Dua puluh delapan LAKON SANDIWARA

Mulai dari awal
                                    

"Mau lihat lukisan saya Bu Rima? Panjenengan bisa pilih satu buat dipajang."

"Wah...dengan senang hati Pak Hilmawan."

"Monggo."

Gemintang menatap bapaknya yang berdiri dan mempersilahkan Bu Rima untuk melihat-lihat ke dalam studionya. Gemintang menatap interaksi dua orang yang paling penting di hidupnya sekarang ini.

"Dari mana Mi?"

Gemintang menoleh ke arah Angger. Angger jelas tidak yakin kalau Gemintang baru pulang dari klinik.

"Ponselmu ga aktif. Aku nelpon tadi pas di jalan."

"Iya Mas. Baterainya, aku lupa charge tadi."

"Di klinik?"

Gemintang menggeleng. Terngiang ucapan Bu Rima tadi yang salah satunya mengatakan bahwa mereka tidak boleh saling berbohong.

"Aku mampir nengok bapakmu Mas."

"Heh? Mi...kenapa pergi sendiri? Lagi pula bapakku udah ada yang ngurus."

"Bu Wirastri minta aku nengok Mas Galih sebentar."

"Mi..."

"Aku tahu Mas, seharusnya aku tidak lakukan itu. Tapi Mas...aku pekewuh banget. Maksudku, semua karena aku menghargai bapakmu."

"Kita harus bicara serius soal ini. Jangan sampai bapakmu tahu. Kita bicara besok."

Angger bicara pelan dan Gemintang mengangguk. Gemintang mendongak dan menemukan raut kecewa tercetak jelas di mata Angger.

"Maafkan aku Mas."

"Jangan diulang Mi. Kamu itu bikin aku khawatir."

"Huum...Mas. pihak rumah sakit itu datang atau tidak?"

Angger menoleh ke arah Gemintang dan mengernyit.

"Kamu seperti perduli banget Mi. Ada apa?"

Gemintang tertegun. "Kamu yang ada apa tanya begitu sama aku. Kamu yang saudara kandungnya seharusnya lebih perduli."

Angger menghela napas panjang dan membuat pandangannya keluar ke halaman melewati pintu yang terbuka.

Angger menghela napas panjang dan membuat pandangannya keluar ke halaman melewati pintu yang terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemintang beranjak ke dalam dan Angger mengikutinya pelan. Dia mengamati gerak gerik Gemintang yang menuang teh untuk dirinya sendiri.

 Dia mengamati gerak gerik Gemintang yang menuang teh untuk dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang