Pandangan Seonghwa 29

Mulai dari awal
                                    

"Ouch San kamu genggam tangan aku kekencengan."

Ohh benar-benar cemburu dan tanpa sadar lebih mengerat.

"Sorry kak aku lagi kurang fokus."

Seonghwa putuskan jalinan tangan mereka, ia memimpin. Jalan dengan langkah lebar menuju mobil San yang terparkir. Dengan senyum manis iya menengadahkan tangannya, buat San bertanya-tanya tapi peka.

"Kamu bisa nyetir emang?"

"Ihh bisa tapi abang overprotective banget. Masa lebih rela adiknya jebol di ongkos dari pada bawa mobil."

"Oalah. Kalau ayah sama bunda?"

"Ayah sama bunda emang gak ngelarang kok. Cuma ya kadang parnoan. Ke akunya juga jadi sungkan. Padahal mobilnya hasil nabung aku tuh 5 tahun, sayang gak pernah keluar garasi."

San merogoh kunci di kantung celananya lalu berikan pada Seonghwa, dia duduk di kursi samping kemudi lanjut tonton aksi Seonghwa yang malah senyum-senyum. Senyum lebar sekali, San silau dibuatnya.

"Mobilnya kamu jual aja kak beliin motor kaya punya aku. Kayanya kamu suka ya?"

"Ya suka tapi aku cepet masuk angin. Jadi ntar aja mau bujuk abang biar bolehin naik mobil. Ya bukan mobil mahal sih tapi mayan lah."

"Oke, jalan sekarang?"

"Tentu!"

San terkekeh untuk beberapa detik selanjutnya hanya sisa kan ketegangan dari wajah ganteng si sulung Choi. Seonghwa manis, cantik, dan terlihat hati-hati tapi tidak untuk mengendarai. San jadi tau alasannya mengapa Seonghwa tak diperbolehkan untuk menyetir. Seonghwa ngebut lebih dari kak Hongjoong.

"San udah sampai ayo turun. Eh tapi kok kamu pucat banget?"

San menggeleng, netralkan nafasnya. Keringat besar-besar turun penuhi dahi hingga wajah. Tangannya dingin. Jinjingan dari market terjatuh dramatis.

"Jatoh tuh. Kamu gak apa-apa?" Ujar Seonghwa sembari punguti isinya lalu taruh di kursi penumpang.

"G-gak apa-apa kok kak. Cuma sedikit kena angin jadi pucet." Great, yang penting Seonghwa tak khawatir. Pemuda manis itu turut senyum lagi. Senyum imut buat San tak rela buat sekedar tegur.

"Kakak disini aja ya? Aku sebentar kok."

"Oke San aku diem disini aja!"

San berlalu, Seonghwa geser tubuhnya ke kursi samping lalu terkikik. Lucunya San harusnya Seonghwa foto wajah piasnya. Seonghwa tahu San pasti takut dengan aksi ngebutnya. Tapi itu hiburan sungguh, mana so pemberani begitu. Seonghwa debut jadi manusia lucu aja deh lantaran hidupnya diliputi komedi, ya sekalinya komedi yang agak dark.

"Kak?"

"Cepet banget?"

San bawa dua bucket. Yang satunya ditaruh di kursi belakang dan satunya diberikan pada Seonghwa. Tak ingin so tahu lalu gede rasa, tapi Seonghwa mau pede lebih dulu saja.

"Gak tau kesukaan kakak. Aku harap kakak suka."

Nah kan persis seperti Seonghwa pikirkan.

"Suka. Suka semua bunga. Makasih San." Senyum San manis banget, dimplenya muncul tanpa malu. "Baiklah. Sekarang aku yang nyetir ya?"

"Iya kamu aja, kasihan aku wajah kamu sampai pias tadi."

San menggaruk tengkuknya, lalu tertawa canggung.
"Kamu kaya kak Hongjoong versi kesetanan gaya nyetirnya kak. Tapi gak apa-apa sih kak cuma sedikit shock aja."

"Kalau gitu lain kali aku boleh nyetir lagi?" San menggeleng panik. "Enggak kak, kayanya biar aku aja. Atau mungkin nanti biar abang kakak aja yang nyetir. Bahaya kak."

"Haha ya ya ya, tapi tadi aku keren kan?"

San menghidupkan mesinnya lalu menoleh pada Seonghwa dengan senyum tipis. "Ya kamu keren banget kak."

Perjalanan menuju tujuannya itu tak butuhkan waktu yang banyak. Relatif singkat karena dari toko bunga hanya butuhkan 10 menit perjalanan. Disini Seonghwa sedikit tak nyaman sebetulnya. Rasanya canggung saja. Apalagi orang yang bernama Yunho hanya respon senyum padanya. Memang sih tak banyak yang Yunho katakan atau pun terlibat dari percakapan. Yang aktif itu San dan Mingi. Kedua lelaki itu rumpi tak tahu malu ribut dan membuat Yunho kegaduhan.

"Tapi ya San menurut gua aneh banget aja sih. Ya lo tau sendiri. Tapi dia pamit pulang, dan minta gua yang jagain Yunho."

"Mingi. Sssstt udah." Yunho bersuara tapi singkat. Itu sepertinya mempan karena pada akhirnya mereka ambil topik yang lain. Penasaran apa yang dimaksud Mingi juga ingin tahu Yunho sakit apa. Ingin bertanya tapi ya canggung. San tak ada singgung-singgung mengenai sakitnya Yunho juga.

Tadinya tak terlalu memperhatikan, tapi lengan kirinya. Seonghwa tatap wajah itu, pucat. Tatapannya kosong.

Yunho

Seonghwa sunggung emosional sekarang tanpa sadar air mata turun. San kebingungan, begitu pula dengan dua orang yang tersisa disana.

"Kak jangan buat aku takut. Kamu kok nangis?"

"Hah? Nangis?"

"San jangan buat gua takut! Sejak kapan lo bilang aku-kamu?!"

San pijat kening pusing. Tapi abaikan Mingi. Sekarang sepenuhnya pada Seonghwa, dia bantu usap sisa air mata di pipinya. Tatap lembut agar Seonghwa sedikit tenang.

"Kakak kenapa?"

"Enggak tau San. Kelilipan mungkin eum atau semacam mata lelah aja. Ya mungkin itu." Kata Seonghwa sembari anggukan kepalanya agar San yakin.

"Kebiasaan kakak emang?"

"Ya San. Maaf udah bikin khawatir."

Seonghwa memutus kontak mata, dia tak pandai berbohong tapi itu salah. Pandangannya beradu dengan Yunho yang juga pandangi Seonghwa dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Seonghwa menegang.

______________________________________

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang