~ 30 ~

5.1K 310 39
                                    


Apa kabar?

Kembali lagi dengan cerita
gaje ini:>





🔥🔥🔥🔥🔥





"Papa berangkat, hanya tiga hari."

Satya tak memandang sang papa yang terlihat sudah rapi hendak pergi. Sebenarnya Michael sudah membahas ini sebelumnya pada Satya. Mengenai permintaan putranya itu untuk mundur dari dunia bisnis. Tapi tentunya itu tak bisa dilakukan dengan mudah. Jadi Michael meminta waktu untuk mengurus dan menyelesaikan semuanya sebelum dirinya mengundurkan diri dari posisi presdir yang kini ia jabat.

"Iya pa, hati-hati dijalan." Ella mewakili.

"Mama anter papa kedepan dulu ya." Kathrine berdiri dari duduknya.

"Papa pamit, jaga istri dan mama mu dengan baik." Petuah Michael pada Satya.

Satya mengangguk kecil sebagai jawaban.



🔥🔥🔥🔥🔥




"Mama berangkat, jangan lupa
pergi ke rumah sakit buat cek nanti."

"Iya ma," balas Ella.

"Mama pergi dulu ya sayang, besok pagi udah balik kok."

Ella mengangguk. "Mama hati-hati dijalan, jangan telat makan."

"Iya sayang," Kathrine memeluk Ella sayang.

Kathrine memasuki mobil yang akan mengantarkannya menuju bandara. Ia akan menghadiri kegiatan kemanusiaan yang diadakan di luar kota. Sekaligus ini yang terakhir sebelum ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai ketua organisasi yang telah ia pimpin selama kurang lebih tiga tahun ini.

"Hufhh, sepi lagi." Desah Ella menatap ruangan luas didepannya.

Satya terlihat menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Mau kemana?" tanya Ella.

"Mahesa kecelakaan."

"Ya Tuhan, terus keadaannya sekarang gimana?"

"Aku belum tau sayang. Tadi Duta telfon, bilang kalau Mahesa kecelakaan dan tengah dirawat di RS. Aku kesana dulu oke," Satya mencium sekilas kening Ella.

Ella mengangguk, "Hati-hati, jangan ngebut."

Satya berlalu pergi tanpa membalas ucapan Ella barusan. Cowok itu khawatir karena mengingat Duta yang bercerita dengan isakan tangis. Tak biasanya cowok itu menangis seperti itu.


🔥🔥🔥🔥🔥




Duta dan Satya masih duduk di kursi depan IGD. Itu sudah berlangsung lebih dari 30 menit dan pintu itu tak kunjung terbuka.

"Lo udah telfon bonyok nya?" tanya Satya setelah terbuyar dari lamunan panjangnya. Alias ngebug.

"Udah, tapi nggak diangkat."

"Telfon rumahnya?"

"Gue nggak tau nomornya." Balas Duta lagi.

Drettt....

Pintu terbuka, tampak brankar yang diatasnya berbaring seorang pasien yang tak sadarkan diri yang tak lain tak bukan adalah Mahesa.

Dua orang dokter menghampiri Satya dan Duta untuk memberitahukan keadaan Mahesa.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya dan operasi berjalan dengan lancar. Tolong hubungi segera orangtua pasien." Ucap Dokter Pratama lalu pamit pergi.

Satya mengangguk mengerti. "Terimakasih dok," ucapnya lalu kini beralih menatap pria berjas putih yang merupakan papa dari temannya.

SATYA ✓ Where stories live. Discover now