XXX. They Stopped Talking

9.8K 1.1K 46
                                    


Jesse merentangkan tangannya ke atas dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangannya yang mulai gelap. Lampu kecil yang menemaninya membuatnya tak sadar matahari sudah tidak lagi ada di langit. Belakangan ini Jesse terlalu tenggelam dalam pekerjaannya sampai ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali bicara dengan Kira.

Mata Jesse mengikuti gerak-gerik Amber yang masih sama konsentrasinya dengan ia tadi sampai tidak sadar waktu. Dirinya dan Amber sedang tergabung dalam sebuah proyek yang sama. Keduanya benar-benar sedang dikejar waktu. Pembuatan maket proyek ini saja memakan waktu yang sangat lama, sedangkan mereka sudah harus presentasi minggu depan. Makanan Jesse dan Amber dari hari ke hari akhir-akhir ini adalah jam kerja yang tak tahu ampun. Tidur di kantor saja lama-lama menjadi rutinitas.

Lain Jeshiro, lain lagi dengan Amber, wanita itu sama sekali tidak keberatan harus bekerja se-lama apapun juga asalkan bisa menghabiskan waktu dengan Jesse meskipun dari tadi keberadaannya juga tidak dipedulikan. Amber sampai yakin dari tadi Jesse tidak sadar dirinya masih duduk di dalam ruangan pria itu.

"You can go home first, Am. I'll wrap this up and continue this at home. I need a good shower," ujar Jesse sambil mengusap wajahnya kasar dan menghela napas panjang.

"I'll go home with you," balas Amber mengangkat kedua bahunya.

Jesse menatap Amber lama lalu mengangguk setengah hati. Sepertinya apapun yang pria itu katakan tidak akan digubris temannya itu. Jesse memberi satu sentuhan terakhir pada pekerjaannya lalu beranjak merapihkan meja kerjanya sebelum mendahului Amber keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya. Amber menyaksikan punggung tegap Jesse di depannya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Setelah Jesse bercerita tentang Kira, bukannya mundur perlahan, Amber memilih untuk maju lebih gencar. Amber sadar kelihatannya tidak tahu diri, namun ia hanya belum siap menyerah. Lagipula siapa yang punya jaminan bahwa Kira tidak akan menyakiti Jesse lagi? Amber hanya mau ketika itu terjadi, ia masih ada di samping pria itu dan siap menopangnya. Setelah pikiran-pikiran seperti itu mulai bersemayam di kepalanya, semakin besar pula harapannya Kira melakukan kesalahan dan menyakiti Jesse lagi.

Kata orang, ketika kita sangat mencintai seseorang, kita tidak menginginkan apapun selain kebahagiaan orang tersebut, tapi munafik kalau Amber bilang ia akan behagia apapun pilihan Jesse. Kalau bukan bersamanya, rasanya sulit membiarkan Jesse bahagia sendirian. Tidak peduli seberapa besar Amber mencintainya.

"Want to grab dinner? I'll treat you," tawar Amber sambil mensejajarkan langkahnya dengan Jesse setelah puas memperhatikan punggung pemuda itu.

Tanpa lama, Jesse menggeleng pelan. Tubuhnya sudah terlalu lelah untuk diajak pergi lagi. Kalaupun ia lapar, saat ini yang terdengar paling lezat adalah mie instan panas dengan telur setengah matang.

"How about breakfast and lunch tomorrow? What do you want me to make?" tanya Amber semangat. Bukan rahasia lagi belakangan ini ia rajin sekali menyiapkan bekal makanan untuk Jesse, entah apa yang diharapkan dari kegiatannya itu. Jesse tidak punya masalah dengan hal itu... kalau Amber melakukannya sebagai teman. Hanya saja Jesse tahu apa yang berusaha Amber gapai, sehingga apa yang wanita itu lakukan justru membebaninya.

"You can stop now, Am. I value you, I really value you as my friend. But I can't continue that if you keep doing this," ujar Jesse dengan nada lelah.

Mengkonfrontasi Amber sejujurnya sangat tidak ingin ia lakukan, tapi Amber tidak akan pernah berhenti kalau bukan dengan ini. Senyum di wajah cantik itu luntur, berganti garis lurus yang terpatri di bibirnya.

"Why? You feel like you cheated on your girlfriend? Break-up then," sahut Amber pedas.

Jesse mengerutkan dahinya tidak mengerti lalu menatap Amber seakan apa yang baru saja dikatakan wanita itu terdengar tidak masuk akal. Jesse memiringkan kepalanya. Rasanya ia seperti tidak mengenal sosok Amber yang ada di hadapannya.

LINGER (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang