5 | Pertengkaran

26 2 0
                                    

Anela baru saja sampai dirumahnya dengan langit yang akan mulai menggelap. Ia dikejutkan dengan kehadiran Fabian yang sedang tertidur nyaman di kasur miliknya.

"Darimana?" tanya Fabian dengan wajah sinis nya. Karena malas menjawab pertanyaan itu, Anela langsung saja berjalan ke arah meja belajar nya lalu menaruh tas kecil yang sebelumnya ia bawa disana.

Fabian jalan ke arah Anela lalu menarik gadis itu dengan tenaga yang lumayan besar. "Gue tanya darimana Anela?!"

Anela tentu saja terkejut dan sedikit ketakutan, ia lalu memundurkan langkah nya sedikit lalu menatap wajah Fabian yang kini sudah dipenuhi rasa amarah lelaki itu.

"Kenapa sih? Lo kenapa?" tanya Anela tak mengerti dengan perubahan sikap Fabian ini. "Gue gak suka sama cara temen lo tadi La," ucap Fabian dengan wajah yang masih sinis namun nada nya sudah dipelankan.

"Apaan sih! Kalau gitu lo harusnya marah sama dia dong! Kenapa harus sama gue?!" kesal Anela dengan nada membentak karena emosi nya mulai terpancing oleh Fabian.

"Tapi lo temennya, Anela," Fabian menghela nafas nya kasar untuk meredakan rasa emosinya. Lelaki itu kemudian menggenggam lengan Anela sembari menatap kembali gadis itu.

"Bilangin sama temen lo, jangan malu-malu in pacar gue kaya tadi lagi,"

Anela melepaskan genggaman Fabian dengan wajah terkejutnya, "Lo udah pacaran?!"

Fabian menjawab dengan anggukkan kepala singkat saja, "Kenapa baru bilang?" tanya Anela dengan hati yang semakin sakit setiap waktunya saat mengetahui jika Fabian telah dimiliki oleh gadis lain.

"Apaansih La? Gue kesini ngomongin sahabat lo,"

"Fab! Gue aja gak tau Vania mau nyamperin Melisa kaya tadi! Kenapa lo marah-marah sama gue sih?!" kesal Anela yang semakin membesar karena ia juga merasa harus mengusir Fabian untuk saat ini.

Hati, perasaan, dan fisik nya benar-benar dibuat lelah secara bersamaan. Ia baru saja pulang bermain dan saat pulang sudah di marahin Fabian karena masalah tadi, apalagi sahabat kecil nya itu mengatakkan jika ia telah memiliki sebuah hubungan dengan Melisa yang membuat hatinya menjadi sakit.

"Bohong! Lo juga gak suka kan sama Melisa La? Melisa bilang itu sama gue!" nada yang dikeluarkan lelaki itu sudah semakin menaik, Anela takut, ia jarang sekali melihat Fabian yang seperti ini.

"Dia bilang, gara-gara lo, Vania sama Raphael jauhin Melisa! Gara-gara lo yang hasut mereka kan?! La! Udahlah! Jangan maksain punya sahabat orang kaya! Kita gak punya banyak duit kaya mereka!"

Anela membantingkan tas kecil nya ke lantai agar Fabian bisa menghentikkan ucapan menyakitkan itu. "FABIAN! Lo gila? Sejak kapan gue jadi orang egois kaya gitu? Terserah lo deh! Gue capek! Keluar!"

Gadis itu benar-benar di selimuti rasa emosi dalam dirinya, ia menunjuk ke arah pintu keluar kamarnya dan menatap Fabian tajam.

Fabian menghela nafasnya panjang, ia sadar, ucapan nya terlalu berlebihan. "Di kulkas ada kiko, udah gue beliin buat lo," ucapnya sebelum benar-benar pergi dari rumah Anela.

Air mata yang Anela tahan akhirnya keluar juga, mungkin ini semua karena rasa lelah nya sudah terlalu berlebihan dan langsung mendapatkan kejutan lain dari Fabian yang membuat Anela semakin lelah dibuatnya.

Gadis itu sangat berharap jika air mata yang terus menerus keluar ini akan memberikannya ketenangan dan rasa aman untuk sementara.

•••

4 jam setelah pertengkaran tadi telah berlalu, kini jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Bunda Anela sebelumnya mengetuk pintu kamar anaknya, memberitahukkan jika Bunda Anela akan pergi ke rumah nenek nya karena nenek nya tiba-tiba sakit dan ingin dirawat oleh Bunda nya.

Hidden LoveWhere stories live. Discover now