(S2) 7. Takdir

2.5K 151 4
                                    

Jam 3.48 dini hari. Belum pagi tapi Alex sudah terbangun. Tidak bisa tidur lagi, Alex memutuskan untuk berlari. Alex berlari keliling komplek rumahnya dan mampir ke sebuah minimarket untuk membeli air.  Alex menyerahkan air dan selembar uang di kasir dan menatap televisi yang menyiarkan berita siaran langsung. Sebuah restoran terbakar dan orang-orang terlihat membantu memadamkan. Pemadam kebakaran belum tiba di lokasi. Hazel's resto!

Tidak mempedulikan pegawai minimarket yang berteriak memanggilnya , Alex keluar dari minimarket itu dan berlari pulang. Ia mengambil motornya dan secepat mungkin tiba di Hazel's Resto. Suara sirine pemadam terdengar di kejauhan, pemadamnya hampir sampai.

Orang-orang terlihat sibuk membantu memadamkan. Alex menghentikan seorang pria yang berlari membawa ember. "Apa ada orang di dalam?" Tanya Alex.

"Kurang tau,pak. Belum ada yang mengecek. Tapi sepertinya tidak ada orang, ini belum jam buka pak." Jawab pria itu.

Seorang wanita ikut berbicara. "Tapi pemilik resto kadang tidur di sini pak."

Alex tercekat. Jadi ada kemungkinan Miya ada di dalam?

"Miya!" Alex berteriak. Alex berkeliling melihat setiap sisi restoran. "Miya!" Alex berteriak lagi. Ya Tuhan, Miya ada dalam atau tidak?

Alex melihat bagian resto yang tidak terlalu terbakar. Alex masuk ke dalam dan mencari-cari. Rupanya api di dalam sangat besar. Bangunan ini hampir di dominasi oleh kayu, membuatnya mudah terbakar dan sulit di padamkan. "Miya!" Alex berteriak dan asap masuk ke tenggorokannya. Alex mulai kesulitan bernapas. Alex harusnya tidak berteriak, tapi bagaimana jika Miya terjebak di dalam? "Miya!" Alex berteriak lagi. Sebuah kayu dari atap terjatuh dan sebuah tangan menariknya.

Sepasang mata Miya menatapnya khawatir. "Bodoh!" Teriak Miya. "Kenapa kau masuk ke sini! Ayo keluar!"

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Alex. Miya tidak menjawab, Miya memberikan sebuah handuk basah untuk Alex dan menariknya. Tertegun, Alex hanya bisa mengikuti Miya dari belakang. Mereka keluar dengan mudah tanpa kendala. Pemadam kebakaran sudah tiba.

Miya memukul dadanya. "Bodoh! Bodoh sekali!" Miya terlihat ingin menangis. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu?"

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Alex lagi. Dadanya sesak sekali.

"Bagaimana bisa baik-baik saja?!" Miya kembali marah. "Aku baru tiba dan melihatmu masuk ke restoran yang terbakar!"

Alex memeluk Miya. "Syukurlah, kau tidak apa-apa..." Alex limbung dan kehilangan kesadaran.


******


"Pak Alex tidak apa-apa, Bu Miya. Tidak terlalu banyak asap di paru-parunya, kemungkinan Claustrophobianya yang menyebabkan Pak Alex kehilangan kesadaran."

Miya melotot pada Alex yang cengar-cengir di ranjang rumah sakit.

"Baiklah, terima kasih, Dok." Ujar Miya pada dokter di hadapannya.

Miya menjewer telinga Alex begitu sang dokter pergi.

"Aduduh, aku bukan anak kecil, Miya." Rengek Alex.

"Lalu kenapa kau bertindak tanpa pikir panjang begitu?"

Alex hanya tertawa. "Aku merindukanmu."

Dengan suara kecil Miya menjawab, "aku juga."

"Aku juga apa?" Goda Alex.

"Aku juga merindukanmu." Jawab Miya kesal.

Telepon Miya berdering. Sebuah panggilan masuk. Miya mengangkatnya, rupanya itu telepon dari kantor polisi yang mengatakan Dimas sudah ditemukan.

Seperti cenayang Alex bertanya, "Polisi?"

Miya mengangguk.

"Mari ku antar. Dimana mobilmu?"

"Kau baru saja sadar dari pingsan, Lex."

Alex tersipu malu. "Kau dengar kata dokter tadi? Aku pingsan karena Claustrophobia. Aku baik-baik saja sekarang."

"Tapi ini urusanku, Alex. Kau tidak perlu repot-repot."

Alex bangun dari ranjangnya dan berjalan pergi. "Ku rasa aku tau dimana mobilmu. Pasti di parkiran, bukan?"

Miya memutar bola matanya. Benar-benar tidak bisa dihentikan.

******


Alex berdiri di depan pintu kemudi mobil Miya dan menunggu.

"Aku akan menyetir." Ujar Miya.

"Tapi-"

"Aku yang menyetir atau kau kutinggalkan di sini." Miya mengancam.

Alex mengangkat tangannya. "Baiklah, baiklah."

Sepanjang jalan Alex memperhatikan Miya. Miya memotong rambutnya. Wajahnya terlihat lebih segar dari terakhir kali Alex bertemu dengannya. Melihat Miya lagi setelah 2 tahun berlalu, hanya 1 hal yang bisa Alex pastikan. Alex masih mencintai Miya.

"Kenapa kau terus menerus melibatkan diri dalam urusanku Alex?" Tanya Miya.

"Entahlah. Takdir, mungkin?" Jawab Alex sekenanya.

"Aku sudah katakan padamu. Duniamu sudah sempurna. Aku tidak mau menjadi kecacatan di dalamnya."

Alex mulai merasa jengkel. "Duniamu. Duniamu. Duniamu. Aku muak mendengarnya." Alex menyilangkan tangan di dadanya. "Tidak bisa kah kau berpikir sebaliknya? Dengan keterlibatanku, hidupmu bisa jadi sempurna juga."

Miya tertawa. "Narsis seperti biasa ya, Mr.Alex?"

Alex membuang muka. Mendengar tawa Miya, Alex merasa sangat senang. Wanita yang ia rindukan selama 2 tahun kini berada di sampingnya.

"Jadi kebakaran ini di sengaja?" Tanya Alex

"Kurang tau. Hanya Dimas orang yang terakhir berada di lokasi semalam. Jadi polisi memerlukannya sebagai saksi." Miya menjelaskan.

"Sepertinya kerusakan akibat kebakaran itu cukup parah." Sesal Alex.

Wajah sedih terlihat di wajah Miya. "Mungkin ini hukuman untukku. Aku menggunakan uang tabungan hasil melacur untuk membuka usaha. Mungkin Tuhan tidak suka."

Mereka tiba di lokasi dan seorang pria terlihat diborgol di hadapan polisi. "Dimas!" Panggil Miya. Pria itu menoleh saat mendengar nama Miya. Miya dengan khawatir bertanya pada polisi. "Pak, pegawai saya kenapa di borgol?"

"Dia hendak kabur saat kami mengunjungi rumahnya, Bu Miya. Karena mencurigakan, kami meringkusnya. Pria ini ternyata mencuri uang dari restoran Bu Miya. Uangnya sudah kami amankan." Jelas polisi itu.

_________________________________

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang