(S2) 11. Marie

2.1K 121 2
                                    

Hari ini merupakan hari yang sibuk. Dengan semua urusan pembangunan restoran dan riset kuliner , Alex menambah sibuk hari-hari Miya. Alih-alih membeli gaun yang sudah ada, Alex malah mengajak Miya bertemu perancang busana.

"Perancang ini temanku. Namanya Marie. Kau pasti akan menyukainya. Dia sangat manis dan lucu." Jelas Alex.

"Dari nadamu bicara, dia pasti sangat cantik." Miya menambah laju kecepatan mobilnya.

Alex tertawa. "Dia bukan orang yang bisa kau cemburui, Miya."

"Aku tidak cemburu, Alex. Tunjukkan saja jalannya" Miya menatap lurus ke depan.

"Setelah keluar underpass ini, putar balik. Butiknya akan terlihat." Alex memandang keluar memperhatikan marka jalan. "Harusnya aku saja yang menyetir. Kenapa kau harus keras kepala menyetir sendiri, sih?"

"Anggap saja aku suka menyetir."

Alex menggelitik belakang leher Miya dengan jari-jarinya. "Jadi itu alasannya kau pandai menyetir."

Miya memperhatikan sebuah butik kecil dengan baju-baju indah di etalasenya. "Di sini?" Tanya Miya.

"Oh, iya." Alex tersenyum. "Sudah lama juga aku tidak ke sini."

Alex dan Miya turun dari mobil dan suara lonceng di pintu berbunyi saat mereka memasuki butik itu. Butiknya lebih kecil dari kebanyakan butik yang pernah Miya kunjungi. Tidak banyak juga baju yang dipajang. Tapi dari gaun-gaun yang terpajang sepertinya perancangnya memang berbakat.

"Selamat datang." Seorang perempuan cantik dengan rambut dikuncir kuda dan dikeriting menyambut hangat. Wajah perempuan itu langsung cerah saat melihat Alex. "Oh, Pak Alex. Apa kabar?"

Alex menjawab dengan ceria. "Seperti biasa."

Miya mengandeng tangan Alex dan berkata, "Sayang, gaun-gaun di etalese bagus-bagus. Kenapa tidak beli yang ada saja?"

Alex mengangkat sebelah alisnya. Ini pertama kalinya Miya memanggilnya 'sayang'. Alex melihat wajah Miya dan tertawa geli. "Kamu sakit, sayang? Wajahmu memerah."

"Aku sepertinya terlalu banyak membubuhkan blush." Miya mengipas wajahnya dengan tangan.  "Jadi Marie, bisa kau tunjukkan gaun pesta yang bagus untukku? Kekasihku mempercayaimu, jadi aku akan ambil apapun yang kau rekomendasikan." Ujar Miya pada wanita itu.

Alih-alih menjawab, wanita itu malah menatap Alex dengan bingung. Dan Alex semakin terbahak-bahak. Kali ini Miya tidak mengerti apa yang Alex tertawakan.

Seorang pria bertubuh besar keluar dari pintu kecil di belakang kasir. "Ada apa, sih? Berisik sekali." Katanya sambil berjalan mengintari meja kasir. Pria itu menggunakan pakaian serba hitam dengan ornamen berwarna emas di beberapa bagiannya. Dengan ukuran tubuh segemuk itu, ia jelas terlihat kesulitan berada di balik meja kasir yang kecil. Tanpa sengaja ia menyenggol tempat pensil hingga terjatuh dan isinya berhamburan di lantai. "Aduduh jatuh lagi. Kenapa tempat pensil ini masih di sini, sih?" Pria ini terlihat selalu mengayunkan kedua tangannya setiap bersuara.

"Halo, Marie." Sapa Alex pada pria itu.

Pria yang dipanggil Marie menyadari kehadiran Alex. "Aleeeeeeex!" Ia berjalan cepat menghampiri Alex dan memeluknya. Alex hanya tertawa saat pria itu mencium kedua pipi Alex bergantian. "Marie kangeeeeeen." Miya memperhatikan mereka dengan mulut terbuka dan menyadari kesalahannya.

