76. PERAHU KERTAS

4.7K 260 888
                                    

Hai!

Akhirnya bisa menyapa dan punya waktu buat up nih cerita ekekekeke:'v

Ya maap bukan maksud mau ghosting tiba-tiba hilang, tapi emang lagi banyak kesibukan. Mohon dimaklumi dan jangan lupa tabur bintangnya syg!

🎶Letto - Ruang Rindu

Jalanku hampa, dan ku sentuh dia
Terasa hangat oh di dalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi.

Jalanku hampa, dan ku sentuh diaTerasa hangat oh di dalam hatiKupegang erat dan kuhalangi waktuTak urung jua kulihatnya pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setabah-tabahnya aku tetap saja aku butuh kamu, Senja.
Kamu mengangguk setuju. Iya, setuju yang malu-malu.
_Langit Angkasa Perwira

****

Tas hitam yang semula bertengger di sebelah bahunya di lempar asal di atas ranjang. Tanpa membuka sepasang sepatu di kaki, Langit menjatuhkan dirinya berbaring terlentang. Matanya menengadah. Meresapi lelahnya setelah pulang sekolah.

Sebenarnya bukan lelah secara fisik yang biasa orang rasakan. Tetapi lebih ke perasaannya yang mendadak kecewa setelah berusaha meluluhkan kembali hati Senja. Rupanya gadis itu masih setia terdiam, setelah Langit mengungkapkan kata sayang. Dan tentu saja Langit harus bisa menerima itu. Apapun keputusan yang telah diambil, maupun kesalahan yang telah diperbuat, lewat Senjalah Langit belajar untuk menerima resiko yang ada.

Langit tahu, ia salah. Menarik kembali Senja seperti dahulu kala juga tidak akan mudah. Tapi andaikan Senja tahu, bahwa sesungguhnya Langit memang berniat untuk berubah. Dibangunkan kembali tubuhnya ketika bunyi ketukan pintu beberapa kali terdengar dari luar.

Ia membuka kenop pintu lalu terdiam cukup lama mendapati seorang wanita cantik dengan senyum tulus yang akhir-akhir ini jarang menyapanya. "Bunda?"

Selain karena kesibukannya mengurus Nenek Langit yang sakit setelah pulang dari rumah sakit di Singapura, terhitung sejak berpisah dari ayah Awan, Lisa _Bundanya itu memang jarang berada di rumah.

"Kayaknya udah lama nih nggak ngobrol sama gantengnya Bunda."

Langit menunduk menggulum senyum. Karena dua orang wanita yang mampu membuat Langit yang segarang macan mendadak berubah menjadi seperti seekor kucing yang lembut dan manja hanyalah Senja, dan Bundanya. Bunda Lisa.

"Bunda boleh masuk?" ujar Lisa yang masih berdiri di ambang pintu. Dengan cepat Langit mengangguk. Mungkin saja setelah terbuka dengan Bunda, hatinya menjadi sedikit lebih lega. "Silahkan masuk, Bunda."

Wanita setengah baya itu berjalan santai memasuki kamar tunggal putranya yang terlihat seperti biasanya. Bersih dan rapi. Meski terbilang urakan dalam penampilan, Langit tidak pernah membiarkan kamarnya kotor apalagi berantakan.
"Bunda seneng banget akhir-akhir ini Langit jadi lebih sering pulang ke rumah dibanding ke apartemen kayak dulu."

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now