(SADNESS STORY⚠️) SUDAH TERBIT
Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta yang terlihat tegar namun rapuh didalam.
"Kisah Mengenai semesta yang tak berpihak pada nya."
***
"Gue tuh capek Ga! Selalu diberi harapan ta...
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Alvian melajukan motornya ke suatu tempat untuk meminta bantuan seseorang melacak keberadaanAna berada saat ini.
Tok..Tok..Tok...
Alvian terus mengetuk pintu apartemen milik seseorang tak sabar an.
Ceklek!
"Alvian? Kenapa malam-malam ke sini? Basah kuyup lagi badan kamu." Tanya seseorang yang baru saja membukakan pintu apartemennya.
"Om! Tolong bantu gue lacak nomor ini, segera!" Felix menatap Alvian heran karena cowok itu terlihat panik.
"Kamu tenang dulu nanti om bantu sekarang kamu ganti baju du-
"SEKARANG OM! Alvian mohon!" Ucap Alvian dengan lirih di akhir kalimat.
"Oke, om akan bantu semampu om, tapi ini butuh waktu." Segera Felix berjalan menuju komputernya dan segera melacaknya. Tidaklah mudah untuk melacak keberadaan seseorang dengan kondisi HP yang tidak aktif dan cuaca yang buruk.
Sedangkan Alvian langsung menghubungi Alan mengenai Ana.
"Hallo bang!"
"Alvian? Lo tahu Ana dimana? Dia belum pulang kerumah sejak pulang sekolah."
"Iya ini gue, lo bisa datang ke sini gak bang? Gue lagi coba ngelacak keberadaannya Ana."
"Ngelacak? Emang Ana kenapa?"
"Gue gak tau jelas nya gimana, tapi dia ngirim gue pesan kalo dia gak tau ada dimana, pokoknya sekarang lo kesini, gue bakal share alamatnya sekarang."
Tut..
•••🌧️•••
Arga menatap tubuh Ara yang terbaring lemah di ruang rawat. Tadi sehabis pulang dari acara makan malam Arga mendapat kabar bahwa Ara dilarikan ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh lagi.
Arga menyenderkan tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya. Pikirannya terus tertuju kepada Ana, sejak terakhir wanita itu menghubunginya nomornya sudah tidak aktif kembali. Terlebih raut wajah panik Alvian yang terus terbayang di kepalanya.
Ingin menghampiri Ana ke rumahnya pun tidak mungkin, karena ia harus menjaga Ara.
•••🌧️•••
Alvian membukakan pintu apartemen Felix.
"Gimana?" Tanya Alan. Bulir-bulir keringat mengalir di dahi Alan, sepertinya laki-laki ini berlari dari parkiran.
