10 | Perasaan Anela

11 2 0
                                    

Anela memeluk Paman, Nenek dan Bunda nya erat yang dibalas dengan pelukkan dan kecupan di puncak kepala Anela. Kali ini, Ayah Anela ikut pulang bersamanya karena ada masalah pekerjaan yang tak bisa ditunda.

"Hati-hati ya dijalannya," ucap Bunda Anela sembari melambaikkan tangannya ke arah Anela dan yang lainnya.

Setelah selesai, gadis itu langsung saja masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan rumah Nenek nya dengan wajah sedih namun tangan yang ikut melambai juga sebagai tanda berpamitan untuk yang terakhir kalinya sebelum berpisah lagi.

Perjalanan bisa dibilang sepi karena Bunda Anela yang berada di tengah Fabian dan Anela sudah terlelap yang membuat kedua remaja itu juga ikut terlelap, sedangkan Papah Fabian dan Ayah Anela hanya mengobrol singkat di kursi depan.

Singkat waktu, akhirnya mereka telah sampai dirumah mereka masing-masing. Sebelumnya, Ayah Anela telah turun lebih dulu di tempat kerja nya, jadi Anela kembali sendirian dirumah.

"Bi, temenin gue yu? Sendirian nih!" pinta Anela saat mereka baru saja turun dari mobil dengan barang bawaannya masing-masing.

Fabian memasang wajah bersalah nya, ia kemudian berjalan lebih dulu ke rumah Anela dan membantu gadis itu membawa barang bawaanya.

Fabian dengan tanpa diduga menggenggam salah satu lengan Anela, "La, maaf banget. Kayanya gue gak bisa deh,"

"Kenapa?" tanya Anela dengan wajah penasarannya.

"Melisa ngajak ketemu," jawab Fabian dengan wajah yang mendadak berubah menjadi malu-malu. Berbeda dengan suasana hati Anela, gadis itu benar-benar dibuat patah hati.

Lagi.

"Lo gak capek ya Bi? Kan baru aja pulang," Anela melepaskan genggaman tangan Fabian lalu memegang bahu lelaki itu pelan. Anela sangat tahu dari wajah Fabian jika lelaki itu kini sangat ingin beristirahat, mata yang masih mengantuk dan raut wajah yang lesu.

Fabian terkekeh, "Buat ketemu pacar mah, apasih yang enggak,"

Anela ikut tertawa walau hati nya sama sekali tidak ingin merespon candaan Fabian. Gadis itu lalu menganggukkan kepalanya singkat menyetujui keputusan sahabat nya itu.

"Gue mau mandi dulu, terus OTW deh, lo tidur aja ya La, pulang ketemu Melisa gue langsung kesini kok." tanda berpamitan yang selalu Fabian berikkan pada Anela kembali dilakukkan, elusan singkat dan perlahan oleh lengan lelaki itu kepada puncak kepala Anela.

"Lo juga hati-hati ya Bi," ucap Anela dengan senyuman lebar nya sembari melambaikan tangannya ke arah Fabian yang sedang berjalan keluar dan menutup pintu rumah Anela rapat.

Gadis itu tak ingin larut dalam kesedihan, ia berusaha mencari sesuatu untuk ia kerjakkan agar bisa melupakkan segalanya. Lagi pula, Anela memang sudah berniat melupakkan rasa nya kepada Fabian mulai saat ini juga.

Tidak menemukkan hal yang harus gadis itu kerjakkan, akhirnya Anela masuk kedalam kamarnya setelah ia membereskan barang yang gadis itu bawa sebelumnya.

Anela membuka laptop kesayangannya, lalu menelepon seseorang yang Anela harap bisa mengobati rasa bosan nya.

Vania lah orangnya, Anela langsung berbaring dengan posisi tengkurap lalu menatap ke arah laptop yang sudah melakukkan sebuah panggilan video kepada gadis di seberang sana.

Hidden LoveWhere stories live. Discover now