(S2) 9. Mandi Bersama

4.6K 158 6
                                    

Alex menatap dinding-dinding kamar Miya. Sejak Alex masuk, Alex sudah merasakan perbedaan. Wallpaper dindingnya sudah berubah, dari kuning pucat ke biru cerah. Kamar Miya hanya berisi satu lemari, satu kasur, dan satu nakas. Alex penasaran, apa Miya tidak memerlukan meja rias? Foto-foto yang tergantung berisi Miya dan orang tuanya.

"Kapan aku bisa bertemu orang tuamu?" Tanya Alex.

"Mudah saja. Kapan aku bisa bertemu orang tuamu?" Miya bertanya balik.

Alex meringis. "Well, ku rasa kita memang harus pelan-pelan." Alex melihat Miya yang sedang sibuk membongkar berkas-berkas. "Kau masih lama?"

"Memang kenapa?" Tanya Miya. Jelas sekali Miya meledeknya.

"Ayolah, kau sudah sibuk sejak sejam yang lalu." Gerutu Alex.

Miya menjejerkan beberapa berkas di atas kasur. "Kau yang bilang aku harus mempertahankan bisnisku. Aku harus secepatnya mengajukan pinjaman."

Alex mengambil sertifikat rumah yang tergeletak tidak jauh darinya. "Kau juga harus memperhatikan beberapa hal lagi agar pinjamanmu tidak sia-sia. Nanti aku coba carikan konselor bisnis untukmu. Tapi sebelum itu,-" Alex mengumpulkan semua berkas itu jadi satu meletakkannya di atas nakas di samping kasur. Lalu Alex merebahkan dirinya. "Kemarilah."

Miya beringsut ke dada Alex. Dan Alex memeluknya. Menyenangkan sekali mengetahui Miya sudah berada di pelukannya. Alex mencium rambut Miya dan mengerutkan dahinya. "Kau, bau asap." Alex mencium bajunya. Rupanya ia juga bau asap.

"Mau mandi bersama?" Ajak Miya.

Alex mengangkat satu alisnya. "Itu ajakan yang sangat menggoda."

Miya bangun dan Alex menonton Miya yang mulai melepaskan pakaiannya. Alex menggigit bibirnya karena merasakan bagian tubuh di balik celananya mengeras. Melihat reaksi Alex, Miya malah memerah dan segera masuk ke kamar mandi. Kadang Miya bisa begitu menggemaskan, tadi dia yang memancing sekarang malah malu sendiri.

Alex melepas baju dan celananya. Tanpa permisi Alex membuka lemari dan mengambil handuk bersih. Sejenak mengagumi koleksi pakaian dalam Miya, Alex menutup kembali lemarinya dan menyusul Miya.

******


Alex berdiri di pintu kamar mandi. Tanpa busana sama sekali, Alex terlihat sangat santai melihat kondisi kamar mandi Miya. Kamar mandinya bersih. Hanya saja, kamar mandi Miya tidak seluas kamar mandi apartemennya. Apa itu bisa memicu claustrophobianya?

"Kalau kau keberatan, kita bisa mandi bergantian." Usul Miya sambil menggunakan sabun badan.

"Kalau bergantian, bukan mandi bersama namanya." Alex membuka pintu kamar mandi lebar-lebar dan mengganjalnya. Mungkin itu bisa mengurangi kesan sempit. "Perlu bantuan? Biar ku sabuni punggungmu."

Miya berbalik dan merasakan telapak tangan Alex menjelajahi punggungnya. Merasa tergelitik, Miya menyalakan kran shower dan air membasahi mereka berdua.

Di bawah kucuran air, Alex mencium Miya. Nikmat sekali, namun dengan air mengalir di atas hidungnya dan mulut yang penuh, Miya kesulitan bernapas.

"Ampph.." Miya berusaha berbicara namun Alex menciumnya dengan kuat. Sedikit berontak, Miya melepaskan diri dan keluar dari kucuran air. Miya mengatur napasnya.

Alex tertawa geli. "Maaf, maaf. Sini, kemari lagi." Alex menarik Miya kembali ke bawa kucuran. Miya menikmati pelukan Alex dan tanpa sadar Alex memojokkannya ke dinding. Dengan lembut Alex mengangkat kedua tangan Miya dan menahannya dengan sebelah tangan. Tak melawan, Miya merasakan kecupan demi kecupan menjelajahi tubuhnya.

"Kau manis sekali, Miya." Suara Alex membuat Miya membuka mata. Miya bahkan tidak sadar ia memejamkan matanya.

Masih dengan tangan terangkat, Alex menjelajahi bukit kembar Miya dengan lidahnya. Miya mendesah dan menikmati belaian Alex. Alex membalik tubuh Miya menghadap dinding. Tak membiarkan Miya menurunkan tangannya, Alex menghujam Miya dengan lembut. Suara Miya menggema di kamar mandi.

******

Alex terbangun karena suara dering handphonenya. Panggilan masuk dari Rara. Alex membiarkannya berlalu begitu saja, namun Rara menelponnya kembali. Miya membuka matanya dan menatap Alex.

"Kenapa tidak diangkat?" Tanya Miya.

Alex akhirnya mengangkat panggilan ketiga Rara. "Ya, Ra. Maaf aku sedang tidur. Ya? Bertemu?" Alex mengelus kepala Miya yang sedang memperhatikannya. "Baiklah. Iya, Ra. See ya." Alex menutup teleponnya.

Alex memeluk Miya yang membuang muka. "Ada yang ingin kau tanyakan?" Tanya Alex.

"Tidak ada." Jawab Miya.

Alex menarik Miya hingga menghadapnya. "Kau cemburu?"

Miya menghindari tatapan Alex. "Aku terlalu tua untuk cemburu pada hal-hal seperti itu." Terdiam cukup lama di pelukan Alex, Miya mulai berbicara lagi. "Rara itu menyukaimu, kau tau?"

"Aku tau." Jawab Alex dengan santai.

Miya menatapnya tak percaya. "Aku serius."

Alex tertawa. "Aku juga serius. Dia sudah menyatakan perasaannya padaku."

Miya terduduk. "Lalu kau jawab apa?"

Alex berpikir sejenak. "Ku jawab, aku akan belajar menyukainya?"

Miya mulai terlihat marah. "Lalu sekarang kau malah berpacaran denganku?"

"Kenapa tidak? Aku menyukaimu sejak dulu. Dan sekarang kau kembali di hadapanku. Aku tidak mau kehilanganmu." Ucap Alex jujur.

Miya menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Alex. Kau ini benar-benar ahli mempermainkan wanita." Dengan frustasi Miya berkata pada Alex, "Kau harus memperjelas hubunganmu dengannya? Mengerti? Jangan sampai dia tersakiti karena kau menggantungnya seperti itu."

Alex menarik Miya kembali ke pelukannya. "Aku juga bermaksud seperti itu , kok."

Yang jadi masalah, bagaimana menyampaikannya agar Rara tidak terlalu terluka.

______________________________

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsWhere stories live. Discover now