"Lepas...siapa kamu? Lepas...Aaa....aaaa...aaa..." Angger mulai bergerak kuat ketika menyadari bahwa ada yang tidak beres. Dia mengerahkan seluruh tenaganya sambil terus menatap Gemintang yang terpaku di tempatnya berdiri. Pandangan Angger menyapu manusia manusia uang hadir di seluruh ruangan itu. Wajah-wajah yang seakan tidak perduli dengan apa yang sedang terjadi.
"Mas. Kamu itu milikku...Aku Kirani Mas. Istrimu."
Angger meronta. "Tidak...tidak...pergi...pergi..."
"......."
"Den Mas...Den. Bangun Den...Den Mas bangun!"
Angger melompat bangun dari tidurnya ketika merasa bahunya ditepuk dengan sangat kuat. Angger terduduk linglung dan seketika merasakan kunang kunang beterbangan di depan matanya.
"Pindah ke kamar Den. Kok malah kebablasan tidur di teras loh?"
Angger mengerjap. "Mbok Sumi."
"Nggih Den?"
"Jam berapa ini, Mbok?"
"Sudah sore, Den. Den Angger barusan mimpi atau tindihan?"
Angger menggeleng. Dia meregangkan tubuhnya. Mbok Sumi mengamatinya heran ketika Angger menggerakkan kepalanya dengan kencang hingga lehernya berbunyi.
"Saya ambilkan air minum ya Den."
"Teh panas ya Mbok."
"Nggih, Den."
Angger melayangkan pandangannya ke halaman belakang rumah induk kediaman Pananggalih. Lalu dia menoleh pada pintu paviliun dimana bapaknya beristirahat. Dia mulai mengumpulkan puzzle kegiatannya dari pagi. Berada di rumah sakit sejak semalam dan menyelesaikan tugasnya pagi tepat jam 7. Lalu dia sarapan dan datang ke rumah itu. Memeriksa bapaknya dan memutuskan untuk memberi cairan infus karena bapaknya sedikit dehidrasi. Angger menelepon seorang perawat untuk membawa peralatan infus ke rumah itu lalu perawat itu pulang. Angger ingat dia juga yang menyeka bapaknya dan mengganti bajunya dengan baju bersih. Tepat pukul 9, Angger memasangkan infus dan menyuapi bapaknya sepotong kue pisang. Lalu Angger ingat dirinya meminta Mbok Sumi untuk stand by di paviliun sementara dia memutuskan untuk pergi ke pusat kebugaran hingga pukul 11. Dia kembali ke pavilliun dan mandi lalu duduk mengobrol sebentar dengan bapaknya. Melepas selang infus, sebelum dia keluar ke teras. Duduk di sofa dan tertidur.
Lalu mimpi aneh itu datang...
Angger mengusap wajahnya. Dia kembali melayangkan pandangannya ke arah halaman belakang rumah yang luas. Lalu pandangannya tertuju ke pendopo. Angger terhenyak ketika mendapati ibu tirinya memberinya tatapan aneh. Wanita itu mengurai rambutnya dan menyisirnya dengan serit. Gerakan menyisir yang sangat lambat. Dan juga baju kebaya warna hitam yang dikenakan oleh ibu tirinya itu membuat Angger tidak nyaman.
Angger menatap jam tangannya dan mendongak ketika Mbok Sumi datang dengan segelas besar teh panas yang mengepul dan setoples kacang dan stik bawang. Angger menepuk sofa di sampingnya meminta Mbok Sumi duduk.
YOU ARE READING
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...
Tiga puluh dua JANUR MELENGKUNG
Start from the beginning