Episode 34 - Lagi

Mulai dari awal
                                    

"Itu dulu, dan masa lalu." tegas Aditya.

"Sama aja, ayah gak bisa seenaknya pergi sampai mau menceraikan bunda begitu aja," ucap Reza. Namun, Aditya malah tertawa-tawa.

"SUDAHLAH SAYA KATAKAN. SAYA TIDAK SUDI MEMPUNYAI ISTRI PENYAKITAN SEPERTI DIA!" maki Aditya sambil menunjuk Resti dengan jari telunjuknya dan Resti yang di maki hanya bisa menangis dan diam.

Reza menepis kasar tangan Aditya yang menunjuk-nunjuk sang bunda. "Gak usah nunjuk-nunjuk gitu," ketusnya dengan tatapan datar.

"Saya akan menceraikan kamu Resti, tapi, untuk rumah ini saya berikan kepada kamu untuk warisan anak saya, Reza dan Ryan. Kalian tidak usah takut tidak kebagian harta gono gini," ucap Aditya menegaskan.

"Ayah gak boleh pisah sama bunda,"

"Tapi saya tidak sudi punya istri penyakitan seperti dia."

"ASTAGHFIRULLAH!" jerit Resti dengan suara yang bergetar saat tiba-tiba saja Ryan datang dan langsung menghajar Aditya di hadapan Resti dan Reza.

Ryan tak peduli jika nanti dia akan durhaka karena sudah memukuli orang tuanya sendiri, ini benar-benar sudah keterlaluan. "JAGA MULUT LO SIALAN! BUNDA GUE GAK PENYAKITAN!" teriak Ryan muak mendengar ucapan Aditya yang selalu memaki Resti penyakitan.

Ryan baru saja pulang dari tempat tongkrongannya dan mendengar suara keributan dari dalam rumahnya. Dan saat mendengar suara Aditya yang memaki sang bunda membuat emosi Ryan langsung memuncak. Ryan sadar, dia emosional dan egois. Tapi, ini perihal perasaan.

"BUNDA GUE GAK SEPENYAKITAN YANG LO BILANG! LO MAU CERAI SAMA BUNDA GUE? SILAHKAN, AYO CERAI GUE DUKUNG KALIAN CERAI! DARI PADA BUNDA PUNYA SUAMI, TAPI SUAMINYA KEGILAAN PEREMPUAN!" Ryan meludah di hadapan Aditya dengan wajah murka. 

"Kalau membunuh orang itu ilegal, udah gue bunuh lo!" sentak Ryan sembari mendorong Aditya menjauh darinya.

"Hukum karma berlaku,"

Aditya tertawa lalu mengangguk. "Iya benar, dan saya doakan semoga nanti anak kamu mempunyai sikap yang durhaka seperti kamu! Anak gak tau diri, udah di besarkan secara gratis malah kayak gini," cerocos Aditya.

"Gue kayak gini juga karena lo." tekan Ryan tak terima dengan ucapan Aditya.

Baru saja Ryan ingin memukul Aditya. Tapi, Reza sudah menahan tubuh Ryan terlebih dahulu. "UDAH RYAN, UDAH MALAM RYAN! JANGAN BUAT SUASANA SEMAKIN RICUH!" amuk Reza dengan suara besarnya membuat seisi rumah hening. Begini, Reza kalau udah marah, serem.

Dan tentu saja, Ryan langsung bungkam, dia menatap Reza takut begitu juga dengan Aditya. Reza muak, dia lelah.

"Cepat tandatangani surat ini," Aditya memberikan surat perceraian itu kepada Resti.

Resti menatap sendu Aditya. "Kamu yakin dengan keputusan kamu?" Aditya mengangguk yakin.

"Baiklah," dengan berat hati dan lapang dada. Resti menandatangani surat perceraian itu. Setelah Resti menandatangani surat perceraian itu, Aditya langsung mengambil suratnya lalu mengantonginya pada saku bajunya.

"Bagus ini yang saya tunggu, jangan lupa datang ke pengadilan agama besok. Kita urus semuanya agar cepat berakhir, saya sudah muak," ucap Aditya lalu bergegas keluar dari rumahnya.

"Sama gue juga muak, muak sama kelakuan lo." gumam Ryan mencibir.

Semuanya bagai mimpi melihat sang bunda yang menandatangani surat perceraian itu dan juga, sebentar lagi mereka akan kehilangan seorang ayah.

"Jagain bunda, gue mau ngomong sama ayah sebentar," ujar Reza kemudian Reza berjalan keluar dari rumahnya.

"TUNGGU!" teriak Reza membuat langkah Aditya berhenti.

Aditya membalikkan tubuh nya menghadap Ryan.

"Reza kira ayah cuman bercanda, semuanya benar-benar serasa mimpi. Ayah sama bunda cerai. Ayah yang dulu bucin sama bunda berubah jadi benci sama bunda, padahal bunda baik, bunda sabar, bunda juga pengertian. Bahkan, sangking bunda gak mau ribut sama ayah bunda sampai nahan over thinkingnya setiap malam karena perubahan sikap ayah. Reza harap, setelah keputusan yang ayah berikan kepada bunda, ayah gak akan menyesal di kemudian hari," Ucap Reza sembari menepuk pundak sang ayah.

Aditya menatap Reza sayup, bagaimanapun, Reza ini adalah anak laki-laki yang paling Aditya sayangi. Ada perasaan sedih. Namun, ego Aditya lebih besar dari pada rasa kasihan dan sedih Aditya.

Tatapan sayup itu berubah menjadi tatapan datar. "Saya gak akan pernah menyesal meninggalkan bunda kamu yang penyakitan itu," balas Aditya. "Saya pamit." Aditya kemudian berjalan memasuki mobilnya.

Dan setelah kepergian Aditya. Reza hanya diam mematung di depan rumahnya dengan pandangan yang kosong dan air mata yang menetes.

Resti yang mendengar percakapan itu, hatinya sakit dan pedih. Resti berjalan menghampiri Reza yang masih berdiri di depan rumahnya sembari melamun. "Maafin bunda, andai bunda gak penyakitan kayak sekarang. Hidup kamu dan Ryan tidak akan seperti ini," ucap Resti. Air matanya lolos dengan perlahan mengalir membasahi pipinya.

"Gak bunda, bunda gak penyakitan, bunda bisa sembuh. Reza yakin, ayo bunda harus sembuh dan buktiin sama ayah kalau bunda itu gak penyakitan seperti yang ayah bilang!" seru Reza menyemangati sang bunda dengan senyuman manisnya.

Resti hanya menunduk. Dia terus menangis, hatinya benar-benar sesak dan sakit. Semuanya sudah terjadi dan sekarang hanya tinggal kenangan.

Resti mengusap air mata Resti dengan ibu jarinya. "Bunda mau tidur dulu ya, ayo masuk ini sudah malam," ujar Resti.

Reza mengangguk kemudian memasuki rumahnya. Resti berjalan begitu saja memasuki kamarnya. Sedangkan Reza menutup dan mengunci pintu rumahnya.

"Bunda, tentang ayah jangan di pikirin ya," ujar Reza. Resti hanya mengangguk dan benar-benar memasuki kamarnya.

Sepi, keadaan rumah Reza sekarang sepi. Sofa yang biasa di gunakan oleh Aditya untuk baca koran, minuman kopi, nonton bola kini hanya tinggal kenangan.

"Jangan nangis, lo gak boleh cengeng."

Reza berjalan ke atas. Langkahnya berhenti saat mendengar suara isakan tangis dari kamar Ryan. Rasanya Reza ingin masuk ke kamar Ryan dan memeluk adiknya itu. Namun, Reza mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar Ryan, membiarkan Ryan untuk menenangkan dirinya. Reza pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat.

Di dalam kamar, Ryan laki-laki yang di kenal galak, gagah dan macho itu kini tengah terduduk di lantai pojok kamarnya smeabri melipat kedua lututnya dan memeluknya erat-erat dengan air mata yang terus menetes. Ryan benci dirinya yang emosional dan tempramental seperti ini. Tapi, ini semua karena ayahnya, hanya karena Ryan tidak mau di bilang lemah, bodoh, gak tau diri.

"Hidup sama mereka emang enak, serba gratis, tapi bayarnya pakai mental,"

Tbc

Widih di bacain Al-fatihah tuh Adinda, biar manjur dah Za do'anya🤭

Papah Reza jahat ya, yang kuat ya Eza sayang🥺🥺

Pesan buat ayah Aditya?

Bunda Resti?

Oh iya besti, aku mau nanya. Kalian itu pembaca tetap LNS bukan? Atau mungkin ada cuman mampir? Kayaknya LNS belum punya pembaca tetap deh🙃

JAWAB NAPAH BESTI😤

Gpp ya nama nya cerita ini juga masih sepi, ayo yang belum share cerita ini cepat di share ke teman-teman kalian yaw besti🤍

Spam koment dan vote dunk Besti, jan pelit-pelit🥺🤍

Follow ig aku besti! Ga follow ga besti🤭 @_winaaacho, follow juga akun ini! Biar ga ketinggalan informasi🥺🤍

Babay besti♡︎

DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang