"Maaf Atena aku lupa bilang kalo aku ajak Rebeca. Nggak papa kan?"

"Nggak ko" Atena pun duduk disana dan langsung memesan minuman.

Xavier dan Rebeca saling liat-liatan dan sikut-sikut satu sama lain.

"Ehm! Ini kita cuma mau diem-dieman doang? Kalo gitu gue pulang"

"Eh-eh Atena, jangan dong. Kan kita mau kangen-kangenan sama lo sebelum lo pergi, yakan V?"

"Iya"

"Ya terus kenapa kita jadi diem-dieman?"

Senyum canggung mereka berdua. Tiba-tiba Rebeca menginjak Xavier seraya melototi nya. "Ngomong!" ucapnya pelan. Xavier menggelengkan kepalanya. Mendengkus kesal Rebeca.

"Kalian ini kenapa si?!"

"Ha? Eng-nggak papa. Oh iya Atena, Gimana Ares?"

"Tau. Kan lo sahabatnya kenapa nanya sama gue?"

"Oh iya bener juga. Atena gini, setelah lo ninggalin Ares, dia jadi brutal dan nggak tahu arah , di-" terpotong Rebeca.

"Bisa nggak usah ngomongin Ares?" Xavier langsung menengok kearah Rebeca.

"Ta-"

"Kalian ngajakkin gue ketemu cuma untuk ngomongin Ares?"

"Nggak jadi gi-"

"V, aku udah pernah bilang ya, apa yang kalian rasain, itu beda dengan apa yang gue rasain. Jadi gue mohon, stop talking about him!" Atena langsung berdiri lalu berjalan meninggalkan Xavier dan Rebeca. Tapi langkahnya terhenti, karna Xavier langsung mencegahnya.

"Atena kamu mau kemana?"

"Bukan urusan kamu, aku mau kemana"

Seorang laki-laki menghampiri Atena. "Akhirnya ketemu juga. Gue cariin lo kemana-mana. Ayo" ucapnya seraya menarik tangan Atena.

"Daniel?" panggil Xavier.

"Udah ayo, urgent nih"

"Mau ngapain si?!"

"Gue jelasin di mobil" Daniel langsung menarik tangan Atena.

Diperjalanan Daniel menceritakan semuanya.

"Nggak mungkin, Niel"

"Sumpah demi apapun gue nggak bohong. Aga bilang gitu. Terus juga kata Aga pas dia dateng ke apartemennya, Ares lagi berdiri dirooftop sambil megang alkohol"

Atena menarik napas panjang, ia tak tenang, mukanya terlihat panik, khawatir dengan Ares.

"Gue mau lo anter gue kesana, cepet!" Daniel langsung menancapkan gasnya.

Sampai mereka disana, sudah terlihat rame orang-orang yang melihati Ares berdiri di atas gedung itu. Atena dan Daniel langsung menyusul Ares yang berada diatas sana.

"ARES TURUN! LO BISA JATO" titah Aga.

Kekeh Ares seraya menunjuk Aga. "Jangan peduliin gue. Pergi lo sana" ucapnya yang sudah setengah mabok lalu membalikkan badannya.

"Gila ya lo. Turun sekarang!" titah Atena yang baru saja keluar dari pintu itu dan langsung hampiri Ares.

"Gak-mau!" badan Ares udah mulai oleng karna efek alkohol itu.

"Gue minta lo turun sekarang!" titah Atena tegas.

"Siapa lo? berani-berinya nyuruh gue" tanpa pikir panjang Atena langsung naik ke atas dinding pembatas dan berdiri tepat disamping Ares.

Ares menengok, matanya berbinar melihat Atena berdiri disampingnya menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Atena.." lirih Ares.

Atena menatap mata Ares yang sayu. Tak ada kata yang keluar dari mulut Ares, tapi terlihat matanya yang berbicara.

Matanya seolah-oleh memperlihatkan betapa hancur dan kacaunya Ares, seperti sudah tidak ada harapan lagi untuknya.

Tiba-tiba keluar air dari pelipis mata Atena. Dengan cepat Atena menghapus air matanya terus keluar.

"Ngapain si lo kaya gini? gue minta lo untuk turun"

"Nggak! gue mau ketemu sama kakek gue, jadi jangan halangi gue untuk ketemu dia"

Atena tertawa kecil ketika Ares bilang ia ingin bertemu dengan kakeknya seraya menghapus air matanya yang terus keluar.

"Tuh kakek gue udah tunggu disitu" Ares menunjuk ke langit seolah memperlihatkan keberadaan kakeknya.

Daniel mencoba untuk maju selangkah demi selangkah, tapi Atena langsung mengodei Daniel dengan tangannya untuk berhenti.

"Mau ketemu kakek ya? ya udah silakan kalo lo mau ketemu sama kakek lo. Caranya gampang ko, tinggal terjun aja dari sini. Cepetan lompat sekarang"

Ares menatap kebawa, ia menelan salivanya lalu menatap Atena kembali.

"Asal lo tahu, setelah lo lompat dari gedung ini, rasa sakit itu masih ada. Jadi percuma kalo lo mau lompat pun. Gue tahu ko, lo cuma mau hilangin masalah itu doang kan? tapi menurut gue bukan kaya gini caranya"

"Bunuh diri itu bukan option untuk menyelesaikan suatu masalah, masih banyak ko cara lain, selain bunuh diri. Dan kalo lo yakin setelah ini lo akan ketemu sama kakek lo, gue rasa nggak mungkin. Karna lo akan tetap stuck disini, menyesali perbuatan lo"

Tatapannya perlahan-lahan mulai menurun, ia hanya terdiam diri mendengarkan ucapan Atena.

"Gue saranin mending lo jangan bunuh diri, karna akan ngerepotin orang. Pastikan tubuh lo akan dikubur, polisi pasti akan mencari tahu kenapa lo mau bunuh diri, terus orang-orang yang ada disekitar lo akan diinterogasi, jadi ngerepotin orang lain"

Ares kembali menatap Atena, ia melihat mata Atena yang terus menerus mengeluarkan air mata.

"Dan yang terparah lagi setelah lo bunuh diri, lo nggak bikin sakit itu ilang, tapi lo kasih sakit itu ke orang lain. Coba lo bayangin, mung-mungkin..." ucapannya terhenti, Atena menelan salivanya lalu melanjutkan ucapannya. "Mungkin orang-orang yang sayang sama lo akan merasakan sakit itu" ia menundukkan pandangannya.

"Siapa yang sayang sama gue? Udah nggak ada, hilang semuanya!" Atena kembali menatap Ares.

"Gue" ucap Daniel seraya berjalan mendekat ke Ares.

Ares langsung menengok begitu pun Atena.

"Gue sayang sama lo Res" ucap Aga.

"Masih banyak yang sayang sama lo. Qinthara, nyokap gue, Rebeca, Xavier, mbak sri" ucap Daniel yanh terus berjalan menghampiri Ares.

"Gue" ucap Atena parau.

Ares terlonjak kaget, ia tidak menyangka Atena masih sayang padanya.

Seketika badannya melemas, dengan cepat Daniel langsung menarik tangan Ares lalu menaruhnya dibawa.

Atena langsung turun lalu ia mengambil botol itu dari tangan Ares dan membuangnya.

"Res" panggil Daniel.

"Ares!"

TERES (Selesai)Where stories live. Discover now