31. MURKANYA LANGIT

3.6K 251 263
                                    

Rindu itu seperti senja, dia hanya bersembunyi untuk kembali keesokan harinya.

Malam semakin larut, kegelapan dan kesunyian melanda dirumah megah yang hanya ditinggali tidak lebih dari empat orang. satu-satunya waktu dimana seorang cowok berperawakan tinggi bersusah payah untuk bisa tertidur dengan mimpi indah layaknya semua orang.

Langit, cowok dengan stelan kaos berwarna abu-abu itu kini menuruni tangga lantai satu untuk pergi ke dapur. dibukanya kulkas lalu mengambil sebuah minuman soda dalam kaleng lalu meminumnya dalam satu tegukan.

"Mereka hanya teman..., tapi dia sangat membuatku resah" gumam Langit menatap kosong ke depan mengingat sesuatu.

Flashback on

"Sekeras apapun lo mengelak, sikap lo tetap gak bisa bohongin itu. kenyataannya lo peduli sama dia, kepedulian lo bahkan melebihi seorang teman. lo suka kan sama Senja?" tebak Langit tepat sasaran. seketika Reynald menurunkan kembali sudut bibirnya dan berwajah masam.

"Untuk apa gue ngasih tau lo?. lo gak tau apa-apa. harusnya gue yang nanya, lo suka sama Senja?" Reynald bertanya balik.

"Ungkapin. satu-satunya cara agar dia tau perasaan lo yang sebenarnya adalah ungkapin. mengawasi dia dari kejauhan hanya bikin lo kelihatan pengecut."

"Gak segampang itu. berhenti mencampur urusi kehidupan gue dan Senja, karena lo itu orang asing. kedekatan lo denganya cukup bikin gue was-was, maka dari itu gue selalu berusaha memastikan dia baik-baik aja."

Flashback off

Tanpa sadar, Langit menarik sebelah sudut bibirnya membentuk senyuman miring. "Dia selalu mengelak, padahal udah jelas suka. cih kekanakan."

Setelah melegakan tenggorokannya yang terasa kering, Langit pun kembali membalikkan badan melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.

Rasa bosan selalu melanda setiap malamnya. ingin tidur rasanya sulit, mengingat ia sering sekali mendapat mimpi buruk tentang Rindu _kekasihnya_ atau ayahnya sendiri. jika tidak tidur ia akan mengantuk dipagi hari, lalu membuat catatan guru BK mengenai keterlambatannya semakin bertambah.

"Ah sial, selalu begini.." keluh Langit frustasi. ia mengusap wajahnya gusar beriringan dengan tubuhnya yang mulai duduk ditepi ranjang.

Tanpa sengaja, Langit melihat benda berwarna hitam tergeletak dinakas tepat disamping bingkai foto dirinya dan Rindu. sebuah aksesoris wanita yang diberikan seorang gadis mungil saat di tempat rekreasi siang tadi. ia lantas mengambilnya, digenggam dan diperhatikan setiap sisinya.

Entah kenapa ia jadi mengingat kejadian tadi sore saat bersama Senja. gadis itu.. memang sangat lincah sekali. meski kadang melelahkan harus menuruti segala kemauannya, tapi Langit tidak bisa mengelak bahwa dia juga menghibur.
untuk ukuran cowok monoton berhati dingin seperti Langit, kehadiran gadis mungil itu cukup membuatnya ingin selalu menarik senyum.

Saat Senja memakaikannya bandana, menarik kedua sudut bibir Langit tanpa ragu dengan jari telunjuknya sendiri, menarik pergelangan tangan Langit mengajaknya mengikuti langkah kecilnya. sekilas cowok itu menarik kedua sudut bibirnya. Ah kenapa Langit jadi mesem-mesem begini?

Namun sedetik kemudian, Langit menggelengkan kepala menyadarkan dirinya sendiri. astaga apa yang ia pikirkan?, bukankah Langit sendiri yang kala itu memarahi Senja habis-habisan karena tidak suka diganggu oleh gadis itu?, lantas kenapa ia seperti bahagia berada disisi Senja hari ini?. hm ia pasti sudah gila, pikir Langit.

Jika sudah seperti ini, merasa kosong namun juga tidak bisa memejamkan matanya dan terlelap, cara ampuh baginya hanya satu. perlahan Langit menunduk menatap laci nakas di samping ranjangnya. membuka lalu memgambil sesuatu yang terbungkus botol kecil di sana.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora