1_Telat_

61.6K 5.1K 56
                                    

Anandira Shintania Aditama, atau yang dikenal dengan panggilan Ana. Ia seorang yang terlihat sombong, angkuh dan juga ceria, mungkin itu gambaran orang-orang saat melihat dirinya. Tapi jauh di lubuk hatinya kalian bisa melihat satu ruang yang gelap namun ada satu titik cahaya yang mampu menerangi ruang kosong yang ada didalam hatinya.

Namun apa yang akan terjadi bila satu satunya cahaya yang menerangi hati Ana telah padam?

Bagaimana perasaan kalian saat mengetahui kenyataan pahit, tentang hubungan kedua orang tua kalian? Berpura pura bodoh demi mendapatkan sebuah perhatian yang selama ini telah hilang.

sekuat apa hati seorang Anandira?

***

Hari ini seperti biasa Ana bangun terlambat ditambah jalanan pagi di hari Senin yang sudah pasti macet. Membuat dirinya terpaksa berlari lumayan jauh menuju sekolah.

"Sialan! Bang Alan, awas aja." desis Ana.

dari kejauhan Ana dapat melihat gerbang sekolah yang sudah tertutup. "Ck! Terpaksa pakai cara nekad."

Ana melihat ke sekitarnya mencari sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian pak Soleh, satpam di sekolahnya.

Ana tersenyum licik saat matanya menangkap objek yang dapat membuat pak Soleh lengah.

Ana mengambil sebuah batu yang berukuran lumayan besar untuk ia lempar ke sebuah pohon mangga yang sering kali pak Soleh manjat untuk mendapatkannya.

BUGH!
BUGH!

"Yosh! Tepat sasaran!" Ana langsung mengintip memastikan pak Soleh telah memakan umpannya, dan benar saja, pak Soleh tidak ada di pos satpam.

Mungkin pak Soleh sedang memungut buah mangga yang jatuh karena terkena timpukan batu yang Ana lempar.

Buru buru Ana memanjat gerbang sekolah sebelum pak Soleh kembali.

Namun Ana merasakan pergerakan yang terjadi pada gerbang yang sedang ia panjat.

Ana melebarkan matanya saat melihat kebawah, dan betul saja ternyata ada sosok laki laki yang sedang membuka pintu gerbang yang ternyata tidak terkunci, "Kenapa gue tolol banget sih!" kesal Ana.

Anak laki laki tersebut menatap Ana dengan tatapan yang mengejek. "Goblok!"

Ana yang mendengar ejekan dari laki laki tersebut membuat emosinya tersulut. "Mampus ada pak Asep lagi ck!" Decak Ana khawatir dirinya ketahuan.

"ALVIAN!" dari kejauhan Ana dapat melihat laki laki tersebut memberhentikan larinya.

"SINI KAMU!" laki laki tersebut yang diketahui bernama Alvian berjalan perlahan menuju pak Asep. Ana yang melihat kejadian tersebut menahan tawanya agar tidak ketahuan pak Asep.

Alvian yang merasa dirinya ditertawakan oleh wanita yang masih nangkring di atas gerbang, berniat ia laporkan ke pak Asep tetapi...

"ASTAGHFIRULLAH NENG ANA NGAPAIN DI ATAS SITU NENG." Ana melotot menatap pak Soleh agar diam sambil memberi kode pak Soleh bahwa ada pak Asep tak jauh dari mereka.

Pak Soleh yang diberi kode seperti itu bingung dan menatap kearah pandangan Ana yang ternyata ada pak Asep yang tengah memandang mereka dengan pandangan mematikan.

"Kamu! ngapain di atas sana? Turun cepat!"

"eh! i-iya pak."

"Hati hati neng!" Ucap pak Soleh sambil membantu Ana turun.

"Makasih ya pak." Ucap Ana yang di balas anggukkan oleh pak Asep.

Ana berjalan perlahan menuju pak Asep lalu berdiri di samping Alvian.

Rintik HujanWhere stories live. Discover now