saja biar bisa istirahat sekaligus buang sial. Sepertinya Seonghwa ketempelan demit toilet lantai 3 deh. Duh Wooyoung jadi merinding akan spekulasinya.

"Wooyoung."

Wajah Wooyoung yang sudah memelas tambah memelas. Setelah tak boleh bicara, tak boleh tertawa, tak boleh bersiul, tak boleh mengetik keras-keras dan juga tak boleh nafas keras-keras, sekarang apa lagi.

"Kak mohon maaf ini mah gua kalau semisalnya dateng ke rumah lo cuma numpang makan doang. Tapi atuh lah plis ini mah gua salah apa lagi?" Ini Wooyoung berbicara sambil nahan-nahan air mata yang on my my way jatuh. Kedua belah matanya sudah benar-benar berkaca.

Seonghwa mengerutkan dahinya, "Kamu kenapa? Ini aku mau ajak kamu makan kok. Udah istirahat ini."

Wooyoung melihat jamnya. Betul sudah tepat pukul 12 siang, waktunya istirahat. Wooyoung anggukan kepalanya sambil terus ucapakan rasa syukur, maksudnya apa pun tak tahu. Entahlah, tapi itu buat Seonghwa makin dalam mengerutkan dahinya.

"Kamu nangis? Kamu terimakasih ke siapa dan kenapa?"

"Huhu aduh kak sorry banget lo makan aja duluan gua mau buang sial dulu." Ucap Wooyoung yang lalu berlarian. Tinggalkan Seonghwa yang telat memproses maksud Wooyoung.

"Buang sial kenapa sih dia? Kebanyakan gaul sama siapa sih dia kok jadi aneh banget."

Seonghwa melengos pergi dari ruangan. Beberapa karyawan yang masih tinggal di sana dapat bernapas lega kembali. "Akhirnya keluar juga dia. Gila rasanya kaya kerja diawasin langsung sama KPK." Testi karyawan A yang diangguki oleh kawanan yang lainnya.

Seonghwa berjalan menuju cafetaria, mencari meja yang kosong sampai matanya temukan pasangan Yeosang-Jongho sedang makan sambil suap-suapan.

"Pasangan yang kemarin ngedrama banget, liat deh akhirnya gimana ckck." Seonghwa tak iri, Seonghwa tak envy. Cuma sedikit tak suka saja. Jadi tanpa menunggu lebih lama pemuda dengan tungkai panjang itu menghampiri kedua manusia tampan yang berstatus sebagai pasangan.

"Hai. Kelihatannya kalian udah lengket aja ya?"

Jongho mengangguk, tangannya yang imut itu aduk-aduk makanan sebelum suapi Yeosang. "Kak aaaaaaa~"
Yeosang patuh, buka mulut agak lebar biar dapat menampung masuk porsi suapan dari Jongho.

"Kok tumben gak sama Wooyoung?"

"Pake kakak sayang, si bocil itu setahun lebih tua dari kamu loh." Tambah Yeosang lalu kembali lagi fokus pada makanannya.

"Iya tapi dia bocil banget kak." Yeosang tak hiraukan, dia suapi di manis biar tak banyak bicara dan ptotes.

"Wooyoung mau buang sial katanya, gak tau deh kenapa."

"Habis ketemu demit kali kak. Dia kan anaknya indigoblok gitu." Yeosang nyeletuk asal. Tak tahu saja ada Jongho yang mati-matian tahan tawa di sela-sela kunyahannya.

"Betul juga. Tapi gak tau deh. Oh ya aku boleh gabung disinikan? Aku mau pesen dulu makanan."

"Boleh dong kak. Yaudah sana pesen dulu makan, nanti seberes kakak aku mau cerita panjangggggg banget."

Jongho sangat bersemangat, mengundang kekehan dari pada yang tertua di sana. "Oke bentar ya." Kata Seonghwa lalu pergi dari sana.

Tak berselang lama Seonghwa pergi muncul lah Wooyoung disebelah barat yang buat Yeosang angkat satu alisnya.

"Hai eperibodeh gua numpang ngaso disini." Wooyoung duduk lalu telungkupkan wajahnya diantara lipatan tangan.

"Lo nape lemes gitu Young?"

Wooyoung mengintip diantara lipatan tangannya. Dia menunjuk-nunjuk random antara Yeosang dan Jongho. Ini membuat yang bersangkutan semakin bingung.

"Cerita yang bener kalau gak gua belah lo jadi dua." Ancaman Jongho itu ampuh buat Wooyoung tegakan tubuhnya. Lumayan ngeri kalau betulan terjadi.

"Iye gua cerita nih. Tapi sebelumnya kaga ada kak Seonghwa pan ya? Oke kaga ada. Jadi gini, gua kayanya lagi kena apes. Gua dimarahin terus kak Seonghwa anjrit. Dia lagi di fase senggol sembelih rasanya. Bayangin bro gua udah lima kali kena semprot beliau, apa kaga jengkel? Mana alesan dia itu gak masuk akal. Kaya gua gak boleh ngomong, ketawa, bersiul, ngetik keras, sama nafas keras. Anjrit wat de hel gitu. Gak cuma gua tapi orang-orang pada kena semprot kak Seonghwa juga. Makanya tadi suasana mencekam banget kaya uji nyali betulan!" Wooyoung akhiri dengan nafas ngos-ngosan.

"Jadi aku nyebelin menurut kamu sama temen-temen?"

Wooyoung kenal banget suara ini. Setelah dia balikan badan seperti tersambar petir. Seonghwa berdiri sambil bawa nampan makanan. Dia duduk disamping Wooyoung.

Wooyoung, dia akan pasrah saja. Akan terima semua caci maki dari Seonghwa.

"Maaf ya?" Seonghwa ulurkan tangannya. "Maaf buat hari ini. Aku juga bingung kenapa sesensitif ini. Mungkin lagi banyak yang aku pikirin. Maaf ya buat kamu kena omel aku sama alasan yang gak banget."

Wooyoung shock, bukan seperti yang dia bayangkan memang. Ini melegakan, dia jabat tangan Seonghwa. "Iya kak gua maafin cuma agak sawan aja jarang-jarang lo bikin jengkel orang lain."

"Emang kenapa sih kok bisa gitu?" Tanya Jongho, si penonton gemas yang kecewa karena tak terjadi pertikaian diantara Seonghwa dan Wooyoung.

"Bisa gimana Ho?"

"Itu kok bisa udahan gelutnya. Ayo dong gelut lagi. Baru aja bayangin baku hantam." Jawaban Jongho hadirkan wajah datar dari Seonghwa dan Wooyoung. Si pacarnya tak ambil pusing, dia masih anteng dengan makanannya.

"Kok lo gitu sih Ho? Anjing banget sumpah."

Jongho mengendikan kedua bahunya, "Seneng aja liat orang gelut. Oh ya katanya kak Hwa lagi banyak pikiran. Sini share ke kita jangan di pendam sendiri." Seonghwa menunduk. Malu rasanya kalau ia suarakan alasannya.

"Eum, ada tapi aku malu buat sharenya."

"Loh kenapa, share aja kak. Kaya kesiapa aja."

Seonghwa gigiti bibir bawahnya, "H-hongjoong kemana ya kok sudah dua hari gak ada kabarnya?"

Hening. Semua orang terdiam.

"Si Bajing satu itu dapet jackpot shit!"

"Semoga dunia lekas membaik."

"Gua belom siap. Ini pasti delusi."

___________________________________________

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang