III. A Piece of Regret

17.9K 1.8K 40
                                    



Kira menyusuri majalah di tangannya dengan sabar meskipun sebenarnya ia sama sekali tidak tertarik dengan isinya. Pernikahan bukan hal yang begitu digemarinya. Cukup menakutkan membayangkan menjerumuskan diri ke dalam suatu ikatan yang tercatat di mata hukum dan agama. Namun bukan berarti Kira tidak bahagia dan menghargai pilihan Mirei untuk menikah. Kalau ia tak senang, ia tak akan ada disini, duduk manis sejak 2 jam lalu menemani Mirei memilih gaun pernikahannya. Lagipula ini menjadi tugasnya sebagai sahabat dan maid of honor yang dipercaya Mirei.

Rasanya sedikit sulit untuk dipercaya, melihat Mirei, si lugu yang dulu menjadi teman sebangkunya melewati tahun terakhir di SMA, kini akan menikah. Belum lagi dengan Ren, si penggila wanita yang anehnya tunduk tak berkutik jika berhadapan dengan Mirei. Mungkin karena itu mereka ditakdirkan bersama.

Kira menggeleng lagi melihat gaun yang melekat di tubuh Mirei, entah sudah gelengan yang keberapa. Mirei sudah bukan nekat lagi, memilih gaun pernikahannya kurang dari 2 minggu sebelum pernikahan akan dilaksanakan. Menurut Kira, seharusnya memilih saja tidak sulit, tapi entah mengapa dari tadi ia belum melihat gaun yang benar-benar meneriakkan pantas untuk dipakai satu kali seumur hidup sahabatnya itu.

Tentu hal itu sebelum Mirei keluar dengan mermaid dress berbahan satin dan sedikit brokat dari pinggang ke atas, tanpa lengan, putih bersih dan melekat sempurna dengan tinggi badan Mirei. Mirei akan membuat siapapun yang datang ke pernikahannya iri bukan main jika ia berdiri di altar dengan gaun itu. Kira mengangguk semangat seakan ia memilih gaun itu untuk dirinya sendiri. Perkara gaun pengantin saja sekarang ia ingin mencoba satu. Mirei menatap dirinya puas di cermin lalu ganti menatap Kira puas. Ia tahu membawa sahabatnya yang satu ini ke sini bukan pilihan yang salah. Ketidakpercayaan Kira akan dunia pernikahan tidak menghalanginya memberikan penilaian yang luar biasa.

Dalam balutan gaun sederhana namun indah ini, rasanya kalau ia disuruh menikah nanti malam, Mirei siap. Mirei menghela napas puas sembari mengacungkan jempolnya pada Kira dan masuk kembali ke dalam bilik untuk mengganti pakaiannya.

Sepuluh menit kemudian, setelah berbicara dengan pelayan toko yang dari tadi sibuk mendampingi Mirei dan memberitahu bahwa ia akan mengambil gaun yang terakhir dicobanya, sahabatnya itu menghampiri Kira dengan senyum yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Senyum yang seakan berkata Mirei memegang seluruh dunia di tangannya.

Kira tersenyum, dalam pedih hatinya. Sudah lama sekali ia tidak tersenyum seperti itu. Kira menggusur jauh pikirannya. Hari ini dan beberapa minggu ke depan bukan tentang dirinya, tapi tentang Mirei. Tidak ada gunanya mengeluarkan sisi melankolisnya yang suka keluar sendiri tanpa diminta. Seminggu belakangan ini ia dihadang rasa khawatir yang berlebihan. Meskipun ia tahu betul alasannya dan justru karena ia tahu betul alasannya ia berpikir terlalu banyak, tak semudah itu meyakinkan hatinya untuk bersikap biasa saja.

Kinira Quinta punya banyak alasan untuk mengharapkan kedatangan Jeshiro Melvino ke pernikahan Mirei. Punya beribu alasan untuk menunggu waktu itu tiba. Namun ia punya sejuta alasan untuk memutar otaknya sebelum berdiri di depan pria itu. Kira belum melihat Jesse sejak kepulangan terakhirnya 7 tahun lalu. Saat itu pun karena tatapan dingin Jesse dan auranya yang seakan tidak senang dengan kehadiran Kira, gadis itu memilih untuk pamit pulang terlebih dahulu dengan alasan yang dibuatnya dalam waktu 30 detik.

Sahabat-sahabatnya hari itu menyayangkan Kira yang tidak dapat berkumpul lebih lama, tapi Jesse bahkan tidak berkata apa-apa saat gadis itu melangkah keluar dari restoran. Jesse yang dikenalnya saat SMA, pasti akan mengejarnya, pasti bertanya ada apa. Pasti mengantarnya pulang. Jesse yang dikenalnya di SMA, mengerti Kira bahkan tanpa perlu kata-kata. Lalu Kira, dalam kebodohan dan godaan entah dari mana, memutuskan bahwa ia tidak menginginkan Jesse yang seperti itu.

LINGER (Completed) Where stories live. Discover now