Pandangan Seonghwa 25

Start from the beginning
                                    

Begitu sepasang sahabat habiskan malam panjangnya, ditemani tangis dan rasa sakit.


Seperti apa yang Seonghwa katakan sebelum masuk, San sudah nungguin orang cantik di depan pos. Hatinya membuncah bahagia, bibirnya tak bosan layangkan senyuman. Hal itu buat wajahnya yang tampan makin tampan. Beberapa karyawan yang tak sengaja berpapas dengannya hanya bisa gigit bibir. Choi San betul-betul memukau.

"Udah nunggu lama?" Bahunya dipukul pelan, suara ringan yang lembut itu mengudara. Tak perlu repot untuk mintai balasan senyum, Seonghwa mandiri dengan senyum yang merekah. Begitu cantik dan memabukan.

"San tapi aku gak bawa helm. Ke rumah dulu ya ambil helm dulu."

San menggeleng, dia buka tas tipis yang tersampir di bahu kanannya ada satu buah helm yang terlihat masih sangat baru dengan beberapa plastik yang menempel.

"Pake ya, aku bawa kok."

Seonghwa terima helm pemberian dari San, glossy sama seperti yang San kenakan tapi warnanya soft tak mentereng. Sederhana, hitam berplat putih, sedangkan punya San berplat biru.

"Kamu sengaja nyiapin ini?"

San tersenyum, bisa dibilang begitu. Waktu istirahat yang tersisa cukup sempit itu dia gunakan untuk memesan salah satu helm di aplikasi hijau. Pengirimannya cepat, kondisi mulus. San kasih love lima buah untuk toko dan kurirnya. Mungkin karena udah bantuin San di hari dadakan spesialnya? San merasa sangat puas.

"Maaf ya gak bawa helm lebih buat kamu jadi ngedadak beli dulu."

"Yahh repotin dong aku?"

"Gak sama sekali. Mau berangkat sekarang?"

"Makasih ya, hm Wooyoung gak ikut. Aku rasa ayo sekarang aja."

"Gak masalah. Ayo naik."

Sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan diisi oleh beberapa perbincangan ringan aja. San yang mulai Seonghwa yang mengakhiri, bukan karena bosan dengan topik yang diangkat. Tapi Seonghwa coba sadar diri buat San tak ulang lagi pertanyaannya. Ya derita naik motor boncengan. Diantara keduanya jadi budeg. Maklum jalanan ramai juga helm yang menghimpit indra pendengaran. Jadi sedikit misscom itu udah jadi hal yang biasa.

Tak butuh berlama-lama, sekitar 1,5 kilometer lagi mereka akan sampai di tujuan. Jalan yang mereka lalui lambat laun jadi jalan yang tak terlalu ramai kendaraan. Kanan kirinya banyak pohon-pohon. Udara tak lagi penat, tapi sedikit segar. Jalan yang luas bergantikan dengan jalan setapak yang masih muat dilalui motor. Sampai ujung jalan, San belokan motornya ke kanan. Ada sebuah kedai kecil yang konsepnya outdoor. Ya tak heran toh banyak kedai yang menyungsung tema yang serupa di sepanjang daerah ini. Menjual view dan udara yang masih asri.

"Nah disini. Lihat kak langsung ke kota pemandangannya."

Seonghwa mengangguk dan turun dari motor sembari melepas helmnya. Menghirup udara segar yang masuk.

"Kok aku baru tau daerah sini ya. Baru banget aku kesini."

"Gimana kak, suka kan? Sering banget kesini kalau lagi suntuk."

"Banget San, ini kayanya satu daerah sama villa kemaren gak sih?"

"Iya kak. Bedanya yang kemarin lewat jalur barat." San genggam tangan Seonghwa untuk dibawa masuk ke dalam kedai, mereka harus memesan minum atau makanan bukan supaya lebih enak lihat-lihat pemandangannya sama habiskan waktu.

"Kakak mau pesen apa. Minuman yang anget aja ya, makin malem ntar makin dingin soalnya."

"Aku samain sama kamu boleh? Tolong pesenin."

San mengangguk lalu mulai memesan. Sedari tadi tangannya bertaut tak lepas, ada sedikit perasaan hangat tapi kurang. Itu yang Seonghwa rasakan.

"Yok kak, kita pilih tempat duduk."

Seonghwa ikuti arah San, mau kemana dan dibawa kemana dirinya Seonghwa pasrah saja.

"Disini aja lebih enak viewnya. Oke duduk kak."

Meja yang San pilih lumayan nyaman, viewnya seperti apa yang San bilang. Daerah sini masuknya menanjak. Lembah tapi bukan, ini jelas lebih tinggi tapi tak setinggi destinasi liburan kemarin. San tak bawa Seonghwa jauh tinggi lebih dari ini.

"Kak mungkin aneh ya tiba-tiba diajak jalan gini. Ya paham sih kita kan gak terlalu deket. Tapi jujur deh aku nyaman deket kamu. Keberatan gak?"

Seonghwa bingung harus respon gimana. Seonghwa ini bukan orang dewasa yang kurang peka walau kurang pengalaman. Tujuan San sama seperti tujuan Hongjoong.

"Hm, kayanya gak deh."

Tanpa mau pikir lanjut apa yang nanti akan terjadi. Seonghwa memutuskan. Semoga Seonghwa tak akan menyesali keputusannya


______________________________________

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now