(S2) 18. Kesalahan Fatal

1.7K 117 6
                                    

Alex terbangun, dan menyadari Miya tidak ada. Semalam mereka tertidur di sofa, setelah berbincang dengan Om Dani.

Menurut Om Dani, setelah Miya meninggalkan mereka, mereka mulai mengumpulkan wanita-wanita baru. Jika sebelumnya mereka hanya menggunakan Miya, kali ini mereka menjajakan sepuluh wanita. Namun berbeda dengan nasib Miya dulu, pembagian hasil dilakukan secara adil dan transparan.

Mencari Miya di dapur, Alex menemukan Miya sedang menggoreng bakwan jagung. Alex memeluk Miya dari belakang dan mencium aroma pagi hari dari sela rambutnya.

"Jangan ganggu aku, Alex. Nanti kena minyak panas." Tegur Miya.

Alex mengangkat kedua tangannya dan tertawa. Alex akhirnya menyadarkan dirinya sambil mengamati Miya. Miya terlihat sudah lebih segar dibanding semalam. Semalam ia terlihat tidak bisa tidur karena memikirkan Ibunya Vino dan Ryan. Alex sudah berkata pada Miya bahwa yang terjadi bukan lagi urusan Miya. Namun atas rasa kemanusiaan, bahkan orang seperti Alex pun sulit menghalau iba, apalagi Miya yang dulu pernah tinggal bersama. Alex memutuskan untuk mencari dan menyewa seorang perawat untuk perempuan tua itu. Mungkin nanti siang.

Alex mengambil sebuah bakwan jagung yang sedang ditiriskan. Menu pagi hari yang sangat berkolesterol, tapi sesekali tidak apa-apa. Bakwan Jagungnya enak.

Mendengar suara pintu, Miya melepas celemeknya dan memakaikan celemek itu pada Alex. "Tolong lanjutkan menggoreng, ya? Aku mau mengecek ke depan. Kemungkinan petugas kebersihan meminta uang sampah."

"Kenapa tidak aku saja yang membuka pintu?" Tanya Alex.

Miya meletakkan sodet ke tangan Alex. "Kita bukan suami istri, tidak enak jika orang tau kita bersama semalaman."

Bingung dengan sodet ditangannya, Alex tidak tau apa yang harus dilakukannya. Jadi ia hanya mengikuti yang Miya lakukan tadi. Membolak-balik bakwan.

Alex fokus memasukkan adonan di penggorengan namun suara wanita yang seperti sedang marah-marah mengganggunya. Alex mematikan kompor dan mengecek ke depan. Betapa terkejutnya Alex mendapati Rara sedang menjambak rambut Miya di ruang tamu.

"Dasar pelacur murahan! Ternyata kamu hanya ingin merusak hidup Mas Alex! Bisa-bisanya pelacur murahan sepertimu menyingkirkan ku! Apa kau tau apa yang sudah terjadi??! Kau bisa menghancurkan keluarganya! Kau mau membunuh Ayahnya?!" Rara menjambak rambut Miya hingga Miya menangis-nangis di lantai.

Alex segera melerai mereka. Alex menahan Rara dan membopongnya menjauh. "Ra. Ra. Sudah, Ra."

"Lepaskan aku, Mas Alex! Wanita Iblis ini harus diberi pelajaran!" Rara mengamuk di pelukan Alex.

"RARA!" Suara Alex memenuhi ruangan.

Rara terkejut dan terdiam. Mengatur napasnya yang ngos-ngosan, Rara bersuara kembali. "Dia tidak pantas kau lindungi, Mas. Dia hanya pelacur murahan. Dia mendekatimu hanya untuk mencuri kekayaanmu. Mari kita laporkan dia ke polisi, Mas. Aku tidak terima dia melakukan ini padamu."

Alex menepuk kepala Rara dengan lembut. "Ra, jangan ubah dirimu jadi gadis jahat hanya demi aku. Aku tidak pantas."

Rara tertawa. "Gadis jahat?! Kau yang jahat, Mas. Kau jahat pada Ayahmu sendiri. Sekarang Ayahku sedang menemani Ayahmu yang jatuh pingsan setelah mendengar kabar tentang pelacur ini!" Sambil menangis, Rara keluar dan meninggalkan mereka.

"Alex." Miya tercekat. "Ayahmu."

Alex yang mematung segera tersadar dan membantu Miya berdiri. "Miya maaf aku harus pulang. Aku akan mengecek keadaan ayah."

"Aku ikut." Ucap Miya. "Bagaimana pun, ini kesalahanku. Aku ingin meminta maaf, Alex."

******

Miya menemani Alex langsung menuju kamar Ayahnya setelah mengemudi secepat mungkin di jalan. Ayah Alex sudah siuman dan sedang duduk di pinggir kasur. Paman Adhinata terduduk di lantai menggenggam tangannya.

"Ayah. Ayah baik-baik saja?" Alex langsung menghampiri Ayahnya.

Miya menahan napas saat Ayah Alex berdiri dan langsung memukul wajah Alex. "Teganya kau." Ayah Alex memukulnya kembali. "Teganya kau pada Ayah." Ayah Alex memukul kembali. "Teganya kau, dasar anak durhaka!"

Alex hanya terdiam saat Ayahnya memukulnya. Paman Adhinata menahan Ayah Alex. "Mas, sudah mas." , ujar Paman Adhinata. "Pikirkan kesehatanmu."

Ayah Alex beralih pada Miya. "Kau. Berani beraninya kau menginjakkan kaki di rumahku." Miya mundur selangkah saat Ayah Alex menghampirinya. "Kemarin kau bilang apa padaku? Berusaha memantaskan diri? Sampai kapan pun kau tidak akan pantas bersama dengan anakku! Pergi! Jangan pernah lagi kau dekati anakku! Pergi!"

Miya menjerit saat Ayah Alex terjatuh ke lantai. Sebelah tangan memegang perutnya. Miya menutup mulutnya sambil menangis sementara Alex dan Paman Adhinata berhamburan menolong Ayah Alex.

Ayah Alex mengangkat wajahnya. Dengan wajah yang pucat dan bibir memutih, Ayah Alex berucap. "Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi."

******

Berjam-jam Miya menunggui di luar ruangan. Ayah Alex sudah selesai di tangani dokter, namun Paman Adhinata melarangnya ikut masuk. Setelah beberapa lama, dengan wajah pucat, Alex menghampiri Miya.

"Aku sudah melakukan kesalahan fatal, Miya." Ujarnya. Miya hanya mendengarkan.

"Paman Adhinata menceritakan tentang masa lalu Ayah yang tidak aku ketahui. Tidak ada yang tau kecuali mereka berdua." Alex menyeka air matanya.

"Ibuku dulunya juga seorang pelacur, Miya. Setelah kehilangan anak dan istri pertamanya, Ayah jatuh cinta pada Ibu dan berusaha agar Ibu tidak perlu lagi melacurkan diri. Ayah sudah memberi kekayaan, namun Ibu tidak pernah puas. Ibu yang bodoh dan tidak berpendidikan membawa kabur sertifikat rumah dengan mengira ia bisa menjualnya begitu saja. Ia kabur untuk menemui muncikarinya, namun mengalami kecelakaan diperjalanan. Ibu meninggal di tempat. Ayah sangat terpukul saat itu. Ayah juga baru mengetahui Ibu tetap melacur walau Ayah sudah bekerja keras untuknya."

Mengatur napas, Alex kembali melanjutkan. "Ayah dulu pernah ingin membunuhku, karena mengira aku bukan anaknya. Namun entah beruntung atau sial hasil tes DNA menunjukkan aku memang anaknya."

Alex menundukkan wajahnya dalam-dalam. "Sekarang Ayah mengalami gagal hati. Ia sudah lama sakit namun menyembunyikannya dariku. Aku si anak manja yang tidak pernah memikirkan ayahnya ini, baru tau." Alex menangis lagi.

"Maafkan aku, Miya. Aku mencintaimu namun aku ingin jadi anak baik sekali ini saja. Maafkan aku. Kita berpisah saja."

Miya memeluk Alex dan mencium keningnya. "Aku mengerti." Jawab Miya. "Aku mengerti, Alex."

Miya bangkit dan meninggalkan Alex. "Maaf dan terima kasih."

Miya menyusuri lorong rumah sakit dan masuk ke pintu tangga darurat. Terduduk di anak tangga, Miya mengingat kembali janjinya dengan Ayah Alex. "Saya sudah menepati janji saya, Pak. Maaf... Maafkan saya semua jadi begini..."

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsWhere stories live. Discover now