Episode 37 - Sakit

18.9K 1.6K 56
                                    

Budidayakan vote dulu sebelum baca besti!!!

siap ramaikan kolam komentar besti?

Sudah vote besti? Yang belum vote, ayo vote dulu besti!

N. Kalau ada typo atau salah ketik koment aja soalnya ga di baca ulang ehe, biar aki benerin besti!

Makasih buat yang udah baca dan juga bantu vote ya besti🤍

• • • • •

Episode 37 - Sakit

"Adinda itu perempuan baik-baik, awas aja kalau sampai lo macam-macam sama Adinda."

Eghi

• • • • •

Eghi sedikit frustasi menanggapi Adinda yang terus menangis tanpa henti sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Din, udah, ada gue di sini, gak usah nangis ketakutan gitu," ucap Eghi dengan suara yang lembut membuat Adinda semakin menangis.

"Gue takut Ghi, tadi ada yang masuk, tadi gue gak sendirian di rumah ini!" teriak Adinda dengan suara yang bergetar dan air mata yang terus menetes.

"Iya, iya. Udah ya, jangan nangis," pinta Eghi dengan wajah memohon. Takut bila Eghi di tuduh memperlakukan Adinda tidak senonoh apa lagi kondisinya baru saja hujan reda.

"Pak Reza emangnya kemana? Kenapa dia gak datang?" tanya Eghi penasaran. 

Tangisan Adinda reda. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Gak tau." jawab Adinda ketus seperti tidak ada mood untuk membahas tentang Reza kepada Eghi.

"Ya udah, gue di sini temenin lo sampai orang tua lo balik ya? Di sini aja tapi," ucap Eghi di beri anggukkan oleh Adinda. Dan malam itu Eghi menemani Adinda sembari menunggu keluarga Adinda pulang ke rumah.

-DM-

Reza memarkirkan mobilnya di depan rumah nek Suha, nenek Zenia setelah Reza sudah menemani Zenia untuk minum minuman kesukaannya di mall barusan dan mendengarkan cerita Zenia yang jarang sekali Reza dengar.

"Udah, sekarang lo masuk rumah jangan kemana-mana lagi!" seru Reza menatapi Zenia yang menurutnya sedikit memiliki sikap nakal.

Zenia tersenyum lalu mengangguk. "Makasih,"

Reza sedikit terkejut dan refleks langsung memundurkan wajah Zenia dengan jari telunjuknya yang di tempelkannya pada kening Zenia saat Zenia tiba-tiba saja ingin mengecup pipinya.

Reza menggelengkan kepalanya. "Enggak ada ya anjir, jangan modus lo!" omel Reza tak suka.

Zenia terkekeh. "Sombong banget sih lo, mas nolak kecupan manja gue!" gerutu Zenia kesal.

Reza terkekeh lalu menggeleng-gelengkan. "Emang gue cowok apaan," balas Reza.

"Udah sana turun!" seru Reza.

Zenia tertawa lucu melihat reaksi Reza. "Iya, iya. Ya udah gue duluan ya, makasih buat hari ini Za," ucap Zenia sembari melambaikan tangannya lalu Zenia membuka pintu mobil Reza dan turun dari mobil Reza lalu berjalan memasuki rumah sang nenek.

Reza bergidik ngeri saat mengingat bibir tebal Zenia yang hampir menyentuh pipi mulusnya yang tak pernah di kecup oleh cewek sana-sini. Reza menggeleng-gelengkan. "Cewek stres emang," cicit Reza dengan kekehan lalu melajukan mobilnya pergi dari sana.

-DM-

Keesokan harinya, Reza terbangun pada tidurnya, semalam setelah pulang mengantar Zenia, Reza benar-benar langsung tidur tanpa memainkan handphone terlebih dahulu sangking lelah dan lesunya. Reza menarik selimut yang menutupi tubuhnya agar terbuka itu dan langsung turun dari kasur untuk bergegas mandi karena hari ini dia harus mengajar seperti biasa.

Tanpa mengecek handphone, Reza benar-benar langsung bergegas mandi.

Setelah menghabiskan waktunya selama tiga puluh menit untuk mandi dan siap-siap mengajar, Reza pun membawa semua barang-barang yang biasa di bawanya saat mengajar. Reza berjalan menuruni tangga.

"Pagi bunda," sapa Reza sembari mengelus-elus punggung Resti yang tengah menyiapkan sarapan untuknya dan juga Ryan.

"Tidur nyenyak banget lo bang semalam," ucap Ryan memberitahu dengan tawaan membuat Reza langsung melirik sinis ke arahnya. Reza sadar, bahwa sebenarnya Ryan sedang meledeknya karena Zenia kemarin.

"Kamu cepetan sarapannya nanti takutnya jalanan macet, kamu telat ngejar," ucap Resti memberitahu.

"Kamu juga Ryan,"

"Si Ryan mah mau bolos, bun, makannya datang telat," adu Reza membuat Ryan melotot ke arahnya.

"Fitnah bet anying," cibir Ryan tak terima.

"Ya udah Reza bisa makan roti ini di mobil, Reza berangkat ya bunda," Reza langsung bersalaman kepada sang bunda dengan lima biji roti dengan selai cokelat yang di bawanya ke dalam mobil.

Dan setelah menyalakan mesin mobil dengan segera Reza melajukan mobilnya pergi dari sana menuju kampus Universitas Pancasila.

Sesampainya Reza di kampus Universitas Pancasila, Reza langsung berjalan turun dari mobil dan berjalan memasuki koridor kampus Universitas Pancasila.

"Adinda gak kuliah ya Shin?" tanya Sisca kepada Shinta. Keduanya kini tengah berjalan menuju gedung fakultas mereka.

"Katanya dia sakit, Eghi juga bilang kalau Adinda sakit," jawab Shinta.

Reza yang berniat buru-buru memasuki ruangan dosen, namun, langkahnya menjadi pelan saat mendengar percakapan Shinta dan Sisca yang berjalan di hadapannya.

Reza sengaja memelankan langkahnya agar bisa mendengar percakapan Shinta dan Sisca dengan Adinda.

"Loh, emang Adinda sakit apa?" tanya Sisca terkejut.

"Katanya dia demam gitu gara-gara di kerjain orang, tau deh yang tau ceritanya Eghi tuh, soalnya kan semalam yang selamatin Adinda itu Eghi," jawab Shinta menjelaskan membuat Reza kebingungan.

"Loh pak Reza emangnya ke-" Sisca membungkam mulutnya saat melihat Reza yang melangkah di sampingnya dan juga Shinta dan Reza berjalan mendahului Shinta dan Sisca.

"Panjang umurnya tuh dosen," ucap Shinta dengan kekehan.

"Kayaknya tadi dia denger percakapan kita?" Shinta menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Sisca.

"Astaga,"

Dan setelah Shinta serta Sisca melanjutkan jalan mereka menuju gedung fakultas Ekonomi dan Bisnis sedangkan Reza, laki-laki itu tampak memasang wajah khawatir di setiap langkahnya, apa lagi Reza belum sama sekali menanyakan kabar Adinda setelah ketiduran semalam.

Tbc

Vote untuk hargai penulis.

DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang