"Apa ini?" Angger mengusap hidungnya. Aroma bunga mawar yang sejak tadi semerbak entah mengapa berganti dengan aroma bunga kanthil yang menusuk hidung? Angger semakin heran ketika dia justru mencium bau kemenyan yang seharusnya tidak menjadi bagian dari acara itu.
"Ooh...ada apa ini? Gemintang, cepat kemari."
Angger melambai ke arah Gemintang ketika dari arah rombongan karawitan yang terus menabuh gamelan, kabut melayang dan menyebar di sekitar para tamu di ruangan itu. Dan perlahan namun pasti, kabut itu menghampiri Gemintang seakan mengunci tubuhnya dan membuat Gemintang kesulitan berjalan.
"Mi, jangan kemana-mana. Aku akan ke situ Mi. Tunggu dulu."
Angger berusaha menapakkan kaki untuk melangkah. Namun tubuhnya serasa terkunci oleh beban yang sangat berat. Seolah, sesuatu yang berat memeluknya hingga dia tidak bisa melangkah menghampiri Gemintang. Hanya tangan Angger yang menggapai gapai udara sekeras apapun dia berusaha. Angger mulai mendengar Gemintang memanggilnya namun asap tipis itu seakan mengunci kaki wanita itu.
"Gemintang..."
"Maas...mau kemana? Acara kita belum selesai."
Angger terperanjat. Dia membeku ketika terdengar suara memanggilnya. Angger mengepalkan tangannya dan melirik dua tangan putih pucat yang memeluknya erat. Tangan itu sangat pucat hingga seperti tidak memiliki darah.
YOU ARE READING
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...
Tiga puluh dua JANUR MELENGKUNG
Start from the beginning