27 | Peganggu

12 3 0
                                    

Perempuan yang selalu ingin dihindari Daren malah menghentikkan perjalanannya menuju ke kelas. Melisa dengan wajah licik nya mulai berjalan mendekat ke arah lelaki itu.

"Halo," sapanya namun hanya dibalas oleh tatapan sinis dan helaan nafas kasar. "Wanna hang out?" tanya Melisa sembari menyisir rambutnya kebelakang menggunakkan satu tangannya.

Daren lebih menatap sinis ke arah Melisa. "Mau lo apa?" tanya Daren pada akhirnya karena ingin segera pergi darisana.

"Main. Sama lo."

"Gue nolak." ucap Daren sembari akan melanjutkan langkahnya pergi darisana, namun Melisa menahan nya dengan segera.

Karena sudah merasa kesal dan emosinya mulai terpancing, akhirnya Daren mengeluarkan smirk nya dan berjalan mendekat ke arah Melisa. Lelaki itu mengusap pipi Melisa perlahan, "Gue gak akan jauhin Anela, inget itu."

Tangan yang tadi mengelus pipi Melisa pun langsung di lepaskan kasar sehingga membuat Melisa sedikit menggeserkan kepalanya. Ternyata, Daren telah mengetahui apa maksudnya terlebih dahulu. Lelaki itu adalah orang berpengaruh baru di sekolah ini, dan Melisa belum berhasil mendapatkannya sehingga gadis itu harus lebih berusaha lagi untuk mencoba nya.

"Mel!" teriak seseorang dari arah belakang Melisa. Kini tatapan tak damai itupun beralih menjadi tatapan penasaran. Lelaki itu adalah Fabian, orang kedua yang Daren benci kehadirannya.

Fabian menatap Daren dari atas hingga bawah dengan tatapan sinisnya lalu kembali menatap Melisa dengan tatapan yang manis. "Kamu udah sembuh?" tanya Melisa yang juga telah mengubah wajahnya menjadi wajah gadis baik-baik.

Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya singkat untuk menjawabnya. Daren tadinya akan pergi darisana namun lagi lagi harus tertahan karena kemungkinan kekasih gadis yang tadi berbicara dengannya sedang cemburu.

"Daren?"

"Ya." jawab Daren singkat. Fabian terkekeh sinis melihat sikap lelaki itu yang sangat berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu.

"Ada urusan apa lo sama cewe gue?" tanya nya sembari melangkah maju agar lebih dekat dengan Daren sekarang. "Gak ada," jawab Daren singkat.

"Lo suka sama Melisa?" tanya Fabian lagi dengan nada yang kini sudah mulai sinis dan wajah yang berubah datar. "Gak."

"Jujur aja kali, gak usah pura-pura gitu," pancing Fabian. Karena memang sebelumnya perasaan lelaki itu sudah dibuat kesal oleh Melisa, kini rasa kesal nya jadi bertambah akibat ulah kekasihnya.

Daren menatap Fabian tajam, mulutnya tiba-tiba saja membentuk senyuman tipis yang membuat kedua orang disana penasaran. "Sorry Bi, gue gak tertarik sama pacar lo."

"Gue tertariknya sama temen lo. Anela." Bisik Daren pada akhirnya sembari menepuk bahu lelaki itu perlahan dan pergi meninggalkan keduanya yang terdiam disana.

Tentu saja ucapan Daren tadi hanyalah sebuah ucapan saja. Lelaki itu masih sangat mencintai kekasihnya, ia hanya ingin memancing Fabian dan melihat bagaimana respon lelaki itu setelah tau sahabat kecil nya sedang disukai oleh seseorang. Melihat orang marah adalah hal terseru menurutnya.



•••



"Halo!" sapa Daren yang baru saja menghampiri meja yang diduduki oleh Vania dan Anela di kantin saat jam pulang ini.

Kedua gadis itu hanya menatap Daren sekilas lalu menyibukkan diri mereka lagi dengan makanan yang memang menjadi kesukaannya masing masing.

"Anela?" panggil Daren lagi. Anela memberikkan tatapan bingungnya lalu menyodorkan minum yang gadis itu miliki. "Minum dulu, santai." ucapnya.

Hidden LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin