tiga puluh tiga

5.9K 297 1
                                    

Walisah terjaga dari tidurnya. Dia melihat ke arah sebelahnya. Suaminya sudah tiada. Dia mencari kelibat lelaki tersebut di dalam bilik namun tiada. Walisah berfikir yang lelaki itu sudah turun ke bawah terlebih dahulu.

Walisah melihat jam yang melekat pada dinding yang sudah menunjukkan pukul 8 lebih. Dia bingkas bangun dan menuju ke bilik air untuk mandi. Setelah selesai, dia terus turun ke bawah untuk mencari suaminya.

Terlihat tubuh Putri Qhaisara, Putri Amelia dan Irfan sedang berada di ruangan tamu menonton tv. Dia mendekati mereka dengan senyuman kecil.

"Ibu, Ikmal mana?" soalnya kepada Putri Qhaisara. Wanita tersebut menoleh ke arahnya. Bibirnya terus mengukirkan senyuman.

"Ikmal keluar sekejap katanya. Nanti dia pulang. Dia kata nak bawa Wal pergi ke rumah baru kamu," balasnya kepada Walisah. Gadis itu mengganguk faham.

"Kalau macam tu..takpelah." kata Walisah. Putri Amelia memandang wajah kakak iparnya dengan senyuman lebar.

"Akak! Meh duduk dekat Putri. Meh sini." kata Putri Amelia sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. Walisah tersenyum lalu duduk di sebelah Putri Amelia.

"Akak dah sarapan ke?" soal Putri Amelia. Dia merenung wajah Walisah. Gadis itu cantik namun kecantikannya tidak nampak kelihatan dengan jelas akibat kejadian dimana wajahnya disimbah pada asid.

"Belum lagi. Putri dah sarapan?" soal Walisah pula. Putri Amelia mengganguk.

"Dah. Akak nak makan ke?"

"Nak,"

"Jom! Kita pergi dapur. Ibu ada masak tadi. Kita pergi makan eh?" katanya. Walisah hanya mengganguk.

"Ibu, ayah. Kami pergi dapur dulu eh? Nak bawa akak makan. Dia belum sarapan lagi." jelas Putri Amelia kepada kedua ibubapanya.

"Yelah. Pergilah," kata Putri Qhaisara. Mereka berdua mengganguk dan menuju ke dapur. Sampai di dapur, Putri Amelia membuka penutup saji yang tersimpan makanan.

"Akak duduklah. Putri nak ambil pinggan dulu untuk akak." kata Putri. Walisah hanya menurut sahaja dengan apa yang dikatakan oleh adik iparnya. Dia menarik kerusi lalu melabuhkan punggungnya sambil memerhati Putri Amelia.

"Nah, akak makanlah." Walisah sekali lagi mengganguk. Dia menyendok nasi dan lauk. Dia membaca doa sebelum menjamu makanan tersebut.

Putri Amelia hanya tersenyum melihat kakak iparnya. Dia tahu yang gadis itu memiliki hati yang baik.

"Akak?"

"Ye?"

"Macam mana hubungan akak dengan abang? Abang layan akak baik ke? soal Putri Amelia kepadanya. Walisah tersenyum kecil.

"Okey je. Abang Putri layan akak baik. Takde kasar pun," balas Walisah jujur. Putri Amelia tersenyum suka. Dia pasti yang abangnya menyukai gadis itu namun dia tidak mahu luahkannya.

"Abang tu baik tau. Dia orangnya penyayang. Dia selalu ada untuk orang yang dia sayang. Dia tidak pernah berkira pun. Dia sanggup buat apapun demi orang yang dia sayang." ujar Putri Amelia. Walisah tersenyum hambar.

'Tidak bagi aku. Belum tentu dia anggap aku orang yang dia sayang' desis hati Walisah sayu.

"Oh..baguslah macam tu. Abang Putri memang baik pun," balas Walisah kepadanya. Putri Amelia hanya tersenyum. Dia ingin memberitahu kakak iparnya mengenai peristiwa dimana Ikmal hampir menjadi gila.

"Akak nak tahu tak?"

"Tahu apa tu?"

"Abang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu abang seorang yang ramah dengan semua orang tidak kira lelaki ataupun perempuan. Namun, disebabkan satu kejadian dia telah berubah. Dia sudah tidak percaya dengan mana-mana perempuan kecuali Putri dan ibu sahaja," jelas Putri Amelia tersenyum hambar.

Walisah terdiam. Dia memandang wajah Putri Amelia. Dia berhenti menjamu makanan dan fokus kepada cerita gadis tersebut.

"Apa yang menyebabkan dia jadi macam tu?"

"Hal yang menyebabkan abang berubah serta-merta adalah disebabkan...."

𝐓𝐄𝐍𝐆𝐊𝐔 𝐈𝐊𝐌𝐀𝐋 𝐇𝐀𝐊𝐈𝐌𝐈Where stories live. Discover now