(S2) 10. Negosiasi

3K 142 8
                                    

Rara sudah antusias saat diajak menonton pertunjukkan air mancur yang akan berakhir hari ini. Namun Alex mengajaknya duduk di taman dan menyaksikan dari jauh. Alex sudah mengantisipasi suasana hati Rara, jadi Alex menghindari adanya orang banyak. Di sini Alex dan Rara akan leluasa berbicara. Rara hanya menunduk dan memainkan kukunya saat Alex menjelaskan bahwa Ia dan Miya sudah berpacaran.

"Aku minta maaf, tapi dia orang yang penting bagiku jadi aku tidak ingin kehilangannya." Alex menjelaskan.

"Bagaimana denganku?" Tanya Rara akhirnya. "Aku juga tidak mau kehilangan Mas Alex."

Alex bingung sekali, bagaimana membuat Rara mengerti. "Aku yakin nantinya kau bisa menemukan laki-laki yang baik, Ra. Kamu cantik dan baik hati."

Rara membuang muka. "Jika Miya tidak ada, Mas Alex pasti menerimaku kan?"

"Mungkin. Tapi akhirnya pasti kau akan tersakiti juga Ra. Aku akan terus memikirkan Miya saat bersamamu."

Wanita cantik itu menjawab lagi dengan suara bergetar. "Bagaimana Mas Alex bisa tau? Mungkin saja Rara akhirnya bisa berhasil membuat Mas Alex mencintai Rara sepenuhnya."

Alex menjawab dengan yakin. "Aku tau isi hatiku sendiri."

Rara menggenggam tangan Alex dan menciumnya. Alex terkejut tak menyangka. "Apa ini karena hasratmu?" Tanya Rara. "Apa karena Miya bisa memuaskanmu?" Rara memeluk Alex dengan erat. "Rara juga bisa mas."

Alex melepas pelukan Rara dengan hati-hati. "Kamu salah paham, Ra. Kalau hanya sekedar hubungan seksual, aku bisa memungut wanita manapun yang ku mau. Tidak harus Miya. Aku hanya terlalu dalam menyukainya."

"Padahal baru kemarin Mas Alex bilang akan belajar menyukaiku. Apa Mas Alex tidak merasa bersalah?" Kecam Rara.

"Aku merasa bersalah, Ra. Sangat." Alex mengakui. "Tapi memaksakan perasaan juga bisa jadi kesalahan yang lebih besar. Lebih baik aku melepaskanmu sekarang. Kita belum lama bertemu lagi sejak kecil, pasti akan mudah bagimu untuk menyerah."

"Mas Alex benar. Kita belum benar-benar bersama saja rasanya sesakit ini.". Rara mengambil tissue dari tasnya dan menghapus butir-butir air mata yang sudah tidak bisa dibendung. Alex tidak tega melihat Rara menangis. Alex ingin memeluk Rara tapi khawatir tindakannya akan membuat Rara lebih sulit melepaskannya. Jadi Alex hanya menepuk-nepuk bahu Rara.

Rara teringat sesuatu dan mengeluarkan sebuah kartu dari tasnya. Dengan terisak, Rara memberikan kartu itu pada Alex. "Undangan?" Tanya Alex setelah membaca tampak depan kartu itu.

Rara mengeluarkan ingusnya dan Alex memberikan sebuah tissue lagi. Menangis seperti itu pasti membuat Rara kesulitan bicara. "Tadinya aku ingin mengajakmu." Ucap Rara yang mulai menangis lagi.

Alex membuka kartu undangan mewah itu. Berwarna perak dan bertuliskan huruf-huruf yang berkilau, kartu itu berisi undangan pertunangan Rani Kusumaningrat dengan Guntur Priyadi. Ini pasti anak sulung Paman Adhinata. Alex tidak bertanya apa-apa. Alex hanya menunggu hingga tangis Rara mereda.

"Mas Alex ajaklah Miya." Ujar Rara pada akhirnya. "Tadinya aku mau kita pergi bersama. Tapi kalau sudah begini apa boleh buat. Bagaimana pun orang tua kita berteman, ku harap kita bisa terus berteman juga."

Bodoh. Bisa-bisanya aku membuat wanita sebaik ini menangis, maki Alex pada dirinya sendiri. "Terima kasih, Ra." Hanya itu yang bisa Alex ucapkan.

******

Miya menggerutu sejak Alex tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya pagi tadi. Berkata segala hal tentang pesta pertunangan, Miya malas sekali mendengarnya. Miya sudah menjual semua gaun miliknya dan mendonasikan hasil penjualannya ke sebuah panti asuhan. Miya bahkan mendonasikan meja riasnya ke sebuah panti jompo. Saat ini Miya tidak mau bertemu dengan pesta apapun juga. Miya keluar dari Bank dan menuju mobilnya. Tadi ia berharap-harap cemas saat proses peminjaman karena ini pertama kalinya Miya mengajukan pinjaman. Ternyata prosesnya memang tidak terlalu sulit asalkan semua berkas-berkasnya lengkap.

"Temani aku, ya? Please. Rara juga ingin aku mengajakmu. Ini event yang tepat agar kau dan Rara bisa berteman baik." Bujuk Alex.

"Aku tidak punya gaun pesta, Alex." Miya beralasan.

"Aku belikan." Jawab Alex ringan.

"Aku sibuk. Kau tidak lihat aku sedang membangun ulang restoranku?" Miya berjalan cepat meninggalkan Alex.

"Pestanya masih minggu depan, Miya." Alex berusaha mengimbangi langkah kaki Miya.

"Tetap saja aku sibuk, Alex."

Alex menghentikan Miya. "Begini saja. Kau temani aku pesta sebagai gantinya aku akan membantu mengurus semua keperluanmu hingga restoranmu bisa buka kembali. Bagaimana?"

Miya menghela napasnya. "Sungguh tawaran yang sangat menarik."

"Please?" Bujuk Alex lagi.

"Baiklah. Satu syarat lagi dariku; jangan biarkan ada satu orang pun yang menggangguku di sana. Aku tidak mau ada drama lagi dalam hidupku." Pinta Miya

"Itu sih tidak perlu kau minta. Aku jamin tidak akan ada satu kecoak pun bisa menempel padamu."

"Baiklah." Jawab Miya sambil kembali melangkah.

"Kau itu benar-benar. Kau sadar tidak? kau itu satu-satunya wanita yang perlu negosiasi saat ku ajak ke pesta." Gerutu Alex. Alex merebut kunci mobil dari tangan Miya dan langsung menduduki ke kursi kemudi.

"Kau kekasihku, Alex. Bukan supirku." Tegur Miya.

"Sejak kapan pangeran membiarkan sang putri mengendarai kuda? Kau duduklah yang nyaman, menyetir itu urusan pria. Kalau kau mau menyetir, aku izinkan kau menyetir di atas ranjang."

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt