153 - Edmond Dantès.

847 109 12
                                    

Di luar Kota Yan ada sebuah desa yang sumsum dan tenaga kerjanya dikuras habis oleh kota besar dan tidak berkembang satu hari pun dalam dua puluh tahun. Xiao Haiyang menyetir sendiri. Karena penglihatannya buruk, ia melaju menerobos semua lubang jalan, membuat dirinya tersentak-sentak sampai pucat pasi. Dan saat keluar dari mobil, ia terpeleset di atas pecahan es dan jatuh telentang. Tertatih-tatih, ia menyusuri separuh desa dengan diikuti oleh seekor anjing kuning besar yang sangat memalukan sampai akhirnya melihat polisi sipil setempat yang telah ia hubungi sebelumnya.

Polisi sipil itu mengusir anjing kuning besar sambil mengamati jalan si pincang. "Aku ingat apa yang terjadi saat itu. Keluarga Sun tua memiliki dua putra. Putra kedua memiliki seorang gadis kecil, dan putra pertama memberi mereka seorang cucu yang berharga, satu-satunya pewaris, dan sangat amat dimanjakan. Bocah busuk itu melakukannya karena masalah perbaikan rumah. Mungkin dia kesal pamannya tidak memberikan uang, tapi aku merasa dia sendirilah alasan sebenarnya. Dia berpikir semua yang dimiliki keluarga harus menjadi miliknya. Dan juga, sekelompok keluarga yang berpesta saat merayakan Tahun Baru juga membuatnya sangat tidak senang, dan tidak sampai dua hari kemudian, anak dari putra kedua jatuh ke dalam lubang di es dan tenggelam. Dia baru berusia tiga tahun. Dia bahkan tidak terlihat seperti manusia saat mereka menariknya keluar."

Polisi sipil itu membawa Xiao Haiyang masuk ke sebuah kantor polisi kecil. Tidak ada ruangan pribadi untuk register rumah tangga; dalamnya hanyalah sebuah ruangan kecil yang dipisahkan dengan tanda yang digantung. Di sana, ada seorang polisi wanita yang sedang bertugas. Di hadapannya, ada seorang pria tua yang datang untuk mengurus sertifikat.

Polisi sipil itu menyapa dan langsung masuk, mengeluarkan sebuah arsip yang sudah disiapkan sebelumnya. Menunjuk sebuah foto di dalamnya, ia berkata, "Ini adalah ayah dari gadis yang meninggal itu, putra kedua keluarga Sun, bernama Sun Jian."

Xiao Haiyang tidak menyisihkan perhatian untuk menyeka hidungnya yang berair. Ia menarik napas dalam-dalam dan melihat lebih dekat, lalu mengeluarkan sebuah foto satpam palsu 'Wang Jian' dari Pusat Beiyuan. "Bisakah kau melihat ini? Apa ini orang yang sama?"

Satpam palsu 'Wang Jian' itu tampak lebih tua sekitar sepuluh tahunan. Tulang pipinya telah berubah bentuk. Kurangnya penyangga, daging wajahnya telah kendor. Sementara batang hidungnya terlihat sangat tinggi, tulang rawan yang menonjol hampir menembus kulit, membuat rongga matanya terlihat lebih dalam, memberinya penampilan yang agak menyeramkan.

Xiao Haiyang telah berkonsultasi dengan seorang ahli; wajah satpam palsu ini kemungkinan besar telah dioperasi.

Di satu foto adalah satpam paruh baya muram yang tidak bisa dianggap enteng hanya dari sekilas pandang; dan foto yang satunya adalah ayah muda yang halus dan berbudaya. Sekilas, tidak ada yang akan menghubungkan mereka.

Polisi sipil itu menatap lama. "Ada beberapa kemiripan, terutama tahi lalat di dagu ... Ah, penampilannya sangat banyak berubah, aku tidak berani mengatakannya."

"Apa ada catatan DNA dan sidik jari?" tanya Xiao Haiyang.

"Yeah, saat ini, kami tidak punya." Polisi sipil itu menggelengkan kepala. "Itu sudah lama sekali. Kami belum begitu maju saat itu. Meskipun orang tua bersikeras bahwa keponakan mereka yang melakukannya, tapi tidak ada yang melihat, dan tidak ada bukti. Si keponakan itu sendiri juga tidak mengakuinya. Kami tidak bisa berbuat apa-apa .... Anak sekecil itu, yang bahkan tidak bisa berjalan dengan mantap, secara logika dia tidak akan lari keluar sendirian di hari yang beku. Kematiannya benar-benar aneh, tapi kau tetap tidak bisa menuduh siapa pun. Pada akhirnya, setelah penyelidikan yang panjang, kami harus melepaskannya .... Oh, ya, dia menandatangani sebuah pernyataan waktu itu, kami seharusnya masih menyimpannya. Apa kau perlu melihatnya?"

[end] Silent ReadingWhere stories live. Discover now