Episode 12 - Dua Tuhan dan Satu perasaan

32.2K 2.7K 61
                                    

Budidayakan vote dulu sebelum membaca.

*N. Kalau ada typo atau salah ketik koment aja soalnya ga di baca ulang ehe, biar aku benerin besti!

• • • • •

Episode 12 - Dua Tuhan, Satu Hati

"Kenapa ya, nemu yang sefrekuensi, ngerasa cocok eh malah beda agama. Kalau aja, Sisca seagama sama gue, gue nikahin juga tuh cewek."

Elang

• • • • •


Adinda menatap malas Reza, pasalnya daritadi Reza selalu memperhatikannya membuat Adinda lama-lama merasa risih. Bahkan, Sisca dan Shinta yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Semakin lama Sisca dan Shintia semakin yakin, bahwa Reza dan Adinda itu pernah dekat ataupun ada hubungan spesial.

"Kata gue juga apa," bisik Shinta.

Sisca mengangguk. "Ini mah udah fiks. Gak usah pakai acara ngelak lagi, udah jelas banget," balas Sisca.

"Gak usah kita cari tahu lagi tentang mereka. Udah jelas banget ini mah,"

Sisca menggeleng. "Udah, Shin. Jangan dibahas mulu ah," ucap Sisca memberitahu takut bila Adinda ataupun Reza mendengar percakapan mereka.

Tak lama, para dosen mengajak mahasiswa dan mahasiswi untuk sholat bersama di masjid yang jaraknya tak jauh dari tempat mereka sekarang. Karena adzan dzuhur sudah berkumandang menggema tempat yang mereka tengah datangi sekarang.

"Heh, gak sholat lo?" tanya Shinta sembari menepuk pundak Sisca.

"Eh lupa, lo kan enggak solat ya," cicit Shinta seraya tertawa.

Sisca menoyor kepala Shinta. "Iya ya lo?!" gerutu Sisca kesal sedangkan Shinta hanya tersenyum malu seraya  menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue juga gak sholat, gue lagi halangan," ucap Shinta membuat Sisca membulatkan matanya.

"Lah gue baru haid kemarin," sahut Sisca.

"Emang ya, kita ini sangat-sangat setia kawan. Gue haid, lo juga haid," Shinta tersenyum senang dan bangga.

"Yoi." Sisca tersenyum lalu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Shin, sholat gak lo?" tanya Adinda kepada Shinta.

"Halangan, Din."

"Ya udah, deh. Gue sama Mira," Adinda kemudian berjalan menghampiri Mira yang sedang mengobrol dengan Gio dan Eghi.

Akhirnya, semua mahasiswa dan mahasiswi Universitas Pancasila melakukan sholat berjamaah sedangkan Shinta dan Sisca memutuskan untuk mencari makanan di sana. Tak berselang lama, setelah menghabiskan waktu selama beberapa menit untuk melakukan ibadah, Adinda beserta mahasiswi lainnya langsung bergegas merapihkan mukena dan sajadah yang baru saja dipakainya.

"Mir, Shinta sama Sisca ke mana ya?"

Mira menggelengkan kepala nya. "Gue juga dari tadi nyari mereka tapi gak ketemu-ketemu mending kita cari mereka bareng aja!" ajak Mira.

Adinda kemudian berjalan keluar masjid bersama dengan Mira. Keduanya berjalan berusaha mencari keberadaan Shinta dan Sisca.

Dan akhirnya, kedua gadis itu mencari keberadaan Shinta dan juga Sisca. Mereka berdua menatap malas saat melihat Sisca dan Shinta yang kerjaannya selalu saja makan.

"Dua S ini hobi banget ya makan," gumam Mira sembari duduk disamping Shinta.

"Tau nih, dicariin kemana-kemana ternyata lagi asik makan bakso, gak ngajak-ngajak pula!" kesal Adinda dengan tatapan marah pasalnya Adinda juga ingin makan bakso.

"Mba pesan baksonya sa—" belum sempat melanjutkan ucapan nya Adinda sudah memotong ucapan Mira.

"Dua mangkok." potong Adinda dengan senyumannya.

Akhirnya keempat gadis itu memakan bakso bersama-sama, mereka berbincang-bincang seperti biasa. Namun perbincangan mereka terganggu karena kedatangan Eghi dan teman-temannya.

"Halo. Neng cantik," sapa Gio dengan senyumannya yang maco namun keempat gadis itu tak menyahutinya dan mereka lebih memilih untuk memakan bakso dibanding meladeni Gio.

"Kasian, ucup ucup," ledek Jamal sembari mengelus-elus kepala Gio membuat Gio mendelik geli.

"Najis lo!" geli Gio, sembari menatap Jamal yang terkekeh.

"Cup cup bukan ucup ucup bego," koreksi Elang bercelatuk.

"Bocah goblok ya begitu," ucap Gio meledek.

"Berisik!" omel Shinta sontak membuat semuanya langsung terdiam.

Setelah menghabiskan waktunya untuk memakan bakso bersama-sama barusan. Elang mengajak Sisca untuk duduk-duduk di bukit taman buah Mekarsari dengan teman-teman mereka sekalian. Namun, teman-teman mereka terlalu sibuk untuk bercanda, dan berfoto-foto. Sedangkan Sisca tampak hanya diam dan hanya tersenyum menatapi kebersamaan teman-temannya.

"Lo ke ke kenyang—an ya?" tanya mencari topik Elang agar Sisca tidak merasa sendirian dan bosan.

"Iya nih, kenyang banget. Perut gue rasanya sampai pengen meletus," jawab Sisca dengan tawaan menyadari perutnya yang terasa begitu kembung.

Elang terkekeh. "Perasaan porsi baksonya sedikit,"

"Kenyang aja."

"Andai kita gak beda agama. Mungkin dari dulu, gue udah jadiin lo teman ...." ucap Elang dengan dengan ucapan yang sedikit tergantung.

Sisca mengerutkan keningnya. "Teman?"

"Iya, teman hidup," jawab Elang dengan senyuman tipis.

Jadi, Elang mau gombal atau gimana? Sisca menatap Elang malas. "Apaan sih, Lang. Gak jelas deh," ucap Sisca kemudian membuang pandangannya ke arah lain.  Menahan rasa salting mendengar ucapan Elang.

"Kalau seandainya gue pengen lo jadi temen hidup gue, apa orang tua lo mau nerima gue?" tanya Elang yang tampak berfikir.

Sisca menggelengkan kepalanya. "Elang jangan ngomong kayak gitu gue gak suka ya!" tegur Sisca merasa sedikit risih jika membahas tentang itu.

"Kenapa ya, Sis? Kenapa kita harus beda agama," lirih Elang.

Sisca tersenyum tipis. "Ini takdir, Lang."

"Iya tau takdir. Kenapa gini banget? Gue gak tahan sama takdir gue. Padahal kita satu perasaan ya Sis. Eh tapi sayangnya tuhan kita beda perasaan," ucap Elang dengan tawaan pelan.

"Kata gue mau ya, Sis. Ayo dah. Syahadat," ujar Elang yang langsung berteriak dan berlari melarikan dirinya dari Sisca yang sudah siap untuk memukulnya. 

Shinta berdecak. "Stres lo!"

-DM-

Tbc

Mira  : ya maap

Ada ga nih luvvie yang punya temen modelan Mira?😭😭😭

Reaksi kalian kalau punya temen modelan Mira, terus ga pernah konek? 😭😭

DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang