"Belum ada hasil bang." Alan menyisir rambutnya ke belakang lalu mencengkeram nya dengan erat.

"Astaga Ana, maafin Abang." Alan menghela nafas panjang.

"Ini bukti Ana kirim pesan suara ke gue pas gue lagi di cafe." Alan mendengarkan pesan suara yang Ana kirim.

Tiba-tiba Alan teringat dengan seseorang.

"Yan! Lo bisa bantu gue ngelacak nomor ini? Kayanya gue tahu siapa dalang dibalik menghilangnya Ana." Alvian menatap Alan bingung, lalu mengangguk.

Alan menghampiri Felix dan meminta dia melacak nomor yang Alan maksud.

"Sekarang Om!" Felix mengangguk dan mulai melacak.

"Orang ini ada di jalan Pegangsaan II, kompleks Pegangsaan Jaya, blok D27." Alan mengangguk.

"Gue kesana dulu."

"Gue ikut bang!" Alan berbalik lalu menatap Alvian. "Lo disini aja, terus lacak keberadaan Ana, kalo ini biar gue yang urus, gue percaya Ana sama lo, Yan." Alan menepuk pundak Alvian.

"Gue duluan."

•••🌧️•••

Alan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju Alamat yang Alvian dapat. Ia sangat yakin menghilangnya Ana adalah ulahnya Adit.

Sesampainya Alan di kediaman Adit ia tersenyum, menatap tempat yang seharusnya tidak seharusnya ia datangi, tempat laknat yang membuat keluarganya berantakan.

BRAK!

Alan menendang kuat pintu utama rumah ini. Membuat beberapa pelayan keluar untuk melihat ulah siapa itu.

"ADIT! KELUAR LO!" Saat Alan ingin melangkah lebih dalam lagi tapi dirinya sudah lebih dulu di tahan.

"Maaf tuan, tuan siapa? Anda tidak boleh membuat kekacauan di kediaman ini, atau saya akan laporkan ke pihak yang berwajib." Alan memberontak dan mencengkeram kerah baju scurity tersebut.

"Dimana Adit?!" Tanya Alan tajam penuh penekanan membuat scurity tersebut gugup.

"Maaf tuan, anda tidak bisa seperti ini." Scurity tersebut berusaha melepaskan cengkraman Alan.

"Suruh keluar Tuan lo, sekarang juga!"

"Tuan Adit sedang tidak ada di rumah tuan." Ujar scurity tersebut.

Bugh!

Terlalu muak akhirnya Alan memukul scurity itu hingga tersungkur di lantai.

"SURUH ADIT KELUAR SEKARANG JUGA!" Titah tegas Alan membuat beberapa pelayan menunduk takut.

"KENAPA PADA DIAM?! CEPAT!"

PRANG!

Terdengar jeritan dari beberapa pelayan karena ulah Alan yang menendang sebuah guci besar hingga pecah.

"Ma-maaf tuan, tuan Adit dan nyonya Sarah sedang tidak ada di rumah saat ini." Ujar salah satu pelayan yang lebih tua.

"Be-benar tuan, mereka tadi sempat pulang, namun karena nona Ara jatuh sakit, mereka kembali pergi untuk membawa putri mereka ke rumah sakit." Lanjut pelayan yang lebih muda.

"ANJENG!" Maki Alan kesal, ia mengatur nafasnya yang memburu karena emosi.

"Kasih tau gue dimana rumah sakitnya!"

"Maaf tuan, kami tidak tahu mereka pergi kerumah sakit mana."

"Sialan!" Alan semakin kesal, ia berjalan mondar-mandir, ia kembali menghubungi Alvian

Rintik HujanΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα