A Little Side Story

10.5K 1.2K 19
                                    


Ara mengaduk jus mangga miliknya gugup. Rasanya pasti sudah tidak jelas lagi karena tidak berhenti diaduknya sejak datang tadi. Netranya lalu terpusat pada Vio yang menyesap kopi hitamnya tenang, berkebalikan sekali dengannya.

Sebenarnya ini salah. Seharusnya Vio yang gugup. Seharusnya Vio yang tidak tenang. Seharusnya Vio yang angkat bicara lebih dahulu. Tidak adil bagi Ara kalau hanya ia yang terjebak masa lalu. Tapi mungkin saja ini bukan tentang adil atau tidak adil, ini perkara bisa atau tidak berlabuh pergi. Ara menarik tangannya turun dari sedotan di gelasnya.

"Selamat, Ravio."

Vio menatap Ara bingung. "Buat apa, Ra?"

"Congratulation on your engangement," ucap Ara tulus.

Kalau malam itu ia tidak bicara dengan Jesse, mungkin kalimat ini tidak akan pernah keluar dari mulutnya. Ara menyibukkan dirinya agar perhatiannya tidak pernah tertuju pada Vio dan tetek bengek pertunangannya. Tapi pertanyaan Jesse di Belitung waktu itu menamparnya keras. Meskipun ini tidak adil bagi Ara yang sayangnya masih jatuh cinta sendirian, tapi sepertinya tidak adil juga bagi Vio meskipun Vio sendiri tidak mengetahui apa yang Ara rasakan sejak pertemuannya dengan Vio di rumah sakit dulu, bahkan hingga sekarang.

Ara berusaha untuk benar-benar bahagia bagi Vio, tapi munafik kalau ia berkata ia sudah baik-baik saja. Mungkin itulah kenapa hubungannya dengan Jesse mengalir kental. Karena keduanya memahami perasaan satu dan yang lainnya. Sakit hati yang dirasakan Ara, Jesse pernah merasakannya juga. Dan sama seperti Mirei, meskipun Vio adalah sahabat Jesse, Jesse adalah orang pertama yang berkata padanya kalau Vio egois waktu memutuskan untuk meninggalkan Ara.

Pembicaraannya dengan Jesse mengingatkan Ara bahwa ia tidak bisa mengubah apa-apa sekarang. Ia hanya bisa bahagia untuk Vio dan agar ia tidak menyesalinya sampai kapanpun, yang paling sederhana yang bisa ia katakan hanyalah kata selamat.

Tatapan Vio melembut. Ia tidak mempertanyakan alasan Ara mengajaknya bertemu di siang bolong hari Rabu seperti ini, ia tidak mempertanyakan keputusan Ara yang baru memberinya selamat setelah pengumuman bahwa ia bertunangan dengan Runa sudah diberikannya hampir 4 bulan yang lalu.

Waktu mereka masih mereka bersama, Vio tidak bercanda saat berkata bahwa membaca Ara bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Ia tidak membual saat berkata kalau bisa melihat perasaan seseorang dengan jelas. Selama ini, bertemu dengan Ara membawa rasa bersalah terbesar dalam hidupnya melihat mantan pacarnya itu belum bahagia, terlebih lagi hatinya hancur ketika melihat bahwa Ara masih begitu menyayanginya.

Kata selamat dari Ara adalah ucapan selamat yang paling ditunggunya selama 4 bulan ini. Hatinya terasa ringan setelah mendengar kata-kata tersebut dari Ara. Vio mengenal Ara lebih baik dari yang Ara ketahui. Meskipun saat ini hati Ara masih hancur menatap Vio, meskipun ia sedang berbohong bahwa ia bahagia untuk Vio, meskipun Vio masih harus menutupi kenyataan bahwa ia dapat melihat genangan air yang cepat-cepat dihapus Ara dari matanya, kenyataan bahwa Ara duduk di sini memberi Vio selamat, artinya Ara sudah benar- benar melepaskan Vio.

Vio masih ingat jelas pembicaraannya dengan Ara beberapa tahun silam. Vio berkata langit Jogja masih suka gerimis saat bercerita tentang matahari di Jakarta yang belum bahagia. Vio bertanya kenapa Ara masih belum melupakannya dan bertemu dengan orang lain. Ara tersenyum sore itu, berkata bahwa ia belum ingin, namun ia tahu ia akan.

Siang ini, matahari bersinar lebih terik dari hari lainnya di minggu ini. Besok, saat Vio kembali ke Jogja, saat Ara menulis halaman baru untuk ceritanya, mungkin langit sudah tidak akan menangis untuk mereka.

"Makasih, Adara. Really, thank you for saying that," ujar Vio.

Ara tersenyum.

Setelah ini ia bisa bercerita bangga pada Jesse tentang bagaimana ia dengan mudahnya mengucapkan selamat pada Vio dan menyombongkan diri bahwa bisa memberikan nasihat pada Jesse tanpa membohongi dirinya sendiri.

Ara cukup bahagia untuk itu.

L.I.N.G.E.R

LINGER (Completed) Where stories live. Discover now