9 | Bersama

15 1 0
                                    

Baru saja Anela membuka matanya, ia sudah disambut dengan suara iringan gitar dengan nyanyian indah dari beberapa lelaki disana.

Anela bangun dari tidur nya lalu berjalan keluar tanpa peduli bagaimana penampilan gadis itu saat ini.

"Eh anak Ayah udah bangun," sapa Ayah Anela dengan senyuman lebar diwajah nya. Orang yang ternyata memainkan gitar adalah Fabian dan Paman Anela, mereka memang hebat dalam hal musik, itulah mengapa mereka bisa langsung dekat hanya dalam waktu singkat.

Kemarin, saat Anela tertidur di kaki Fabian, ia terbangun dengan badan yang agak sakit karena pegal lalu langsung makan bersama yang lainnya. Setelah itu, kegiatan hanya berjalan seperti biasanya, tidak ada yang menarik.

Anela duduk disamping Ayahnya dan dipeluknya anak kesayangannya itu erat sembari mencium puncak kepalanya.

"Bau! Mandi sana!" ejek Fabian sembari menjulurkan lidahnya kearah Anela.

"Kamu juga belum mandi," bela Papah Fabian untuk Anela, Anela yang mendengar hal itu langsung membalas Fabian dengan juluran lidahnya juga.

Tawaan kencang dari para lelaki berumur disana mulai terdengar, mereka merasa dihibur ketika melihat pertengkaran antara Fabian dan Anela. Anela mulai berdiri lalu berjalan ke arah dapur untuk meminum segelas air putih.

Seteleh meneguk habis air nya, ia kemudian mencari keberadaan para wanita dirumah ini dan seperti biasanya, mereka berada di halaman belakang bersama banyaknya tanaman disana.

"Hai sayang, sini," sapa Bunda Fabian yang langsung memeluk Anela sekilas. Anela tersenyum tipis dan langsung duduk disebelah neneknya.

Bisa dibilang, Anela adalah anak yang manja namun ia malu untuk menunjukkan sifat manja nya itu kepada orang-orang. Gadis itu memeluk neneknya erat dan menyenderkan kepalanya di bahu nenek Anela.

Nenek Anela merespon dengan elusan pelan di lengan cucu nya itu, "Gimana tidur nya? Nyenyak?" tanya Nenek Anela yang langsung diangguki cepat oleh gadis itu.

"Udah laper belom? Ada surabi sama gorengan di meja depan," Anela menggelengkan kepalanya, "Mau gini aja dulu," ucapnya sembari mengeratkan pelukkan gadis itu kepada neneknya.

Para lelaki disana sedang sibuk membahas musik, hewan, dan game, sedangkan para perempuan kini membahas tanaman, kehidupan berkeluarga, dan rencana kedepannya bagaimana.

Anela sangat menikmati udara disini, ia senang bisa melihat sesuatu yang tenang di setiap sisinya. Tak lama, orang yang akan mengubah ketenangan Anela datang.

"ANELA! Mau ikut gak?!" teriak Fabian sembari berjalan ke arah Anela dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana nya.

"Gak!" balas Anela cepat.

Fabian menghele nafas nya kasar, "Serius! Buruan! Ikut atau gue sate sekarang juga?!"

"Macem-macem! Anak Bunda mau di sate! Kamu aja yang Bunda sate!" balas Bunda Fabian sembari memegang Anela erat. Anela tersenyum menang ke arah Fabian yang membuat lelaki itu diam karena kesal.

"Mau kemana?" tanya Anela sembari ikut berjalan di sebelah Fabian. Ya, gadis itu memutuskan ikut padahal ia sendiri tidak tahu tujuan nya kemana.

"Buang lo!" ucap Fabian dengan wajah kesal nya.

Anela mendengus sebal, gadis itu kemudian melihat para lelaki berumur yang sudah siap dengan alat yang mereka bawa di tangannya masing-masing. Alat memancing.

"Ayok!" ajak Paman Anela yang langsung berjalan di paling depan karena lelaki itulah yang menjadi penunjuk arah nya.

Anela dan Fabian hanya mengikuti arah jalan saja tanpa membuka pembicaraan apapun, berbeda dengan para lelaki didepan mereka. Tak lama, Fabian mulai mengeluarkan sifat jahilnya, lelaki itu menabrak badan Anela dari belakang sehingga Anela hampir jatuh kedepan.

Hidden LoveWhere stories live. Discover now