Miya meminta maaf pada Celine -nama wanita itu yang sebenarnya- dan Celine memaklumi. Sesuai perkataan Alex, cukup mudah untuk menyukai Marie. Pria itu jenaka dan manis.

"Kapan acaranya, Alex?" Tanya Marie.

"4 hari lagi." Jawab Alex meringis.

Marie cemberut sambil menghentakkan kaki. "Kau mau membunuhku? Asal kau tau, kau bukan satu-satunya pelanggan VIP-ku. Aku punya banyak pekerjaan."

"Apa kau punya gaun yang pas untukku? Aku bisa ambil yang sudah ada saja." Sela Miya untuk kesekian kali.

Marie mencubit hidung Miya dengan gemas. "Aduh. Kau tidak salah memilih calon istri, Lex. Lihat. Dia baik sekali padaku. Sering-sering main ke sini ya. Ini lebih seperti butik pribadiku di banding cabang butikku yang lain. Tidak banyak orang yang tau karena aku tidak menginformasikannya di mana pun."
Marie menunjuk Alex sambil menyipitkan mata. "Miya akan ikut denganku mencari gaun dan kau tunggu di sini. Jangan merusak suasana hatiku."

Miya memberi tatapan bertanya namun Alex hanya tersenyum dan mengibaskan tangannya sebagai isyarat bahwa Alex tidak mempersalahkannya. Miya mengikuti Marie yang mondar mandir memilih gaun. Setelah beberapa kali menit berlalu, Marie membawa beberapa gaun dan menyuruh Miya ke ruang ganti untuk mencobanya satu per satu.

"Tidak bisakah aku memilih satu dan langsung mengambilnya? Mencoba satu-satu sepertinya akan memakan waktu." Miya memberi pendapat.

Marie menggeleng cepat dan menjawab, "Jangan, Cantik. Mataku ini jeli, aku jelas sudah memilih yang terbaik, namun untuk tau yang terbaik dari yang terbaik hanya bisa dilihat setelah kau mencobanya. Jadi masuklah."

Menurut, Miya masuk ke bilik ganti dan mencoba gaun pertama pertama. Saat keluar, Alex sudah ada di depan bilik. Sepertinya Marie ingin Alex membantu memilihkan.

"Bagaimana?" Tanya Miya.

"Kau selalu cantik, Sayang." Jawab Alex.

"Jadi kita ambil yang ini saja?" Miya memberi tatapan memohon. Gaun biru muda dengan manik berkilau dari selangka dan memanjang hingga ke bawah ini terlihat sudah cukup elegan.

Alex menggeleng. "Kita lihat dulu yang lain."

Setelah melalui satu setengah jam melelahkan yang terasa seperti sehari bagi Miya, akhirnya prosesi ini selesai. Alex mengambil dua gaun dan  langsung memaksa untuk menyetir mobil di perjalanan pulang.

"Kenapa beli dua gaun? Aku tidak mungkin perlu berganti gaun di tengah pesta kan?" Tanya Miya dengan perasaan was-was.

Alex tersenyum lebar. "Aku terpikirkan satu hal saat kau memakai satu gaun tadi. Ku pikir , sebaiknya aku memperkenalkanmu pada Ayah sebelum pesta. Supaya Ayah tidak terkejut saat melihatmu nanti. Sebagai teman baik Paman Adhinata, pasti Paman Adhinata sudah mengundang Ayah secara langsung."

Miya membelalakkan matanya. "Ayahmu? Mendadak sekali. Kenapa baru bilang sekarang?"

Alex meringis. "Well, karena aku baru terpikir sekarang?"

Miya berusaha menjaga detak jantungnya. "Oke. Kapan?"

Tanpa mengalihkan pandangannya dari depan, Alex memiringkan badannya mendekati Miya dan berbisik, "Bagaimana kalau besok?"

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊


Poor SecretsWhere stories live. Discover now