BAB 81 - BINTANG YANG PALING TERANG

Mulai dari awal
                                    

Samudera menghela napas berat. Tangannya terangkat mengusap wajahnya kasar. "Lo ngapain disini?"

Sadewa itu nonis bukan berarti tidak boleh datang ke mushola tetapi ini tumben sekali biasanya teman-teman Sadewa ikut serta, tetapi ini hanya Sadewa saja itu yang membuat Samudera bertanya-tanya.

Mata Sadewa setengah melotot mengingat sesuatu. "Kabar kondisi cewek lo udah keluar hari ini. Bang Lion tadinya mau ajak lo, tapi lo ngilang gak tau kemana makanya gue cari," jelas Sadewa.

Samudera merasakan jantungnya sempat berhenti berdetak, kepalanya mulai diisi oleh pemikiran-pemikiran yang bercabang, beruntun menjadi satu, Samudera khawatir. Tanpa lebih banyak bicara lagi Samudera langsung turun ke lantai tempat dimana ruangan Jasmin berada.

Transplantasi jantung? Itu yang menyebabkan kepala Samudera penuh dengan dugaan-dugaan yang akan terjadi selanjutnya.

****

Napas Samudera memburu di ikuti oleh Sadewa di belakangnya. Bimo langsung berdiri melihat Samidera yang mendekati Lion. Entah mengapa hatinya lega melihat Samudera ada-berada di satu ruangan yang sama sepertinya. Sama dengan isi kepala Sagara, pemikiran buruk tentang Samudera untuk saat ini mulai menghilang dan pergi.

"Jeje di operasi? Kenapa harus gue yang tahu terakhir?"

Lion yang sedang merunduk menatap lantai putih yang bersih kini mendongakkan kepalanya menghadap Samudera yang menatap dirinya dengan tatapan penuh khawatir dan sedikit emosi? Itu yang dapat Lion simpulkan.

Lion berdiri berhadapan dengan Samudera yang nampak kacau. Lion sempat melihat pakaian kemeja sekolah Samudera yang terkena noda darah sekarang sudah berganti menjadi kaus hitam polos di padukan dengan jaket D'Handzels. Lion sedikit lega karena penampilan Samudera jauh lebih baik daripada yang sebelumnya.

"Kondisi Jeje kritis. Gue gak bisa ngulur waktu lagi, jantungnya udah rusak, bahkan kata dokter napas dia aja sempet berhenti." Ucapan telak itu membuat hati Samudera semakin berdebar, perasaannya semakin tidak karuan. Apa? Jeje kritis?

"Dia udah dapetin pendonor jantung," lanjut Lion.

"Siapa?" Hati Samudera semakin tak karuan. Harusnya Sanudera senang tetapi mengapa berbanding terbalik?

Samudera tak perlu berkorban untuk kesayangannya? Kesayangannya sudah mendapat pendonor. Samudera terlambat berkorban.

Lion menggeleng lemah. "Gue gak tahu. Identitasnya di rahasia-in, pendonor yang minta sendiri sampai operasi ini selesai."

Samudera kembali menatap pintu ruang operasi dengan perasaan gamang. Di dalam hatinya jauh seperti di remas kuat dan sesak itu muncul. Entah mengapa Samudera merasakan sebagian tubuhnya seperti kehilangan, jiwa, pikirannya seperti tersedot habis.

"Dokter sempet kasih ini sama gue." Lion menyodorkan sebuah surat yang berada di tangannya. Samudera mengambilnya dan dari sini cowok itu dapat melihat bentuk tulisan acak-acakkkan serta kalimat perpisahan di depan surat itu.

Lampu indikator ruang operasi meredup dan mati kemudian disusul pintu ruang operasi yang terbuka. Keluarlah seorang dokter Adya dari dalam. Matanya sempat melihat ke sekeliling dan berhenti di Samudera sebelum memutuskan pandangannya.

SAMUDERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang