DONOR DARAH

Mulai dari awal
                                    

"Dah"

Atena mengernyitkan keningnya melihat gambar dan tulisan itu. "Ih ko kamu ga-" ucapnya terhenti saat melihat gambar itu lebih jelas.

Gambar itu mengingatkan Atena dengan gambar orang yang memberinya handuk dan kado waktu itu.

"Atena, kamu nggak papa?"

Atena menengok. "Kamu...kamu yang kasih gue kado sepatu dan handuk ya?"

Senyum canggung Xavier seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu mengangguk pelan.

"Jangan bilang juga...kamu yang kasih coklat waktu itu?" Kekeh Xavier seraya mengangguk. Atena pun ikut tertawa. "Ya ampun ternyata itu kamu? inisial A itu kamu? ya ampun"

Atena tersenyum lebar seraya menggelengkan kepalanya. Melihat Atena yang tersenyum lebar itu, Xavier menjadi senang karna akhirnya Atena tidak murung lagi.

"Gitu dong ketawa, senyum. Jangan murung terus, cantiknya nanti hilang"

"Makasih ya, Ta..."

Xavier mengangguk pelan lalu memegang tangan Atena. "Santai aja, aku akan selalu ada disini. Oh iya, Atena. kayanya kamu nggak perlu panggil aku Ata atau Alatas lagi deh. Karna itu kan aku yang dulu, dan nggak bayak orang yang tahu itu, gimana kalo kamu panggil aku V atau nggak Xavier?"

Atena terdiam sejenak, lalu tersenyum simpul seraya mengangguk pelan. "I-ya, V"

.....

Atena melihat Ares yang sedang berbaring kritis dari balik kaca, ia sangat menyesali kejadian itu seandainya saja waktu itu Atena tidak membiarkan Ares berdiam diri ditengah jalan pasti tidak akan seperti ini.

Tak lama dokter yang habis memeriksa Ares pun keluar. "Umm dok. Gimana keadaan, Ares?" tanya Atena canggung.

"Maaf adek siapa ya?" tanya dokter itu.

"Saya.. temannya"

"Oh temannya. Gini dek, kondisi, Ares. masih belum ada perubahan, tapi kami masih tetap berusaha untuk mencari donor dara untuk, Ares. Adek tenang saja yah" jelas dokter itu dengan santai.

Atena mengangguk pelan. "Umm dok, kalo saya boleh tahu golongan darah, Ares. apa ya?"

"AB"

Atena terdiam sejenak. "AB?" tanya Atena dalam hati. "Aah.. Dok. Saya berminat untuk mendonorkan darah saya ke Ares, kebetulan golongan darah saya AB"

"Apa adek yakin? apa orang tau adek tahu kalo adek ingin mendonorkan darahnya untuk teman adek?"

"Yakin dok"

"Ya sudah kalo gitu, adek silahkan ikut suster ini untuk mengurus persyaratannya" Atena mengangguk pelan. "Ya sudah saya permisih dulu"

"Dok tunggu, saya boleh minta tolong?"

"Boleh, apa?"

"Tolong rahasia-in ini ya dok, saya nggak mau orang tau Ares, Ares, atau teman-temannya tahu saya yang donorin"

"Oke, saya janji tidak akan bilang"

"Makasih dok"

"Mari mbak ikut saya" ucap suster itu menunjukkan jalan, Atena pun mengikutinya.

Di dalam ruangan, Atena membayangkan kejadian itu, ia masih tidak menyangka akan seperti ini. Atena menghela napas, tak lama suster pun datang dan melepas jarum itu.

"Baik, donor darah sudah selesai. Setelah ibu melakukan donor darah ini, mohon untuk tidak melakukan aktivitas yang berat, berdiri terlalu lama di bawah sinar matahari secara langsung dan tidak minum minuman yang hangat. Dan setelah melakukan donor darah ini mohon untuk ibu memakan makanan yang mengandung zat besi tinggi seperti daging, bayam, ikan, ayam, kacang-kacangan serta vitamin C nya jangan lupa ya" jelas suster.

Atena mengangguk pelan. "Makasih ya sus"

"Iya. Ya sudah, saya permisih dulu" ucapnya lalu pergi meninggalkan Atena sendiri.

Saat Atena keluar dari ruangan itu, tidak disengaja ia bertemu dengan Daniel.

"Atena?" panggil Daniel. Atena langsung menengok kearah suara itu. "Lo ngapain disini? tante lo sakit? atau lo yang sakit?" tanya Daniel monoton.

"Oh, nggak-nggak. Nggak ada yang sakit ko, gue kesini.."

"Jengukin, Ares? ya udah yuk bareng, gue juga mau ketempat, Ares"

"Nggak, gue udah"

"Oh, oke. Ya udah gue kesana dulu ya"

Saat baru beberapa langkah Daniel berjalan, Atena memanggilnya membuat langkah itu terhenti.

"Niel, boleh bicara?"

.....

"Yak, jadi lo mau ngomong apa?" tanya Daniel.

"Niel, gue boleh minta tolong nggak?" tanya balik Atena.

"Apa? gue siap bantu lo ko"

"Bantu, Ares. untuk lupain gue ya"

Daniel langsung mengernyitkan keningnya. "Lho kenapa? sda masalah apa lagi si diantara kalian berdua?"

"Gue nggak bisa jelasin panjang lebar, yang jelas kenapa Ares bisa sampe kaya gini yaitu karna gue. Semua ini salah gue. Jadi gue mohon sama lo untuk bantu Ares lupain gue"

"Sorry, Atena. kalo itu gue nggak bisa"

"Niel, please gue nggak tahu harus minta tolong sama siapa lagi"

Daniel menghela napas. "Gini, Atena. Gue, Q, itu bener-bener dukung hubungan kalian, kita akan lakuin apa aja biar kalian bisa bersama, tapi kalo kaya gini... gue sama Q, nggak bisa bantu"

"Niel, please" ucapnya seraya memegang tangan Daniel.

Daniel terlonjak kaget saat melihat lengan Atena yang ada plester. "Lho tangan lo kenapa?"

Atena langsung menutupi plester tersebut. "Nggak kenapa-kenapa, gue abis-"

"Lo abis donor darah buat Ares? see lo aja masih sayang sama dia, kenapa lo minta gue buat bantuin dia jauhin lo?"

"Niel! gue nggak bisa jelasin, ini menyangkut masa lalu gue! gue cuma minta tolong itu doang"

"Gue akan bantu, kalo lo kasih tahu gue alasannya"

TERES (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang