(S2) 20. Lamaran di Pemakaman

1.9K 116 3
                                    

Pengantar yang tak terlalu banyak semuanya sudah meninggalkan pemakaman. Miya menatap gundukan tanah di hadapannya. Tidak terlalu merasa sedih, Miya menaburkan bunga di atasnya. Sudah 4 bulan Ibu tinggal bersamanya, namun kondisi Ibu terus memburuk hingga saat ini nyawanya tidak dapat tertolong lagi. Miya rasa, apa yang Miya lakukan untuk menolong Ibu sudah cukup baik. Saat ini Miya tidak memiliki penyesalan apapun.

Miya menatap langit dan memikirkan bagaimana sedihnya Vino dan Ryan saat ini. Mereka dijatuhi hukuman 6 bulan penjara oleh hakim jadi saat ini mereka tidak bisa menemani Ibunya selama prosesi pemakaman. Tapi mereka bisa berkunjung ke sini nanti. Tugas Miya, sudah selesai.

Alex tidak pernah menemuinya lagi. Miya juga berusaha tidak mudah ditemukan. Alex tidak tau alamat orang tuanya, dan Miya jarang berada di restoran. Terakhir kali Miya mendapat kabar dari Dokter Riedl bahwa hatinya tidak terlalu mendapat penolakan. Miya senang, ketulusannya bisa dirasakan oleh tubuh Ayah Alex. Sekarang Alex mendapat cukup waktu untuk lebih memperhatikan Ayahnya. Seharusnya saat ini hati Miya sudah terbentuk sempurna lagi. Bekas operasinya memang cukup menyakitkan sampai beberapa waktu lalu, namun sekarang tidak lagi terlalu terasa.

Restoran Miya berjalan lancar dan sekarang mulai ramai pembeli. Awalnya Miya kesulitan membayar cicilan bank, karena restorannya baru mulai berjalan dan keuangannya menipis untuk membiayai pengobatan Ibu. Namun, Miya tidak berhenti melakukan promosi dan memperbaiki menu-menu di restoran hingga hasilnya memuaskan seperti saat ini. Kata Ibunya, Miya sudah melakukan hal-hal baik jadi Tuhan membantunya. Miya tersenyum. Apakah benar? Jika benar, Miya bersyukur. Miya tidak akan berhenti berbuat baik agar Tuhan terus menyayanginya seperti ini.

"Miya, mari kita pulang." Ibunya memanggilnya.

"Iya, Ma."

Miya bangkit dan berbalik namun tidak bisa melangkah pergi karena melihat orang yang sangat ia kenal berlari ke arahnya.

"Miya." Alex memeluknya.

Ayah dan Ibunya terkejut melihat seorang pria tiba-tiba memeluk anaknya namun Miya lebih terkejut dari mereka.

"Alex, kenapa kamu di sini?"

Tak menjawab pertanyaan Miya, Alex berlutut di depan orang tua Miya dan mengeluarkan sebuah cincin. "Pak, Bu, izinkan saya menikahi Miya."

"Aduh, Alex. Kamu ini benar-benar. Meninggalkan ayahmu di belakang bukannya menuntun." Ayah Alex berjalan dengan tongkat. Disampingnya berdiri Om Dani menuntun dengan hati-hati.

"Alex bukankah kau menghadap ke arah yang salah? Kenapa kau malah melamar orang tuanya?" Om Dani memukul kepala Alex. "Maaf ya, Ibu Miya, Ayah Miya, ponakan saya memang kurang ajar."

Ayah Alex mengangguk-angguk. "Lagi pula pria mana yang melamar wanitanya di kuburan?"

"Miya, ada apa ini?" Ayahnya bertanya.

Miya hanya menggeleng. Ia juga tidak mengerti sama sekali. Apakah ini hanya mimpi?

Ayah Miya mulai berucap, "Maaf, Pak, Nak, saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini."

Ayah Alex memperhatikan sekelilingnya, "Saya ingin menjelaskan namun lokasinya tidak tepat. Maukah Bapak dan Ibu mengundang kami ke kediaman kalian?"

******

Di rumah Miya sudah tersedia banyak makanan karena malam ini akan diadakan doa bersama untuk Ibu. Jadi tidak butuh lama, untuk menyiapkan suguhan.

"Pertama-tama, maaf kami datang tiba-tiba di suasana berduka." Ucap Ayah Alex. "Saya Edwin, Ayahnya Alex , dahulu Miya pernah berhubungan dengan anak saya."

Ayah Miya mengangguk, "Miya pernah bercerita pada kami tentang Alex. Juga tentang Bapak yang tidak merestui hubungan mereka dulu."

Ayah Alex meringis. "Betul. Saya ke sini ingin meminta maaf secara khusus pada Miya karena itu. Alex dan adik saya Dani sudah menjelaskan kondisi Miya yang sebenarnya. Saya rasa, apa yang Miya lakukan tidak pantas jika terlalu dihakimi seperti cara saya menghakiminya dulu." Ayah Alex menatap Miya dan Miya melihat penyesalan yang tulus di sana. "Maafkan saya, Miya."

"Satu kali pun, saya tidak pernah merasa marah dan dendam, Pak. Saya mengerti yang Bapak lakukan adalah wajar dan karena menyayangi Alex." Jawab Miya. "Jadi tidak ada yang perlu dimaafkan."

"Lihatkan, Yah? Miya memang berhati malaikat." Celetuk Alex.

Om Dani memukul kepala Alex. "Tidak sopan memotong pembicaraan orang tua."

Ayah Alex kembali melanjutkan. "Setelah saya memahami apa yang terjadi pada kamu, saya tidak memiliki alasan yang cukup untuk melarang hubungan kalian. Namun, itu jika kamu masih mau berhubungan dengan Alex atau saya selaku Ayah Alex."

Miya menunduk. "Jika saya berhubungan lagi dengan Alex, akan ada resiko bagi keluarga Bapak dicemooh orang karena saya adalah mantan pelacur, Pak."

Ayah Alex menggeleng. "Saya pribadi tidak peduli. Alex seperti yang kau tau, dia siap melindungimu. Kalau ada yang bersikap kurang ajar, ada Dani yang siap membawa ke jalur hukum. Tidak ada yang perlu kau cemaskan." Alex dan Om Dani menggangguk membenarkan.

"Pak, Bu, apakah kalian keberatan jika Miya berhubungan lagi dengan anak saya? Saya sudah lelah berseteru dengan Alex , dia benar-benar pantang menyerah." Ayah Alex tertawa.

Miya tersenyum menatap Alex. Alex mengedipkan sebelah matanya.

"Saya bukan orang tua yang mengekang anak, selama ini saya membebaskan dia memilih jalan hidupnya sendiri. Jadi masalah ini saya serahkan sepenuhnya pada Miya." Ucap Ayah Miya.

Miya menahan perasaan bahagia yang meluap-luap dalam dirinya. Berusaha seanggun mungkin menjawab, "Sesungguhnya saya juga masih mencintai Alex hingga kini."

"Yes!" Alex mengepalkan tinjunya. Mengambil kembali cincin dari dalam sakunya, Alex kembali menyodorkannya pada Miya. "Miya, ayo menikah. Sebelum keputusan Ayah berubah lagi."

Ayah Miya mengulurkan tangannya. "Maaf, untuk pernikahan, tolong jangan dibahas sekarang. Miya perlu memikirkan baik-baik jawabannya, dan kami juga masih dalam situasi berduka."

Alex terlihat kecewa. "Yaaah..."

Mereka semua tertawa melihat Alex yang seperti anak kecil.

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsOù les histoires vivent. Découvrez maintenant