~ 33 ~

4K 271 24
                                    




🔥🔥🔥🔥🔥





Ella menatap heran handphone yang Satya sodorkan padanya. Handphone itu miliknya, tapi kenapa ada pada Satya? Tadi kan dia menyimpan benda itu di dalam laci nakas.

"Kok ada sama kamu?"

"Handphonenya dibawa aja ke sekolah."

Memang Ella tak pernah membawa handphone ke sekolah. Karena dulu sang mama melarangnya, takut mengganggu pelajaran. Dan hal itu berlanjut hingga kini.

"Untuk apa? Nggak ah, nanti malah ganggu aku belajar."

"Jika ada hal penting, aku bisa langsung menghubungimu sayang. Dan aku yakin kamu pasti bisa mengatur waktumu dalam menggunakan handphone."

Ella kemudian menerima handphonenya itu. Lalu memasukkan kedalam tas.

"Jangan lupa bekalnya sayang," ingat Satya. Ella langsung mengambil tote bag kecil berisi bekal yang tadi Kathrine siapkan.
Menjinjingnya keluar dari mobil.

Keduanya berjalan beriringan melewati koridor kelas. Tak ayal mereka menjadi sorot perhatian warga Benedict high school seperti biasanya.

"Semangat belajarnya," ucap Satya tersenyum sambil mengelus kepala Ella lembut.

Ella hanya mengangguk, lalu melangkah masuk kedalam kelasnya. Hal itu tak lepas dari tatapan Satya. Ia sedikit merasa heran dengan wanitanya itu pagi ini. Sangat tak bersemangat, berbicara pun hanya seadanya.

Satya masih berdiri didepan kelas XII MIPA 2. Memperhatikan Ella yang hanya diam di kursinya. Wanita itu terlihat murung, entah apa yang ia sedang pikirkan.

"Sat, lagi ngapain?" tanya Mahesa.

Duta yang juga ada disana lantas langsung mengikuti arah pandangan temannya itu.

"Ella kenapa emang?" tanyanya kemudian.

"Gue juga nggak tau, dari tadi pagi keliatan murung terus."

"Apa karena lo tadi malem kita ajak keluar?" tanya Mahesa.

Satya menggeleng, "Mungkin saja, karena pas gue balik Ella udah tidur."

"Hehh, Sat. Lo nyadar nggak sih, si Ella nggak punya temen satupun dikelas ini." Duta berujar dengan pandangan masih tertuju pada Ella.

"Ya, dia memang kurang suka bergaul."

"Tapi kenapa? Se-introvert apapun orang itu, pasti setidaknya punya satu temen. Walau bukan dari kelas ini, dari kelas lain mungkin. Tapi gue perhatiin, Ella nggak punya tuh."

Satya diam, yang Duta katakan ada benarnya. Semenjak mereka bersama ia tak pernah kenal dengan satupun teman Ella. Ya, kecuali si kacamata yang menurut Satya hanya modus semata.

"Apa mungkin karena itu, dia iri liat lo bergaul sama kita-kita? Tapi dia nggak punya seorangpun teman."

"Masuk akal," setuju Mahesa.

Satya mengangguk mengerti, "Lo berdua bantuin gue cari temen buat Ella."

"Itu mahh hal kecil," ujar Duta.

SATYA ✓ Where stories live. Discover now