5_Tunangan_

30.1K 3.4K 161
                                    

HAPPY READING


Tak tahan, itulah yang Arga rasakan saat ini. Ia memutuskan mencari Ana sendiri di tengah derasnya hujan.

Arga sempat menghubungi Bella, namun wanita itu juga tidak mengetahui Ana dimana.

Arga terus mengedarkan pandangannya ke sisi jalan memperhatikannya dengan seksama hingga matanya tak sengaja menangkap sosok yang sendari tadi ia cari-cari.

Arga terus menatap Ana yang tertawa bersama seorang laki-laki. Bisa-bisanya mereka duduk bersama di derasnya hujan sambil tertawa.

Arga memutuskan berjalan mendekati Ana. "Ana!"

Ana menatap Arga heran dan menghampiri Arga yang berdiri tak jauh didepannya.

"Kenapa kamu bisa disini?"

"Seharusnya aku yang tanya, kenapa kamu bisa disini hujan hujanan sama dia?"

Ana yang merasakan nada bisara Arga yang berbeda dari biasanya, "Kayanya dia marah."

"Nggak, Nggak papa kok, ayo pulang Ga!" ucap Ana berjalan duluan meninggalkan Arga.

Alvian terus menatap Arga yang tengah menatap dirinya tajam.

"Saya peringatkan! Jangan dekati Ana lagi!" Setelah mengatakan hal itu segera Arga berjalan menyusul Ana.

"Kalo gue gak mau gimana?" Tantang Alvian yang membuat langkah Arga berhenti sejenak.

Alvian tersenyum kecil menatap kepergian mereka.

***

Arga menghentikan motornya di depan rumah Ana.

"makasih." Ucap Ana tulus.

Arga mengangguk. "Kamu masih punya hutang penjelasan sama aku." Ana mengangguk ragu.

"Ya udah sekarang masuk sana!"

"Kamu gak mau ganti baju dulu?" Ana bisa meminjamkan baju Alan untuk Arga.

Arga menggeleng. "Lain kali jangan hujan hujanan kaya gitu." ucap Arga dengan lembut.

"Nggak janji." Ucap Ana dengan senyuman di bibirnya.

"Kenapa nggak janji?"

"Kamu gak tau ya kalo hujan itu dapat menimbulkan kebahagiaanhujan." Ucap Ana menatap langit yang masih menjatuhkan tangisannya.

Langit mendung itu perlahan namun pasti kembali menjadi langit senja.

Arga tersenyum kecil, lalu menepuk puncak kepala Ana. "Tapi hujan juga dapat membuat kita sakit." Ucap Arga membuat Ana terdiam.

Arga mengerinyit. "Kenapa malah bengong? Cepat masuk, dan langsung mandi! Awas sampe sakit!" Arga menjawil hidung mungil Ana membuatnya tersenyum.

"Siap Komandan!" Ucap Ana dengan semangat lalu hormat kepada Arga seolah-olah Arga benar-benar komandan.

"Aku pulang ya."

Brum!
"Hm, hati-hati!" Arga mengangguk dan pergi meninggalkan perkarangan rumah Ana.

Sesampainya Arga di rumah, ia memarkirkan motornya.

Saat ingin memasuki rumah Arga menatap heran mobil yang terparkir di depan rumah, Arga tau ini bukan mobil Papa nya, Gibran? Mana mungkin Anak itu berani kembali menginjakkan kakinya di rumah ini lagi.

"Assalamualaikum!"

Terdengar derap langkah yang semakin dekat. Awalnya dia mengira itu adalah langkah kaki Ira namun sebuah pelukan serta suara yang familiar terdengar di telinganya membuat pikiran Arga seketika kosong.

Rintik HujanWhere stories live. Discover now