PERINGKAT

101 77 39
                                    

Hi guys!

Makasih udah baca cerita ini :)

Seperti biasa, kalo ada yang typo tulis dicomment ya...

Jangan lupa vote supaya aku makin semangat lagi buat bikin ceritanya.

Tungguin terus kelanjutan dari cerita ini.

SELAMAT MEMBACA :)
_________

Semua muka para murid pada tegang karna hari ini adalah pengambilan rapor semester. Tapi ketegangan itu tidak berlaku bagi seorang Atena.

Senyum terpancar dari wajah cantik Atena saat melihat namanya masuk dalam peringkat 5 besar seangkatan yang ditempel dimading.

Dari arah kiri Atena terdengar suara teriakan yang tak asing lagi baginya.

"Anjir! peringkat gue naik, dari 101 jadi 79" teriak Ares seraya memegang kepalanya.

Semua orang yang ada ditempat itu langsung melihat Ares yang kegirangan, Daniel hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis.

Aryo dan Tara menggaruk kepala mereka kebingungan ko bisa Ares naik peringkat? sedangkan mereka berdua masih, stuck di 214 dan 130.

Btw 214 itu Aryo dan 130 itu Tara.

Mata mereka saling bertemu, Ares menaikkan kepalanya seraya tersenyum menyapa cewe yang memegang buku the sun and her flowers. Ia berjalan menghampiri cewe itu.

"Gue pasti kan ulangan semester berikutnya gue akan rebut peringkat lo. Gue, akan jadi orang pertama yang bisa ngalahin lo" ucap Ares.

"Seangkatan?" tanya Atena.

"Hehe, nggak dikelas. Susah kalo seangkatan"

"Oke, we'll see"

"Oke, gue pasti bisa" mereka pun pergi meninggalkan mading itu.

Saat Atena dan Ares sedang berjalan ke kantin tiba-tiba ponsel Ares berbunyi.

Mama :
Res, kamu dimana?
Mama ada didepan, jemput mama sekarang.

"Atena, gue kedepan bentar ya. Entar gue balik lagi. Pesen aja duluan, sekalian gue pesenin" Atena mengangguk pelan, Ares pun pergi kedepan gerbang sekolahnya.

Saat sampe Ares didepan gerbang, ia melihat mamanya yang sedang berdiri menunggu Ares diganggu oleh salah satu guru.

Sekarang Ares tahu kenapa mamanya menyuruh Ares menjemputnya.

"Sini bu, saya bawain tasnya, pastikan berat yah" ucap guru itu.

"Nggak perlu pak, saya bisa sendiri" balas Tiana.

"Bu Tiana hari ini cantik banget, perawatannya apa si bu? saya jadi-" ucapnya terpotong karna Ares datang.

"Udah deh pak, nggak usah puji-puji. Saya tahu kali bapak cuma mau duitnya doang kan? pake acara puji-puji segala, baik-baikin mama saya" ucap Ares dengan seringainya.

Tiana langsung menepuk tangan Ares. "Jaga omongan kamu!" tegas Tiana.

"We all here already know you, pak Bams" ucap Ares menatap guru itu dengan tatapan tajam.

Ares langsung menggandeng Tiana masuk kedalam sekolah.

Disisilain saat Atena menunggu Ares, seorang wanita paruh baya tiba-tiba menghampiri Atena yang sedang duduk di kantin.

"Atena?" panggilnya.

Atena seperti mengenali wanita itu, tapi siapa?

Atena mencoba untuk mengingat siapa wanita ini. "Inget nggak siapa aku?" tanya wanita itu.

"Ah! tante Rara? ya ampun, udah lama banget nggak ketemu" ucap Atena lalu memeluk wanita yang bernama Rara itu.

"Iya, padahal kamu sama Tara satu sekolah lagi. Oh iya mana Karina?"

"Lagi jalan dijalan tan"

"Aduh, Dafa. selalu nanyain kamu terus tahu nggak, sampe Tara kesel. Ka Atena mana? ko ka Atena udah jarang main kesini? gitu, aduh tuh anak bener-bener. Main yuk kerumah, pasti, Dafa. seneng banget deh"

Saat Atena ingin menjawab, tiba-tiba Tara datang dari arah belakang Atena.

"Nggak, nggak usah lo main-main lagi kerumah gue" ucap Tara seraya menyilangkan tangannya diatas dada dengan erat.

"Tara, ko kamu gitu? dulu kamu sama Atena kan deket banget"

"Itu kan dulu, sekarang udah beda. Udah deh mendingan mama pulang sekarang, kan tadi aku udah bilang setelah ambil rapor langsung pulang" Rara menarik napas panjang lalu tersenyum menatap Atena.

"Ya udah, Atena. tante pulang dulu ya" ucap Rara lalu memeluk Atena.

"Iya tan, hati-hati ya. Salam buat, Dafa" Rara pun pergi meninggalkan Atena, begitu pun Tara.

.....

Ares yang sudah rapih tinggal jalan menjemput Daniel dan Atena harus tertunda karna Sri memanggilnya.

"Den, jalannya nanti dulu, dipanggil ibu" ucap Sri yang ngos-ngosan.

Ares mengerenyitkan keningnya, tumben-tumbenan mama memanggil Ares. Ada apaan? batin Ares.

Saat Ares masuk rumah mama dan papanya sudah menunggu diruang keluarga dengan tatapan yang tajam, alis yang dikerutkan seolah mereka marah karna sesuatu.

"Kenapa panggil, Ares?" tanya Ares.

"Duduk" titah Lukman.

Ares duduk di hadapan kedua orang tuanya. Tak lama dari Ares duduk, Tiana langsung membanting buku rapor Ares seraya berdiri.

"Mau jadi apa kamu?!" tanya Tiana dengan nada yang tinggi seraya berkacak pinggang.

Ares bingung kenapa tiba-tiba mamanya marah-marah?

"Nurtin apa mau mama dan papa, kamu nggak mau! sukanya bikin masalah. Kenapa selalu kaya gini si, Res?! dari tahun ke tahun kamu nggak ada berubahnya! sekarang mama tanya, disekolah kamu ngapain aja? cari masalah terus? bolos? ha?!" tanya Tiana yang emosinya sudah tidak bisa tertahan.

"Lah tahun ini berubah kali ma, aku masuk ke-20 besar dikelas dan di angkatan peringkatku 79. Ada peubahan kali" ucap Ares dengan santai.

Tiba-tiba Lukman menghampiri Ares lalu menamparnya.

Plak

"Bangga dengan itu?! GOBLOK!"

Ares tidak menyangka Lukman akan menamparnya.

"Bangga? bangga banget!" Ares berdiri menatap Lukman seakan dia tidak takut dengan papanya. "Ini, ini yang gue nggak suka dari sifat kalian. Kalian nggak pernah menghargai usaha orang lain, kalian hanya bisa protes, protes dan protes! Nggak ada aksi" lanjutnya.

"Tahu apa kamu tentang menghargai?! nggak usah kamu ceramahi orang yang lebuh tua dari kamu. Kamu itu cuma anak kemarin sore! nggak tahu apa-apa"

"Bullshit if i don't know anything! ka-" ucapnya terhenti saat Ares melihat tangan Lukman yang ingin menamparnya. "Tampar aja terus, tampar! katain terus juga nggak papa, kalian puas kan kalo ngeliat anaknya kesakitan?!" lanjutnya.

Ares menarik napas panjang lalu menggelengkan kepalanya. "Keluarga apaan si nih sebenernya?"

Ares membalikkan badanya berjalan menuju pintu rumah.

"Mau kemana kamu? Kita belom selesai ya" Ares mengabaikan ucapan itu, ia terus berjalan.

Langkah kakinya terhenti saat Tiana bilang. "If you don't want to follow my rules, get out!"

Ares membalikkan badanya berjalan menuju Tiana. "those are the words I've been waiting for a long time" ucap Ares dengan seringainya lalu berjalan keluar pintu.

.....

Sampainya Ares dirumah Daniel, Daniel dan Qinthara langsung naik ke mobil. Ares langsung tancapkan gas menuju rumah Atena.

Zzt...

Atena mengangkat telpon dari Ares. "Hallo?"

"Gue didepan" ucap Ares. Atena mematikan telpon lalu berjalan keluar pintu.

TERES (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang