XIII. Late Introduction

12.6K 1.6K 19
                                    


Udara panas Belitung menerpa wajah Jesse dan Kira begitu mereka menginjakkan kaki keluar dari pintu pesawat. Baru sampai di bandara namun rasanya angin pantai sudah menyambut mereka semangat, begitu juga sahabat-sahabatnya yang katanya akan menunggu mereka di pintu masuk bandara.

Jesse dan Kira tidak banyak bicara dalam penerbangan 1 jam mereka. Tidak ada lagi perdebatan lanjutan atau pertanyaan terusan.

Mereka berjalan beriringan memasukki gedung bandara, kemudian tanpa bicara lagi menghampiri kumpulan manusia yang batang hidungnya sudah kelihatan sempurna. Mirei tersenyum lebar melihat Jesse dan Kira yang mendekat lalu melambaikan tangannya semangat.

"Gimana gimana?" tanya Mirei mengenai penerbangan mereka. Mirei menggandeng lengan Kira, menuntunnya ke mobil sewaan mereka. Ren membantu mereka menaikkan barang ke bagasi dan naik ke mobil yang langsung heboh. Mobil meninggalkan kawasan bandara dan Vio melesat menuju penginapan mereka.

Sepanjang perjalanan, mereka sudah disuguhkan oleh hamparan pasir dan laut biru yang tentu sudah lama sekali tidak mereka lihat akibat padatnya kehidupan di Ibu Kota. Tisha membuka lebar kaca mobil membiarkan aroma asin pantai masuk ke dalam mobil.

20 menit dari Bandara, mereka sampai di penginapan mereka. Satu kata untuk menggambarkan tampak penginapan itu dari luar; Indah.

Kira menghirup udara dalam-dalam begitu keluar dari mobil. Lalu menggeret kopernya masuk, menuju kamarnya di lantai atas untuk menaruh barangnya. Setelah menaruh barang, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membahas rencana perjalanan hari ini. Karena waktu yang juga masih menunjukkan pukul setengah satu siang, mereka sepakat untuk memulai perjalanan dengan makan siang dan pergi ke museum kata Andrea Hirata karena besok akan menghabiskan satu hari penuh menjelajahi pantai dan pulau-pulau.

Mereka kembali meninggalkan penginapan setelah beberapa menukar pakaiannya dengan kaos dan celana pendek. Jesse memegang kemudi kali ini, mengikuti petunjuk Vio ke arah restoran seafood yang dimaksud Mirei. Mereka kemudian berhenti di salah satu restoran kecil di pinggir pantai, tak begitu jauh dari penginapan. Makanan laut di pinggir pantai adalah salah satu agenda terbesar orang pergi berlibur ke kota ini, yang laut dan kotanya semakin tenar akibat salah satu novel yang menurut Kira adaptasi filmya tidak mengecewakan seperti kebanyakan adaptasi buku menjadi film lainnya.

Setelah memesan, mereka berbincang santai menunggu makan siang datang. 2 porsi udang saus tiram, 2 porsi kepiting lada hitam, 2 porsi cah kankung dan 1 porsi ikan gurame bakar. Menu yang membuat manusia besyukur hidup berdampingan dengan alam. Tidak menunggu lama, meja mereka sudah dibanjiri semua pesanan itu membuat kelimpungan ingin mulai menyantap yang mana.

Kira menatap piring Jesse yang duduk di sebelahnya, berandai apakah pria itu tidak menyukai udang. Udang sudah hampir tandas namun Jesse belum juga mengambilnya. Berusaha menjadi Kira yang baru, ia mengangkat piring tersebut dan meletakannya di sebelah piring Jesse.

"Udang, Je," tawarnya. Semua, kecuali Vey yang asyik makan, menoleh dan menatap Kira antara aneh, terkejut dan takjub. Seorang Kinira Quinta menawarkan sesuatu pada Jeshiro Melvino, yang juga berarti sedari tadi ia sudah memerhatikan pria itu. Kalau tangannya tidak ditarik Mirei, Ren sudah pasti akan berdiri sekarang juga dan bertepuk tangan.

Jesse menghentikan kegiatannya menyendok nasi kemudian menatap Kira dan piring udangnya bergantian. "Saya alergi udang, Ki," balas Jesse singkat.

Kira membelalakan matanya lalu cepat-cepat menjauhkan piring udang itu dari hadapan Jesse. Usahanya berbuat baik dan perhatian lagi-lagi gagal.

"Maaf, Je. Gue nggak tahu," ucap Kira tulus, benar-benar merasa bersalah hampir membuat alergi Jesse kambuh. Ia memang tidak tahu separah apa alerginya, namun kalau sampai Jesse tidak mau menyentuhnya sama sekali, sudah pasti lebih parah dari yang bisa ia bayangkan.

LINGER (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang