Part 9

380 29 0
                                    

Hari H (Lamaran)

Setelah banyaknya situasi yang telah dilalui mulai dari rasa ragu, tak percaya dan pikiran-pikiran lainnya hingga akhirnya tibalah di hari yang akan menjadi sejarah dalam hidup seorang Flory Zanetta Zavier. Menjadi anak gadis seorang diri dalam keluarganya menjadikan dia sebagai ratu yang amat dicintai dan disayangi oleh orangtuanya.

"Yaa Allah, aku kok gugup banget yah? Gini ternyata rasanya ingin dilamar? Duhhh"

"Semoga acara ini dilancarkan dan tanpa hambatan Yaa Allah" ucapnya dalam hati sambil memanjatkan doa.

Flo yang hari ini menggunakan gaun berwarna baby blue sangat serasi dengan warna kulitnya dan make up yang sangat cocok dengan umurnya. Ia melihat pantulan dirinya di depan cermin dan mengamati dirinya sendiri.

" Bismillah, semoga ini yang terbaik" ucapnya dalam hati.

Jam telahenunjukkan pukul 10.00 WIB dan keluarga mempelai pria pun telah hadir ditengah-tengah Acara yang akan berlangsung sebentar lagi. Seorang pria dengan postur tubuh yang sangat pas dengan baju batik yang dipakai menambah kesan cool dan berwibawa. Dia adalah Zen, sang calon mempelai pria yang sebentar lagi akan melamar Flo.

Semuanya telah siap, dan acara akan dimulai. Acaranya berlangsung khidmat dan digelar tertutup yang hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja berhubungan Flo yang masih sekolah jadi mau tidak mau harus di rahasiakan dulu dari publik.

Sampailah ke sesi pengutaraan niat dari mempelai pria. Tapi, sebelum itu mempelai wanita harus hadir di tengah-tengah acara. Flo akhirnya turun didamping oleh mamanya sendiri. Dengan wajah yang malu-malu dan tak berani menatap Zen membuat seorang Zen kagum dengan kecantikan seorang Flo yang baru kali ini dia lihat dengan riasan make up walaupun tipis.

" Masyaallah" ucap Zen dalam hati.

Karena Flo telah hadir ditengah- tengah acara, Zen pun mengutaran niat baiknya dihadapan keluarga Flo.

"Sebelumya, perkenalkan saya Zen Arkana Mahendra, putra dari bapak Hendra dan ibu Yanti. Kehadiran saya dan keluarga disini memiliki niat baik untuk melamar putri bapak dan ibu untuk menjadi pendamping hidup saya. Flory Zanetta Zavier, apakah kamu bersedia untuk menjadi bagian terpenting dalam hidupku dan melengkapi seluruh kekurangan yang aku miliki?" Ucap Zen dengan penuh keikhlasan dan kemantapan hati.

Flo yang baru kali ini mendengar ucapan seorang laki-laki dengan begitu yakin dan lantang untuk melamarnya dihadapan keluarga besarnya merasa sangat terharu. Dirinya hanya bisa menunduk dan meresapi kata demi kata yang diucapkan oleh seorang Zen yang dikenal begitu menyebalkan.

"Bismillahirrahmanirrahim, Saya Flory Zanetta Zavier dengan penuh keikhlasan, kesadaran dan izin Allah SWT serta izin orangtua , saya menerima lamaran dari Zen Arkana Mahendra untuk menjadi pendamping hidup serta Insyaallah akan berusaha menjadi seorang istri yang nantinya akan selalu taat. Semoga engkau bisa menjadi pemimpin, pelindung, dan penyayang di dalam keluarga kecil kita nantinya" ucap Flo diikuti tetasan air mata yang baru sekali dalam seumur hidupnya mengucapkan kata2 yang begitu berkesan dan akan menjadi kata2 yang akan selalu ia ingat.

Seluruh keluarga yang hadir serentak mengucapkan "Alhamdulillah" atas diterimanya lamaran dari Zen. Semua keluarga bahagia dan sesekali terdengar suara ngeledek untuk kedua calon pengantin tersebut. Seluruh acara telah selesai dilaksanakan dengan khidmat dan penuh rasa bahagia.

Kedua mempelai duduk saling berhadapan di meja makan. Tak ada awal pembicaraan dimulai. Keduanya diam membisu. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar. Namun, ditengah keheningan yang seperti ruangan tak berpenghuni itu, salah satu dari keluarga memecah keheningan yang ada.

"Kok dua orang ini diam-diam Bae sih? Hey kalian berdua, kalian calon pengantin atau calon musuh?" Ledek om Iwan.

"Iyanih kok kalian garing sih, saling sapa dong" balas Tante Ike.

Kedua orang yang merasa tersebut kelabakan dan saling berpandangan. Tak habis pikir katanya, kenapa para om dan tantenya selalu saja membuatnya malu.

"Ee....ee...eenggak kok Tan , kita udah saling sapa kok tapi kalian aja yang nggak denger, iyakan Zen?" Tanya tiba-tiba kepada Zen. Zen yang ditanya langsung tersentak oleh ulah Flo.

"Dia nih Tan, yang diam duluan. Aku mah ngikut aja sama Flo. Kan Dia calon istrinya Zen jadi aku ikutin dia aja" ucap Zen.

"Tuh kan Flo kamunya aja yang diam terus, sekali-kali ajaklah calon suamimu ke om dan Tante yang lain biar saling kenal begitupun dengan kamu Zen. Kalian harus saling mengenal dong biar nantinya nggak garing gitu kalau ngobrol" ucap Tante Ike.

"Iya tan. Flo paham kok"

"Gitu dong calon istrinya Zen, harus gitu. Kan kalau kamu kayak gini aku akan lebih kenal kamu. Gitukan Tan?" Tanyanya ke Tante Ike.

"Iya dong harus gitu, sebenarnya kalian tuh serasi banget loh. Satunya Malas bicara, satunya lagi suka buat lelucon. Baper deh Tante sama kalian" Ucap Tante Ike yang seperti anak muda yang lagi baper-bapernya.

Semuanya tertawa mendengar ucapan dari seorang Tante Ike yang seperti menggoda keduanya. Flo dan Zen pun ikut tertawa tetapi hanya mereka yang tahu. Maklumlah keduanya masih malu untuk mengungkapkannya dihadapan para keluarganya.

Flo dan Zen (ON GOING)Where stories live. Discover now