“Ta-tapi tan-"

“Nggak ada tapi. Dan satu lagi, kamu tahu kan cewe yang kemarin? namanya Rebeca Aruna Benedicta. Dia adalah anak dari konglomerat yang orang tuanya punya bisnin diberbagai negara, dan dia juga akan menjadi calon istri Ares Mahendra Zeus, anak saya. Inget itu!”

Tiba-tiba hujan beserta angin kencang datang, Atena masih terdiam mematung. Lidahnya teras kelu setelah Tia mengucapkan “Calon istri” dan “Kejadian yang dulu akan terulang lagi”

Atena hanya bisa menangis dibalik derasnya hujan yang membasahinya. Sedangkan Tia, ia terlindungi dengan payung yang dipegang oleh bodyguardnya.

“Jadi nggak ada alasan lagi untuk kamu tetap mendekati anak saya, ngerti kamu?!” Tia meninggalkan Atena sendirian ditengah hujan yang begitu deras.

Mobil Tia sudah berjalan jauh, badan Atena sudah tidak teras kaku lagi. Tapi hati Atena sekarang terasa sakit.

Atena masih tidak bisa bergerak dari tempat itu. Ia masih terus menangis. Tiba-tiba air hujan yang membasahi tubuhnya terhenti, seolah-olah ada seseorang yang menutupinya dari derasnya hujan.

Atena menoleh kebelakang, ia berharap Ares yang datang dan memeluknya. Tapi setelah ucapan Tia tadi, Atena berharap bukan Ares yang menutupinya dari hujan.

Cowo itu tersenyum manis menatap Atena yang sudah basah kuyup.

“Aku denger semuanya. Mungkin kalo aku jadi kamu, aku akan melakukan hal yang sama, terdiam diri ditengah derasnya hujan sambil menangis. Tapi mungkin kalo aku akan teriak sekencang-kencangnya” ucap cowo itu berhasil menenangkan hati Atena yang masih sakit.

Cowo itu..., ya, Atena mengenalnya. Cowo itu adalah teman smp Atena, yang selalu sekelas dengan Atena dan duduk tak jauh dari tempat Atena duduk. Cowo itu juga lah yang menjadi salah satu teman Atena yang ia punya selain Tara.

Cowo itu yang dulu pernah menembak Atena, tapi sayang Atena tolak. Walaupun cintanya sudah ditolak oleh Atena, tapi mereka tetap saja selalu dekat.

Kedekatan mereka berhenti setelah cowo itu pindah sekolah. Atena menjadi sendiri, tak ada teman selain cowo itu. Saat cowo itu pindah, Tara mulai menjauhi dan memusuhi Atena.

Cowo itu mirip dengan Ares, ia selalu membuat Atena merasa nyaman saat didekatnya, selalu membuat Atena tersenyum dan tertawa saat berada disampingnya.

Tapi ada satu hal yang membedakan mereka berdua, cowo itu tidak kasar seperti Ares. Cowo itu Adalah Xavier Alatas.

Ini adalah kali pertamanya lagi Atena bertemu dengan Xavier setelah sekian tahun terpisah.

“Ta?”

Ya ‘Ta’ atau ‘Alatas’ adalah nama panggilan Xavier yang sering Atena panggil.

“Aku antar kamu pulang” lirih Xavier.

Atena melihat Xavier dari atas sampai bawah. Xavier yang dulu ia kenal sudah berubah, mulai dari tinggi badannya yang mengalahi tinggi Atena, rambutnya yang sudah rapih, dan senyumannya yang sudah berubah. Senyuman Xavier yang sekarang jauh lebih indah dari Xavier yang dulu.

“Ayo” Xavier menarik tangan Atena membawanya masuk kedalam mobil.  Ia menyalakan mobilnya lalu membawa Atena keluar sekolah.

Hari itu Atena tidak masuk kesekolah. Entah Xavier ingin membawa Atena kemana, yang jelas tidak mungkin Xavier mengantarkan Atena pulang, emangnya dia masih mengingat rumah Atena?

Keheningan terjadi didalam mobil itu, hanya terdengar suara derasnya hujan dari luar. Atena merundukkan kepalanya seraya memainkan kakinya.

Xavier mencuri-curi pandang melihat Atena yang sedang menunduk sambil memainkan kakinya.

“Kangen” Atena menegakkan kepalanya menatap Xavier dengan muka yang kaget. “Kangen banget malah” lanjutnya. Atena hanya terdiam mematung mendengar kata itu keluar lagi dari mulut Xavier.

“Padahal kita udah satu sekolah lagi, tapi kayanya kamu nggak menyadari itu. Aku yakin pasti kamu baru tahu sekarang kan?” Atena mengangguk pelan.

“Sebenernya aku melihat kamu dari awal masuk, aku selalu memperhatikan kamu”

“Kalo kamu udah tahu, kenapa kamu nggak datang menghampiri aku?” tanya Atena.

“Aku nggak ada keberanian untuk mendekati kamu, dan aku takut ketika aku mendekati kamu kita sama-sama kaget dengan perubahan sikap kita, karna kan kita udah lama nggak ketemu”

Tak lama dari Xavier berbicara tiba-tiba Atena bersin-bersin. Xavier memberhentikan mobilnya lalu memegang dahi Atena.

“Kayanya lo kena demam deh setelah hujan-hujanan tadi”

Atena tidak menjawabnya. Ia memegang kedua tangannya, menggosok-gosok tangannya agar hangat. Xavier melihat itu langsung memberikannya jaket hangat.

“Kenapa nggak bilang dari tadi kalo kedinginan, kan aku bisa matiin AC nya” Xavier lalu mematikan AC mobilnya. Atena hanya menatap Xavier sambil bersin-bersin.

“Makasih ya, Ta...” ucap Atena pelan seperti berbisik tapi Xavier bisa mendengar itu. Xavier hanya tersenyum manis menatap Atena.

Tak lama ia menyalakan kembali mobilnya.

“Emang kamu masih inget sama rumah aku?”

“Aku nggak akan pernah lupa semua hal tentang kamu, bahakan rumah kamu”

Xavier menarik earphone Atena membuat lamunan Atena hilang. “Dengerin apa?” tanya Xavier.

“Dengerin lagunya Misellia, akhir yang tak bahagia”

“Mau denger boleh?” Atena memberikan salah satu earphone-nya. Xavier langsung memasangnya.

Atena kembali menatap jalanan dari jendela bus, embusan angin mengibaskan rambut Atena yang terkuncir rapih.

“Gimana tadi? berhasil?” Atena langsung menggelekkan kepalanya.

“Aku yakin kamu pasti bisa ko, Atena” ucap Xavier memegang tangan Atena seraya tersenyum.

TERES (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora