36. POSESIF

Mulai dari awal
                                    

“Orang yang suka tebar pesona bakal sial tujuh turunan,” sindir Gaby pada cowok yang berjalan di sampingnya.

Alfa terkekeh, “Siapa yang tebar pesona? Gue dari tadi diem aja lho.”

Gaby mendengus, lalu dengan langkah cepat berlari meninggalkan manusia menyebalkan di belakangnya. Ia kemudian berdiri di barisan paling depan bersama beberapa siswi lainnya.

“Kalian ini murid paling tua di sekolahan bukannya memberi contoh yang baik kepada adik kelas malah selalu membuat masalah terus. Kalian seharusnya malu sebagai kakak kelas, pokoknya saya mau mulai besok kalian semua yang ikut dalam barisan ini berubah lebih disiplin dan tertib lagi. Mengerti kalian?” seru Bu Sukma, selaku guru kesiswaan yang sudah lelah menghadapi para murid bandelnya.

“Mengerti Buk,” jawab mereka semua dengan kompak, kecuali si Most Wanted yang malah berani mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya.

Bu Sukma melotot sambil berkacak pinggang ke arah Alfa, dengan gemas ia berseru amat kencang melalui mikrofon. Membuat seluruh orang yang berada di area lapangan berjingkrak kaget.

“ALFAREZIN KEANO ADIBASKARA BERANINYA KAMU BERMAIN HP DI HADAPAN SAYA!! KAMU SENGAJA MEMBUAT SAYA MARAH? KAMU TAHU ATURAN DI SEKOLAH MURID DILARANG MEMBAWA HP.”

“Lihat jam doang Buk, takutnya nanti malah ada orang yang korupsi waktu kalau kelamaan ceramah di mimbar.” Alfa dengan tampang lempeng kembali mengantongi benda pipih miliknya.

Gaby yang melihat kelakuan suaminya hanya bisa geleng kepala. Bisa-bisanya dulu dirinya menikah dengan manusia yang tidak punya urat malu seperti Alfa di sampingnya.

Sedangkan para siswi dari adik kelas sampai satu angkatannya pun masih setia berdiri di lapangan upacara meski sinar matahari menusuk kulit. Dan hal itu hanya untuk melihat Alfa, sang idola kesayangan SMA Cempaka.

“Argh..., damagenya si Alfa gak maen-maen mampus bisa gila gue kebanyakan halu.”

Gadis lain yang mendengarnya ikut menanggapi. “Gue juga heran kenapa Alfa bisa secakep itu?”

“Andaikan Alfa jadi anak tertib kebayang nggak sih gimana kerennya dia?”

Adit mengabaikan semua bisikan-bisikan para gadis di belakangnya. Cowok itu berbalik dengan sebelah tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana dan berjalan santai melewati mereka begitu saja. Bagas, Ervans serta Ben yang berada di sebelahnya segera mengikuti langkah Adit.

“Kenapa nggak nungguin si Bos dulu?” tanya Ben berjalan di samping Adit.

“Dia bukan anak TK,” balas Adit terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.

Ervans menepuk pundak Ben pelan. “Lo nggak perlu lagi mikirin Alfa. Dia sekarang udah ada pawangnya, jadi mending kita cari vitamin dulu di kantin. Siapa tahu ketemu cecan lumayan buat cuci mata.”

“Cewek mulu pikiran lo sekali-kali pelajaran Agama kek biar pintar.”

Ervans menatap Bagas yang agak jauh darinya. “Diem lo dasar ustad KW kebanyakan bacot!”  tukas Ervans ngegas.

“Harusnya lo yang diem dasar bandar cewek,” sahut Bagas tak mau kalah.

“Lah dari pada diri lo jomblo karatan!” tunjuk Ervans, tak ingin kalah.

“Lo pada bisa diem atau gue sumpal mulut lo pake sepatu?” Kali ini Adit merespon. Tapi jangan heran, cowok itu sekali membuka mulutnya langsung membuat kicep semua orang di sekitarnya.

“Serem amat.”

Kembali pada Bu Sukma yang sudah menyetok kesabarannya full tank untuk menghadapi Alfa dan murid nakal lainnya. Kini guru kesiswaan dengan jilbab jumbo itu berjalan menghampiri kelima belas siswa-siswi di hadapannya secara bergilir.

ALFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang