~ 07 ~

18.7K 746 23
                                    

FOLLOW AKUN AUTHOR NYA DONGS (◍•ᴗ•◍)






🔥🔥🔥🔥🔥






Dengan masih mengenakan seragam sekolah, Satya berkendara di jalanan tanpa tujuan. Sudah berlangsung sekitar 40 menit. Untungnya bahan bakar motornya masih banyak, dan mungkin masih akan bertahan hingga satu jam kedepan.

Citttttt....

"Maaf, saya yang salah. Maaf sekali lagi," gadis itu menunduk tak berani menatap pemilik motor yang tak sengaja ia senggol.

Satya menatap intens gadis bermotor scoopy itu.

Tapi, motor gadis itu berlalu pergi hingga Satya tak sempat melihat wajahnya.

Tak ambil pusing, Satya kembali melajukan motornya. Ia akan pulang ke rumah, mungkin nanti ia akan punya cara untuk mengatasi hatinya yang hampa ini.

Ck, lebay






🔥🔥🔥🔥🔥







Suara musik memenuhi ruangan yang empat cowok tampan itu tempat saat ini. Lampu warna-warni dan bau alkohol menjadi ciri khasnya.

"Lo kenapa sih Sat, udahlah cari yang lain aja. Tuh cewek nggak ada cantik-cantiknya juga kan, dan bodynya biasa aja. Nih liat, banyak yang bahenol. Pilih satu yang lo suka," celetuk Duta.

"Hm, iya. Tuh cewek biasa aja, nggak ada istimewa-istimewanya gue liat. Kok bisa lo kepincut sama cewek dengan semudah itu? Apa jangan-jangan tuh cewek guna-guna lo." Timpal Mahesa.

"Kalau tuh cewek guna-guna Satya, nggak mungkin tuh cewek nolak Satya kaya gini. Dan lagian bukannya lo bilang dia anaknya lugu, mana mungkin kenal ama yang begituan." Jay angkat bicara.

Satya hanya diam, mencerna setiap ucapan tiga manusia tersebut.

"Jadi gimana? Lo masih mau ngejar tuh cewek atau cari yang lain? Kalau gue di posisi lo sih mending cari yang lain," ungkap Duta.

"Nggak tau deh, liat aja entar." Satya kembali meneguk minumannya.






🔥🔥🔥🔥🔥








Pagi yang mendung, Ella telah rapi dengan seragam sekolah dan tas. Dan mengenai lehernya, ia menutupi bercak biru itu dengan foundation yang kemarin Satya berikan.

Ya, paper bag berwarna cokelat itu berisi beberapa foundation dengan beberapa warna yang hampir mendekati warna kulit Ella.

.
.
.

Pelajaran berjalan dengan lancar, beberapa menit lalu bel istirahat baru saja berbunyi. Ella seperti biasa tetap berada di kursinya, tapi rasa resah menghantui. Takut Satya datang menghampirinya, dan melakukan hal bodoh lainnya.

Akhirnya Ella memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dengan membawa buku pemberian sang kakak yang hingga kini belum selesai ia baca.

Kakaknya Indah memang penyuka novel, dan begitupula dengan Ella. Sang kakak akan membeli buku dan membacanya, lalu kemudian setelah selesai diberikan kepada Ella.

Setelah mengisi absensi, Ella pun langsung menuju salah satu kursi di ruangan penuh buku-buku itu.






🔥🔥🔥🔥🔥








Koridor sudah sepi karena murid-murid tengah berada didalam kelas mengikuti proses pembelajaran. Satya barusan keluar saat guru pelajaran matematika tengah masuk di kelasnya, MIPA 1.

Ia berhenti di dekat ambang pintu kelas MIPA 2, menatap Ella yang tengah mendengar guru yang mengajar dengan cermat.

Ucapan Duta dan Mahesa semalam terulang di kepala Satya.

Sontak Satya menatap Ella dari atas kebawah, hingga berhenti diarea dada.

"Ya, memang dia terlihat biasa-biasa saja. Tapi, entah mengapa gue rasa ada sesuatu yang menarik dari gadis ini."

Clingkkk...

Mata Satya mengerjap beberapa kali, kegiatan bergairah waktu itu kembali berputar dikepalanya.

"Semua berawal saat gue lepas kalung itu." Satya mengangguk, sekarang ia paham dimana pusat kendalinya.





🔥🔥🔥🔥🔥







Satya sejak beberapa menit lalu sudah berdiri didepan kelas XII MIPA 2, bel pulang sudah berbunyi sekitar 10 detik lalu dan guru yang mengajar dikelas tersebut pun meninggalkan kelas.

Satya masih tetap setia berdiri disana, membuatnya menjadi pusat perhatian.

Ella tak kunjung keluar kelas, hingga Satya memutuskan untuk memasuki kelas tersebut.

Atensinya menangkap sosok Ella yang tengah menyapu lantai, "Dia piket ternyata."

Slingg...

Tatapan Ella beradu dengan netra Satya. Ella langsung dibuat gemetar.

Satya melangkah mendekati Ella,
"Jangan takut, selama benda itu ada disana aku takkan terpengaruh."

Kening Ella menyerjit namun ia masih tak berani menatap Satya yang berdiri dihadapannya.

"Kalung itu, kalung itu adalah penyebabnya. Saat kamu tak mengenakannya, tubuhku tiba-tiba tak terkontrol hingga tanpa sadar melakukan hal seperti waktu itu."

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu ini sedikit terdengar tak masuk akal, tapi ini nyata."

"Maaf, boleh kamu pergi. Aku ingin piket dan cepat-cepat pulang."

"Hemm, mulai berani. Apa yang terjadi?"

"Tolong pergi."

"Baiklah, tapi camkan yang kukatakan tadi. Jangan sampai kamu menyesal," Satya melangkah pergi dari sana.

"Omong kosong," cibir Ella dalam hati.

Udahh mulai berani nih si Ella.









🔥🔥🔥🔥🔥







Gimana?









Udah vote?









Udah makan?








Udah bernafas?
ㅋㅋㅋ
















THANKS FOR READERS ❤️

SATYA ✓ Where stories live. Discover now